PENGARUH AKTIVITAS KEAGAMAAN TERHADAP RUANG PUBLIK DI KAWASAN PECINAN SEMARANG

Abstract

Pecinan yang sering disebut dengan Chinezen Wijk atau China Town merupakan salah satu motor penggerak perekonomian perkotaan. Perdagangan yang ramai, serta kepadatan aktivitas yang tinggi menjadikan kawasan ini berkembang secara cepat. Pada akhir pekan kawasan ini padat karena masyarakat melakukan ibadah Sembahyang di Klenteng. Selain itu, kawasan ini semakin padat ketika hari besar keagamaan seperti pada perayaan Tahun Baru Imlek, dimana seluruh masyarakat etnis cina merayakan hari besar ini. Acara bazar imlek dan arak-arakan Dewi Laut membutuhkan ruang yang cukup luas dalam pelaksanaannya sehingga perayaan tersebut lebih sering menggunakan ruang publik. Jalan yang merupakan ruang publik menjadi salah satu alternatif yang digunakan untuk melakukan acara-acara peringatan hari Besar Keagamaan, begitu pula pada perayaan Hari Besar masyarakat etnis Tionghoa. Penutupan jalan pun dilakukan untuk mendukung jalannya peringatan kegiatan keagamaan ini. Kota Semarang merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki kampung hunian etnis cina. Setiap akhir pekan kawasan ini ramai dengan aktivitas keagamaan, begitupula saat acara-acara besar keagamaan. Seperti pada Perayaan Poo Seng Tay Tee atau Sampoo Kecil, Perayaan Zheng He I atau Sampoo Besar, serta Peringatan Sejit Hok Tek Tjeng Sien. Acara keagamaan tersebut diadakan secara besar-besaran dengan menggunakan beberapa ruas jalan sehingga harus melakukan penutupan jalan, yang kemudian menimbulkan masalah. Masalah kemacetan semakin diperparah akibat lahan parkir yang tidak dimanajemen dengan baik, selain itu berdampak pada penurunan omzet penjualan pedagang hingga 50%, kebisingan saat acara berlangsung dan kebersihan lingkungan yang menurun setelah terselenggaranya acara, dan masyarakat sekitar ikut ditarik biaya parkir padahal lahan tersebut adalah lahan miliknya.