REVITALISASI TAMAN WILHELMINA TUGU MUDA SEBAGAI SALAH SATU NODE DOWNTOWN CITRA SEMARANG

Indrakusumo Radityo Harsritanto, Bangun (2009) REVITALISASI TAMAN WILHELMINA TUGU MUDA SEBAGAI SALAH SATU NODE DOWNTOWN CITRA SEMARANG. In: Seminar Internasional " NURI " , Ruang Seminar Gedung A Lt.3 Jurusan Arsitektur FT. Undip.

[img]
Preview
PDF - Published Version
72Kb

Abstract

Abstract— Wilhelmina-plein merupakan nama resmi sejak tahun 1911 dari Bodjongsch-plein yang terletak di ujung Bodjong-laan sebagai open space dengan fasilitas open muziektient berupa bangunan kupel ditengah taman. Sebuah upaya pemberdayaan potensi bermusik masyarakat yang cukup elegan pada masa itu. Seiring perkembangan zaman taman Wilhelmina berubah menjadi taman Merdeka dan berdirilah sebuah monumen Tugu Muda dengan lahan yang lebih sempit karena kebutuhan sirkulasi urban yang semakin lama semakin memerlukan jalur sirkulasi yang besar. Perkembangan sirkulasi kota Semarang memang meningkat pesat terutama di kawasan Tugu Muda sebagai node path sirkulasi, hal ini lambat laun dikhawatirkan semakin mengurangi kawasan taman Tugu Muda. Wilhelmina plein pada awal pembentukannya merupakan taman yang memiliki batas lahan berupa bangunan disekitarnya, tetapi sekarang berubah menjadi penghalang sirkulasi urban.Sampai kapan keberadaan “taman” tugu muda ini akan bertahan, ataukah dapat dilakukan upaya revitalisasi dengan konsep Wilhelmina-plein atau konsep-konsep revitalisasi lain yang lebih up to date? Letak Taman Tugu Muda (Wilhemina-plein) yang menjadi node dari path sirkulasi dan pernah menjadi activity park memiliki potensi untuk dikembalikan menjadi taman aktif di sekitar jalur lalu lintas yang padat seperti taman Monas. Kata kunci : revitalisasi, node, downtown Pendahuluan Perkembangan suatu bagian kota merupakan sebuah perjalanan linier yang sulit dibendung apalagi dikembalikan ke keadaan semula. Perkembangan urban space di kota Semarang dimulai perkembangan embrio kota yang berpusat di Alunalun Semarang di Johar menyebar mengikuti pola jalan yang berada di sisi barat dan timur kali Semarang sebagai jalur transportasi umum di masa itu. Pada pertengahan abad ke-17 kawasan Bojong-Bulu menjadi downtown ke-2 setelah kawasan Johar yang telah terbentuk pada awal masa kongsi dagang VOC. Pemindahan kediaman resmi Gubernur pantai utara Jawa ke lokasi yang sekarang dikenal sebagai Istana Perdamaian (de Vredestein) sehingga mulai hiduplah kawasan Bojong dan Bulu dengan aksis Kota Lama (little Harsritanto,Bangun I.R. , Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, Jl. Prof Soedarto Tembalang Semarang, Telp. 024-7063999, Fax. 024 7063888, email : bangun_7@yahoo.co.uk. Netherland) yang berakhir di de Verdestein yang memiliki halaman luas, pada saat itu area tugu muda merupakan bagian dari halaman de Verdestein, dan Bodjongsch-plein menjadi public open space yang memiliki fasilitas open muziektient pada bagian taman. Kelengkapan sebagai downtown area pada abad 18 tersebut bertambah dengan adanya fasislitas transportasi berupa jalur trem dan mulai diperbolehkannya phak swasta mendirikan bangunan disekitar de Vredestein dan mulai terbentuklah pola jalan raya disekitar Bodjongsch-plein. Perkembangan area bodjongsch-plein mendorong kegiatan perkotaan ke arah jalan Beatrix laan (sekarang Jl.Sugiyopranoto), Pietersijthof laan (sekarang Jl.Pandanaran) dan Koningin Emmalaan (sekarang Jl.Dr.Sutomo) Pada masa kemerdekaan, untuk mengenang jasa para pahlawan pertempuran 5 hari di Semarang maka didirikanlah Tugu Muda dan berubahlah lanskap kawasan

Item Type:Conference or Workshop Item (Paper)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:3246
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:11 Jan 2010 12:22
Last Modified:11 Jan 2010 12:22

Repository Staff Only: item control page