Sukawi, Sukawi (2009) PEMBERDAYAAN BAMBU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN PERUMAHAN YANG EKOLOGIS. In: Diskusi Nasional Sastra Matra, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF - Published Version 1794Kb |
Abstract
Bambu sudah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia, terutama masyarakat agraris di pedesaan. Di lingkungan pedesaaan bambu adalah primadona bagi pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan rumah pemanfaatan bambu ini untuk tiang-tiang penyangga rumah, dinding, reng, usuk, lantai bahkan untuk perabot dapur dan perlengkapan rumah tangga lainnya juga untuk pagar rumah sekalipun. Hal ini terjadi karena karaktristrik bambu yang bisa dan mudah tumbuh disekitar pekarangan / pemukiman. Bambu sudah dikenal oleh masyarakat sebagai bahan bangunan sejak ratusan tahun lalu. Tanaman rumpun bambu dapat ditemui di pedesaan, bahkan sebagian besar masyarakat desa mempunyai rumpun bambu di pekarangannya. Bambu juga digunakan untuk berbagai keperluan masyarakat, mulai dari keperluan di bidang keagamaan, sampai upacara kematian. Bambu, sebuah kekayaan alam purba masyarakat Indonesia sesungguhnya memiliki kelebihan-kelebihan yang sangat layak untuk dijadikan alternatif bagi masalah perumahan di Indonesia. Bagi masyaraat pedesaan, bambu bukanlah hal yang asing sehingga swadaya masyarakat dalam pemberdayaan material ini untuk kebutuhan perumahan mereka akan relatif mudah ditumbuhkan. Bagi masyarakat perkotaan dimana penggunaan teknologi maju pada perumahan sudah banyak diterapkan, maaterial bambu dapat diolah menjadi material komposit. Kata Kunci : Bambu, Bahan Bangunan, Perumahan Pendahuluan Di masa sekarang, keberadaan bambu tersisih dengan adanya material-material bangunan lainnya yang relatif lebih awet daripada bambu. Pergeseran pandang terhadap bambu ini dimulai dari sejarah adanya revolusi penggunaan bambu. Pada tahun 1936-1937 bambu dituduh sebagai dalang terjadinya penyakit pes yang merajalela dan mematikan banyak orang (Pikiran Rakyat, 1993). Hal ini diakibatkan dari ketidaktahuan penggunaaan konstruksi bahan baku dari bambu. Sehingga lubang-lubang bambu yang seharusnya ditutup menjadi sarang tikus. Sesungguhnya dengan konstruksi yang tepat tidak akan terjadi hal semacam itu. Pada awalnya bambu tersisih oleh semen dan genteng karena pelaksanaannya lebih praktis. Bambu sebagai salah satu sumber daya alam yang dapat dperbaharui mempunyai banyak keunggulan dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Diantaranya cepat tumbuh (sebagai sumber penghasilan masyarakat pedesaan); dapat mengurangi polusi air, udara serta erosi sehingga sangat tepat digunakan untuk rehabilitasi dan konversi tanah miring, longsor dan lahan kritis (Sarwono Kusumaatmaja, 1997). Sedangkan untuk bahan bangunan, bambu layak menjadi altenatif material yang patut diperhitungkan karena dari dahulu memang sudah banyak dipakai dalam pembanguanan; murah bagi daya beli masyarakat; mudah dalam produksi dan eksploitasi; sederhana dalam pemakaian serta tersedia banyak sumber untuk dieksplotir (Sarlono dkk, 1975). Dapat dikatakan bahwa gencarnya perhatian Indonesia pada bambu baru pada tahun 1990-an. Tak lepas dari peran serta Linda Garland (Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, Ubud, Bali) yang aktif menyuarakan bambu di Indonesi. Puncaknya adalah diselenggarakannya Konggres Bambu Internasional, Ubud, Bali, 19 – 22 Juni 1995. Saat ini meski Indonesia mulai melirik bambu menjadi bagian dari strategi pembangunan ekonomi, tetapi pada saat bersamaan justru pendayagunaan bambu belum maksimal. Salah satunya yang sangat nampak adalah tidak adanya suatu lembaga atau departemen yang khusus bertanggungjawab terhadap keseluruhan aspek pengembangan pemanfaatan bambu. Faktanya, bambu memang dapat hidup liar di hutan, sehingga seharusnya menjadi tanggungjawab Departemen Kehutanan. Fakta yang lain, bambu dapat juga dibudidayakan di pekarangan atau lahan pertanian, jadi sebaiknya Departemen Pertanian ikut berperan juga. Dilema ini sampai saat sekarang inipun tidak ada pemecahan, bambu tetap dengan apa adanya sekarang tanpa ada suatu lembaga tunggal yang bertanggungjawab penuh. Menengok potensi bambu yang demikian besar apabila pada dua dekade terakhir ini Barat (baca: masyarakat dunia) mulai melirik bambu, bukanlah hal yang istimewa. Mengingat persediaan kayu yang selama ini dieksplotir semakin menipis. Saat ini sudah ada kecenderungan masyarakat dunia mulai mengolah bambu menjadi material pengganti kayu dengan melakukan banyak inovasi seperti munculnya produk plybamboo, misalnya. Sebagai sebuah negara penghasil bambu, Indonesia sudah seharusnya semakin meningkatkan pemberdayaan bambu bagi harkat hidup rakyatnya, adalah sebuah tantangan yang harus dijawab agar citra bambu yang bersifat negatif dan inferior menjadi bercitra positif yang superior. Potensi bambu sebagai primadona bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan perumahan selayaknya makin ditingkatkan dan dikembangkan dengan melibatkan link and match antara industri dengan institusi/peneliti.
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 32382 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 10 Jan 2012 14:33 |
Last Modified: | 10 Jan 2012 14:33 |
Repository Staff Only: item control page