TINGKAT EFEKTIVITAS PROGRAM PELESTARIAN BATIK SEMARANGAN DI KAMPUNG BATIK

Abstract

Batik merupakan salah satu warisan pusaka budaya Bangsa Indonesia yang bersifat intangible dan telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO. Semarang merupakan salah satu kota yang mengembangkan batik sebagai salah satu identitasnya. Embrio perkembangan batik pertama di Kota Semarang berada pada Kampung Batik, Kelurahan Rejomulyo dan mencapai kejayaan pada masa penjajahan Belanda. Akan tetapi, pada masa penjajahan Jepang sempat terjadi kebakaran yang menyebabkan aktivitas kebudayaan batik menjadi mati. Oleh karena itu pada tahun 2006, pemerintah Kota Semarang mulai mengembangkan kembali budaya batik sebagai identitas daerah dengan cara mengembangkan Industi Batik Semarangan melalui Program pelestarian Batik Semarangan. Program tersebut bertujuan untuk menjadikan Kampung Batik sebagai pusat kegiatan pelestarian dan pengembangan Batik Semarangan. Upaya pelestarian batik yang dilakukan oleh pemerintah kota cukup besar. Berdasarkan Pusat Informasi Potensi Daerah Indonesia, “Dinas Koperasi, Dinas Pariwisata, dan Disperindag saling berlomba-lomba untuk mengadakan pelatihan, promosi, dan bantuan permodalan untuk mengembangkan batik semarangan”. Dari ketiga instansi tersebut, Disperindag merupakan instasi yang memiliki peran cukup besar dalam pengembangan Kampung Batik. Tiap tahunya, instansi ini menganggarkan dana untuk pengembangan Batik Semarangan. Pada tahun 2008, anggaran dana yang disediakan berkisar Rp 53.000.000,00 dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar Rp 134.000.000,00. Namun sayangnya hingga saat ini, keberadaan program tersebut belum dapat mewujudkan tujuan tersebut. Melalui permasalahan tersebut, maka dapat disimpulkan pertanyaan penelitian yaitu “Seberapa besar tingkat keefektifitasan program pelestarian batik yang dilakukan oleh Disperindag?”