KEUTUHAN RUANG BUDAYA KAMPUNG KAUMAN, SURAKARTA

Abstract

Kota tidak terjadi secara abstrak, langsung dan otomatis tetapi kota berkembang melalui proses dimensi waktu dan akan menghasilkan produk sesuai dengan masyarakat didalamnya (Zahnd, 1999: 28). Dengan kata lain melalui pola morfologi yang terbentuk pada setiap kawasan akan diketahui bagaimana bentuk secara fisik arsitektural berkaitan dengan sejarah pembentukan kawasan sekaligus mengungkapkan budaya dari masyarakat penghuninya. Kampung Kauman adalah salah satu kawasan budaya kota Surakarta yang dikenal sebagai Kampung Religi dan pada tahun 2006 mencanangkan diri sebagai Kampung wisata batik sekaligus menjadi sentra industri batik. Dalam perkembangannya pusat kota mengalami desakan ruang kota akibat kekuatan ekonomi, yang menyebabkan ruang budaya Kampung Kauman dilingkupi situs-situs bangunan bersejarah ini berada ditengah arsitektur modern pusat perbelanjaan, lembaga keuangan (perbankan dan valas), homestay dan hotel. Pada akhirnya potensi bangunan bersejarah, batik dan budaya masyarakat asli Kampung Kauman tidak terlihat dari luar karena tertutup pertokoan dan perkantoran. Hal tersebut menimbulkan permasalahan kesenjangan ruang fisik kawasan kampung Kauman dengan terlihat adanya perbedaan antara bagian pinggiran/ luar kampung dengan bagian dalam kampung. Hal tersebut memberikan dugaan bahwa kampung Kauman menghasilkan produk fisik berupa perubahan keutuhan ruang budaya kampung Kauman yang makin tersingkir dengan makin padatnya intensitas bangunan ke arah komersial yang lebih modern. Dari permasalahan diatas mengarahkan pada suatu pertanyaan penelitian yaitu bagaimana keutuhan ruang budaya Kampung Kauman di pusat kota Surakarta?