WARDIANTO, Gatoet (2011) JALUR PEJALAN KAKI BERBASIS ADAPTASI MANUSIA TERHADAP PANAS MATAHARI DI RUANG TERBUKA KOTA Studi Kasus: Jalur Pejalan Kaki di Kota Semarang. PhD thesis, Program Pascasarjana Undip.
| PDF 1725Kb |
Abstract
Di daerah tropis lembab seperti kota Semarang, panas matahari pada tengah hari menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pejalan kaki di ruang terbuka kota, sehingga cenderung mengurangi minat untuk berjalan kaki. Agar dapat melakukan aktivitasnya, pejalan kaki harus melakukan adaptasi terhadap panas matahari. Elemen-elemen fisik jalur pejalan kaki dapat membantu pejalan kaki melakukan adaptasi terhadap panas matahari yang disebut sebagai “Adaptabilitas Jalur Pejalan Kaki Terhadap Panas Matahari”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan faktor-faktor yang mewujudkan adaptabilitas jalur pejalan kaki terhadap panas matahari dengan mempelajari pola hubungan antara pejalan kaki dengan lingkungan fisik jalur pejalan kaki. Pengetahuan tentang adaptabilitas jalur pejalan kaki terhadap panas matahari ini penting sebagai rujukan untuk menyediakan fasilitas jalur pejalan kaki yang tanggap terhadap panas matahari, sehingga dapat membantu meningkatkan ketertarikan warga kota untuk berjalan kaki di ruang terbuka kota. Kota Semarang dipilih sebagai studi kasus karena memiliki karakterisitik yang cocok dengan tujuan penelitian yaitu adanya warga kota yang harus berjalan kaki pada siang hari di ruang terbuka kota pada kondisi tidak nyaman karena panas matahari seperti dijumpai di kota-kota di Indonesia pada umumnya. Disamping itu merupakan salah satu kota dengan tingkat radiasi panas matahari tertinggi, dan sebagai salah satu kota lokasi program Environmentally Sustainable Transport di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan lingkungan dan perilaku, yaitu dengan mencatat apa yang dirasakan, dipikirkan dan dilakukan oleh perjalan kaki dengan teknik wawancara, merekam perilaku pejalan kaki secara visual dengan teknik fotografi serta mencatat perilaku yang terjadi berdasarkan observasi langsung di lapangan. Dianalisis menggunakan metoda korelasional dengan teknik statistik deskriptif, didasari logika berpikir deduktif. Ditemukan lima faktor yang mewujudkan adaptabilitas jalur pejalan kaki terhadap panas matahari. Pertama, fungsi-fungsi bangunan atau kawasan yang menumbuhkan aktivitas berjalan kaki. Kedua, kualitas jalur pejalan kaki sebagai ruang untuk bergerak. Ketiga, kualitas jalur pejalan kaki sebagai ruang untuk berlindung terhadap panas matahari. Keempat, motif berjalan kaki untuk mencapai tujuan. Kelima, kemampuan adaptasi pejalan kaki terhadap panas matahari. Hubungan lima faktor tersebut menghasilkan tingkat adaptabilitas berjenjang dari minimum sampai maksimum, digambarkan dalam Diagram Adaptabilitas Jalur Pejalan Kaki Terhadap Panas Matahari. Penelitian ini menemukan pengetahuan tentang kualitas ruang terbuka kota berbasis adaptasi manusia terhadap panas matahari, melengkapi pengetahuan-pengetahuan tentang kualitas ruang terbuka kota yang berbasis pada aspek fungsional, fisik, estetika, dan sosial. Secara spesifik hasil penelitian ini mendukung berlakunya teori Activity Support dari Hamid Shirvani, teori Place dari David Canter, dan teori Lost Space dari Roger Trancik, di daerah tropis lembab dalam hubungannya dengan pengaruh panas matahari. Kata kunci : jalur pejalan kaki, adaptasi, panas matahari, ruang terbuka In the tropical region like Semarang city, the solar heat in the middle of the day causes discomfort the pedestrians in urban open spaces, which then dampening desire to walk. In order to keep doing activities, the pedestrians have to adapt to the solar heat. The physical elements of pedestrian path supports the pedestrians to adapt the solar heat that called “pedestrian path adaptability against the solar heat”. The objective of this research is to find the factors realizing the adaptability of pedestrian path against the solar heat by examining the relation between pedestrians and the physical environments of the pedestrian path. The knowledge about adaptability of pedestrian path against the solar heat is important as a reference in providing a sensitive solar heat pedestrian path facilities for the town residents, thus it will increase the residents’ interest to walk in urban open spaces. Semarang is purposely chosen as the location for the study because it has characteristics that match with the purpose of the research, which are some empiric facts showing the existence of some residents who have to uncomfortably walk at the day time in the urban open space because of the solar heat like in other cities in Indonesia. Besides, as one of the cities exposed by high solar radiation and is stated as one of locations for Environmentally Sustainable Transport program in Indonesia. This research uses environmental behavior approach based on what the pedestrian feel, think, and do by noting their opinion (through interview), recording the pedestrians behaviors (through photographs), as well as descriptively noting their behavior based on direct observation in the field. The data were analyzed using correlation method with descriptive statistics technique, based on deductive logic thinking. This research found five factors that realize the adaptability of pedestrian path against the solar heat. First is the functions of buildings and areas as a generator of walking activities. Second is the quality of space for movement. Third is the quality of space for pedestrians to protect them from the solar heat. Forth is walking motive to reach destination. Fifth is the pedestrians’ adaptation capability against the solar heat. Correlations between those five factors produce some range of adaptability level from minimum adaptability to maximum adaptability which is summarized in a Diagram of Adaptability of Pedestrian Path against the Solar Heat. This research has found knowledge about urban open space quality based on adaptation against the solar heat which serves to complete the existing knowledge about urban open space quality based on functional, physical, esthetical, and social aspects. The result of this research specifically supports Hamid Shirvani’s Acitivty Support theory, David Canter’s Place theory, and Roger Trancik’s Lost Space theory prevails in the tropical humid area related with the effect of the solar heat. Key words: pedestrian path, adaptation, sun’s heat, open space
Item Type: | Thesis (PhD) |
---|---|
Subjects: | T Technology > TE Highway engineering. Roads and pavements |
Divisions: | School of Postgraduate (mixed) > Doctor Program in Architecture and Urban Planning |
ID Code: | 40698 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 26 Nov 2013 10:28 |
Last Modified: | 26 Nov 2013 10:28 |
Repository Staff Only: item control page