THE VALUE OF RELEVANCE THEORY IN LITERARY ANALYSIS

Abstract

Artikel ini mengkaji pandangan Formalist Linguistics dan Relevance Theory terhadap karya sastra. Formalist Linguistics berpandangan bahwa nilai sebuah karya sastra terletak pada keistimewaan bahasanya. Bahasa karya sastra, terutama bahasa puisi, menurut Formalist linguists, berbeda dari bahasa yang kita gunakan dalam komunikasi sehari-hari. Namun, bila kita cermati, ternyata banyak unsur atau elemen “bahasa sastra” yang dapat kita jumpai dalam “bahasa sehari-hari”. Bahasa iklan, misalnya, sering menggunakan apa yang diklaim oleh Formalist Linguistics sebagai elemen bahasa sastra, seperti rima, asonansi, dan aliterasi. Oleh karena itu, argumen Formalist Linguistics bahwa bahasa sastra berbeda dari bahasa sehari-hari tidak bisa secara adekuat menjelaskan keistimewaan karya sastra dibandingkan bentuk komunikasi lain. Pertanyaan ini dicoba dijawab oleh Relevance Theory melalui konsep wide array of weak implicatures. Menurut Relevance Theory, semakin puitis sebuah karya, semakin banyak implikatur lemah ‘weak implicatures’ yang bisa kita ambil dari karya sastra tersebut. Karya sastra, terutama puisi, mempunyai penafsiran yang sangat kaya, dan kita kerap tidak bisa menentukan secara pasti tafsir apa atau tafsir mana yang dimaksud oleh sang penulis/penyair. Sebagai pembaca, yang bisa kita lakukan yaitu melakukan proses penafsiran dan kemudian menarik sejumlah interpretasi berdasarkan “kunci-kunci” (clues) yang diberikan penulis/penyair.