Pergeseran Paradigma Akuntansi Dari Positivisme Ke Perspektif Sosiologis Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Akuntansi Di Indonesia

Ghozali , Imam (2004) Pergeseran Paradigma Akuntansi Dari Positivisme Ke Perspektif Sosiologis Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Akuntansi Di Indonesia. Documentation. Diponegoro University Press, Semarang.

[img]
Preview
PDF - Published Version
7Mb

Abstract

Pendidikan akuntansi di Indonesia sangat didominasi dengan pendekatan positivisme yang percaya pada realisme fisik yaitu klaim yang menyatakan ada realitas fisik yang obyektif dan terlepas dari diri manusia dan individu atau peneliti akuntansi tidak menciptakan realitas di sekelilingnya. Manusia dianalisis sebagai kesatuan yang secara pasif digambarkan dengan cara obyektif dan ini tercermin dari hasil penelitian akuntansi seperti contingency theory, information processing mechanism, efficient capital market dan agency theory. Paham positivisme ini mendapatkan kritik yang tajam dari teori kritis yang menggunakan pendekatan sosiologis dan menyatakan bahwa penerapan metode ilmu-ilmu alam pada ilmu sosial seperti akuntansi tidak lain dari saintisme atau ideologi. Positivisme mengandaikan bahwa ilmu akuntansi diyakini sebagai potret tentang fakta-fakta sosial yang bebas nilai (value free) yang tidak mengandung interpretasi subyektif dari penelitinya. Dengan demikian positivisme mencerminkan suatu penindasan atas dimensi etis manusia yang terkait langsung dengan kehidupan sosial politisnya. Hilangnya dimensi etis dari manusia ini tampak sekali dari praktik-praktik akuntansi maupun bisnis. Di Amerika terbongkarnya kasus skandal keuangan perusahaan Enron dan Worldcom tidak lepas dari peran akuntan di dalamnya Akuntan kedua perusahaan ini menggunakan trik-trik akuntansi untuk merekayasa laporan keuangannya dan umumnya trik-trik akuntansi ini telah menjadi standar dan dapat dibenarkan secara legal maupun standar akuntansi yang ada, walaupun secara moral dan etika dapat dipertanyakan Maraknya skandal keuangan di Indonesia seperti kasus Bank Lippo yang menurunkan nilai assetnya dalam waktu 3 bulan dan rekayasa laporan keuangan perusahaan farmasi Indofarma dan banyak kasus lainnya. Ditambah lagi dengan terbongkarnya kasus 10 kantor akuntan publik papan atas yang telah melakukan pelanggaran standar akuntansi pada saat mereka memeriksa bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998. Persoalan ini semua tidak dapat dilepaskan dari masalah integritas sang akuntan dan integritas ini tidak dapat dipisahkan dari aspek etika dan moral Hilangnya dimensi etis dari para akuntan ini sebagai produk dari positivisme, oleh karena itu perlu diperkenalkan pendekatan baru dalam mempelajari akuntansi yaitu dengan pendekatan sosiologis. Pandangan sosiologis menyarakan bahwa akuntansi dapat diibaratkan pedang bermata dua, ia dapat dibentuk oleh lingkungannya dan sekaligus membentuk lingkungannya. Jadi akuntansi bukanlah suatu bentuk ilmu pengetahuan dan praktik yang bebas nilai, tetapi sebaliknya adalah disiplin dan praktik yang sarat dengan nilai. Pendidikan akuntansi yang sangat mengedepankan paham positivisme ini perlu dikaji ulang dan memasukkan paham sosiologis akuntansi sebagai alternatif pembelajaran akuntansi di perguruan tinggi kita. Oleh karena akuntan sebagai profesi dan mempunyai tanggung jawab yang lebih terhadap publik, maka aspek moral dan etika menjadi unsur utama yang harus dimiliki oleh seorang akuntan. Pendekatan sosiologis dalam pembelajaran akuntansi menjadi kunci utama untuk menghasilkan para akuntan yang memiliki integritas moral dan etika yang tinggi.

Item Type:Monograph (Documentation)
Additional Information:Pidato Pengukuhan Guru Besar
Subjects:H Social Sciences > HC Economic History and Conditions
Divisions:Faculty of Economics and Business > Department of Accounting
ID Code:330
Deposited By:Mr. Sugeng Priyanto
Deposited On:22 Jul 2009 11:23
Last Modified:22 Jul 2009 11:23

Repository Staff Only: item control page