WUJUD ARSITEKTUR ISLAM PADA RUMAH TRADISIONAL KAMPUNG KULITAN SEMARANG

Sukawi , Sukawi (2010) WUJUD ARSITEKTUR ISLAM PADA RUMAH TRADISIONAL KAMPUNG KULITAN SEMARANG. In: Semnas Universitas Khairun Ternate, Universitas Khairun Ternate.

[img]
Preview
PDF - Published Version
1732Kb

Abstract

Dengan posisinya sebagai kota pelabuhan, Semarang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu, sekitar abad XIII banyak dikunjungi oleh baik para pedagang dari Asia maupun para petualang dari Eropa. Dampak percampuran berbagai masyarakat dengan berbagai latar belakang berbeda dapat menghasilkan kebudayaan baru. Perpaduan budaya ini dalam bidang arsitektur menghasilkan beragamnya kekhasan arsitektur yang mampu mencerminkan budaya daerah. Rumah dengan segala perwujudan bentuk, fungsi dan maknanya senantiasa diatur, diarahkan, dan ditanggapi atau diperlakukan oleh penghuni menurut kebudayaan yang mempengaruhi masyarakat yang bersangkutan. Kampung kuno yang tersebar di Semarang mempunyai toponim nama yang khas sesuai dengan pekerjaan, golongan maupun etnis tertentu. Rumah-rumah di Kampung Kulitan ini memiliki nilai sejarah sangat tinggi, karena dahulu kawasan ini dimiliki oleh seorang kaya bernama Tasripin beserta kerabatnya. Sebagian besar kawasan ini dipergunakan sebagai usaha untuk penyamakan kulit, sehingga terkenal dengan sebutan Kampung Kulitan. Penelitian ini berusaha untuk melihat sampai sejauh mana pengaruh arsitektur islam diadobsi dan diterapkan dalam rumah tinggal Kampung Kulitan. Zein Moedjojono dalam “Dari Rumah Sekuler Menuju Rumah Muslim” mengutip bahwa batasan rumah muslim adalah mengacu pada AL Qur’an dan Hadist, berangkat dari pemahaman bahwa rumah muslim adalah berlandaskan pada tata nilai masyarakat muslim. Konsepsi rumah muslim berlandaskan pada ajaran Islam Hablum minallah, hablum minannas wa hablum minal ‘alamien, mengandung arti keserasian /keselarasan hubungan secara islami antara manusia dengan Allah, dengan sesamanya dan dengan alam lingkungannya. Dari karakteristik rumah tradisional kampung Kulitan dapat dilihat terjadinya akulturasi budaya yang sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya islam. Hal ini terlihat dari bentuk bukaan fasade dengan 3 pintu yang mencerminkan pengejawantahan dari Islam, Ikhsan maupun Iman, ornamentasi terutama pada hiasan lubang angin dengan bentuk geometris serta flora yang lebih dekat ke nuansa Islam, bentuk-bentuk lengkung yang islami, serta bentuk denah dengan pembagian zona yang jelas baik untuk kegiatan yang bersifat publik, semi privat maupun privat. Kata Kunci : Arsitektur Islam, Rumah Tradisional, Kampung Kulitan PENDAHULUAN Arsitektur Islam adalah arsitektur yang berangkat dari konsep pemikiran Islam. Inti dari ajaran Islam adalah Al Quran dan Al Hadist, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Arsitektur Islam juga memiliki inti yang sama. Dalam kategori ini arsitektur Islam yang dimaksud tidak terkait atau terikat dengan suatu zaman atau periode tertentu atau kaum tertentu, jadi dapat dikatakan arsitektur Islam adalah abadi dan borderless atau tidak terbatas pada daerah tertentu, bagi kaum tertentu. Arsitektur Islam sebagai cerminan budaya sosio cultural ummah (masyarakat Islam) yang tengah berkembang pada periode waktu dan tempat tertentu (selanjutnya kita sebut arsitektur budaya islam). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi corak arsitektur budaya Islam diantaranya periode kebudayaan, teknologi, dan iklim setempat. Islam telah mengalami banyak periode kebudayaan. Di saat Islam masih baru berkembang di Arab, kebudayaan Arab banyak memberikan corak dalam arsitektur Islam, kemudian ketika kekhalifahan menguasai Andalusia, corak kebudayaan setempat turut memberikan warna pada arsitektur Islam. Demikian pula ketika Islam berkembang di daerah-daerah lain di seluruh dunia, Indonesia contohnya sintesa dengan budaya jawa melahirkan corak arsitektur yang berbeda pula. Begitu pula dengan pengaruh letak geografis dan iklim pada bangunan arsitektur Islam setempat. Di Arab bangunan menggunakan dinding yang tebal dan bentuk yang relatif sederhana (kotak) ini adalah proses adaptasi terhadap iklim gurun yang memiliki perbedaan temperatur yang sangat ekstrim antara waktu siang dan malam harinya. Lain di Arab lain pula di Asia Tenggara, untuk mengantisipasi air hujan rumah-rumah menggunakan atap miring untuk mengalirkan air hujan. Bukaan-bukaan yang besar untuk mengalirkan udara ke dalam ruangan.

Item Type:Conference or Workshop Item (Paper)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:32378
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:10 Jan 2012 13:55
Last Modified:10 Jan 2012 13:55

Repository Staff Only: item control page