PERUBAHAN FUNGSI ALUN ALUN KOTA SEMARANG

Sahid Indraswara, Mohammad (2009) PERUBAHAN FUNGSI ALUN ALUN KOTA SEMARANG. In: Seminar Internasional " NURI " , Ruang Seminar Gedung A Lt.3 Jurusan Arsitektur FT. Undip.

[img]
Preview
PDF - Published Version
28Kb

Abstract

Alun –alun merupakan salah satu bentuk elemen fisik perancangan kota yang didalamnya memuat aktifitas interaksi antara masyarakat sehingga harus dapat memberikan rasa nyaman yang identik dengan suasana hijau dan dilengkapi dengan elemen –elemen penunjangnya. Permasalahan yang kadang timbul disekitar wilayah alun-alun diakibatkan oleh penyimpangan – penyimpangan fungsi dari masing –masing properti yang tersedia disebuah alun-alun kota,serta alih fungsi alun-alun dari fungsi yang sesungguhnya. Kawasan ruang publik di semarang tempo dulu tepatnya kawasan Alun – alun tradisional Kota Semarang pernah tercatat sebagai pusat kota dan landmark serta berfungsi sebagai ruang terbuka dan pusat aktifitas masyarakat maupun pemerintahan. Seiring dengan peningkatan pembangunan dan aktivitas bisnis di kawasan tersebut maka mempengaruhi karakter dan fungsi alun alun dan lahan disekitarnya. Pada alun-alun ini perubahan yang terjadi adalah penambahan bangunan-bangunan komersil seperti pasar Yaik dan pasar Johar yang mengambil lahan dari alun-alun semarang serta bangunan perkantoran disekitar alun-alun. Bangunan Kanjengan/pemerintahan di sisi Selatan alun-alun telah dirobohkan dan dibangun pertokoan. Kawasan alun-alun yang lain didekat pasar Johar berdiri pasar Yaik Permai. Sedangkan di alun-alun Utara (bekas terminal angkot) berdiri gedung BPD dan Hotel Metro. Sekarang hamparan alun-alun telah hilang dan tinggal Masjid Agung Kauman yang menjadi tonggak terakhir pelestarian kawasan budaya ini. Hilangnya alunalun dan Kanjengan di sisi selatan yang merupakan ciri alun-alun tradisional telah hilang oleh kekuatan kapitalis perdagangan. Banyaknya pasar yang berdiri di Alun-alun adalah bukti potensi ekonomi strategis kawasan ini sangat kuat, walaupun pasar Johar penuh dengan permasalahan. Mulai dari banjir, rob, banyaknya PKL, kemacetan lalu lintas dan yang terakhir dianggap oleh investor sebagai bangunan yang sudah tidak layak dan akan diganti dengan trade center. Di seluruh Jawa, alun-alun Semarang merupakan satu-satunya alun-alun tradisional (pusat kota) yang hilang dan kalah bersaing menghadapi serbuan kapitalis perdagangan Beberapa periodisasi yang dapat dicatat sebagai tahun tahun perubahan karakter alun alun adalah masa pra kolonial, masa kolonial dan masa modern. Kata kunci : alun-alun Semarang , ruang publik, fungsi Opening (times new roman 10) *Staff Pengajar, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, Jl. Prof Soedarto Tembalang Semarang, Telp. 024- 7063999, Fax. 024 7063888, email : sahid.indraswara@yahoo.com PENDAHULUAN Kota mempunyai sejarah pembentukan yang berbeda beda, ada yang terbentuk secara tidak segaja (unplanned city) dan yang direncanakan keberadaan karena kekuasaan ataupun dengan menerapkan berbagai teori perencanaan kota (planned City). Di Indonesia kota yang direncanakan karena kekuasaan banyak ditemui dengan karakteristik yang berbeda sesuai dengan kondisi sosial setempat. Salah satu yang mempunyai jejak sejarah adalah kota semarang. Kota semarang pertama kali berasal dari kata asem (pohon Asam) dan arang (jarang), yang merupakan tempat Ki Ageng Pandan Arang I pertama kali mendirikan pemukiman. Setelah baliau meninggal dan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan Semarang,maka bertepatan dengan 2 mei 1547 M ki Ageng Padan Arang II diangkat menjadi bupati Semarang I. Setelah Pandan Arang II mengundurkan diri dari pemerintahan maka digantikannlah oleh Pandan Arang III. Adanya pusat penyiaran agama Islam dan kota Semarang sebagai kota pelabuhan menarik minat banyak bangsa asing untuk datang ke Semarang dan membuat permukiman berdasarkan etnis. Pada tahun 1678 Amangkurat II menyerahkan kekuasaan pada Kolonial Belanda dan merubah Semarang sebagai daerah perniagaan dan pertahanan militer. Di bawah colonial Belanda Semarang makin berkembang pesat dan menjadi salah satu pusat pemerintahan Hindia Belanda. Kekuasaan Belanda ini tentunya berpengaruh sangat besar terhadap tata ruang kota Semarang. Demikian juga setelah masa kemerdekaan, banyak perkembangan kota yang merubah keaslian dari konsep tata ruang kota Semarang. Sebagai salah satu kota tradisional,colonial dan kemerdekaan, Semarang mengalami perubahan-perubahan yang sangat mendasar dalam tata ruangnya, terutama ruang public dan alun alun di kawasan kanjengan, Pasar Johar. Sejak awal keberadaan alun-alun merupakan kawasan yang terencana dan berhubungan dengan kegiatan public kota semarang. Disaat pemerintahan Hindia belanda pun alun alun masih berfungsi sebagai ruang public dan saranalatihan militer bagi pasukan belanda. Seiring dengan peningkatan pembangunan dan aktivitas bisnis di kawasan tersebut maka mempengaruhi karakter dan fungsi alun alun dan lahan disekitarnya. Pada alun-alun ini perubahan yang terjadi adalah penambahan bangunan-bangunan komersil seperti pasar yaik dan pasar johar yang mengambil lahan dari alun-alun semarang serta bangunan perkantoran disekitar alun-alun. Bangunan Kanjengan/pemerintahan di sisi Selatan alun-alun telah dirobohkan dan dibangun pertokoan. Kawasan alun-alun yang lain didekat pasar Johar berdiri pasar Yaik Permai. Sedangkan di alun-alun Utara (bekas terminal angkot) berdiri gedung BPD dan Hotel Metro.

Item Type:Conference or Workshop Item (Paper)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:3240
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:11 Jan 2010 12:03
Last Modified:11 Jan 2010 12:03

Repository Staff Only: item control page