BERBAGI RUANG PADA JALUR PEDESTRIAN DI PUSAT KOTA

SUKAWI, SUKAWI (2010) BERBAGI RUANG PADA JALUR PEDESTRIAN DI PUSAT KOTA. Jurnal Berkala Teknik, 1 (4).

[img]
Preview
PDF - Published Version
2147Kb

Abstract

Sejak beberapa tahun yang lalu telah terjadi perubahan fungsi pada kawasan simpang lima yang semula sebagai daerah permukiman menjadi daerah perdagangan dan jasa. Perubahan tersebut berpengaruh pada semakin banyaknya pengunjung dan penyediaan fasilitas untuk pejalan kaki antara lain jalur pejalan kaki. Jalur pejalan kaki adalah merupakan sub sistem dari lynkage system, dan membentuk suatu urban space kota Semarang berupa corridor Simpang Lima. Jalur pejalan kaki sebagai suatu urban space sepanjang memiliki ruang sirkulasi dan lebar serta daya tampung yang cukup, akan berpotensi bagi munculnya aktivitas sosial dan kegiatan-kegiatan lain yang senantiasa akan berada disitu. Jalur pejalan kaki merupakan elemen perancangan kota yang penting, yaitu membentuk keterhubungan antar aktivitas pada suatu lokasi. Jalur pejalan kaki merupakan subsistem linkage dari jalur jalan suatu kota. Berbagai aktivitas yang terjadi di jalur pejalan kaki Simpang Lima, yang juga merupakan salah satu urban space yang penting untuk kota Semarang, menunjukkan bahwa jalur pejalan kaki tidak hanya berfungsi untuk pergerakan manusia berjalan dari satu titik ke tujuan tetapi juga berfungsi sebagai wadah ekspresi penggunanya dan menampung berbagai aktivitas yang muncul. Demikian juga jalur pejalan kaki di Simpang Lima disamping secara fisik berfungsi sebagai prasarana bagi pejalan kaki, sekaligus ia mewadahi ekspresi sosial para penggunanya dan aktivitas lainnya yang muncul. Kata kunci: pedestrian, berbagi ruang, pusat kota. Pendahuluan Perkembangan urban space yang diawali dari area pasar dizaman Mesir kuno yang disebut Agora, tumbuh dari budaya yang berorientasi pada aktivitas berjalan kaki jauh sebelum ditemukannya kendaraan bermotor (Rubenstein, 1992). Ruang-ruang dizaman dahulu memilki fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan, pemerintahan, dan tempat-tempat untuk berkumpul. Kemudian pada jaman Romawi dikembangkan perencanaan kota-kota yang menerapkan sistim blok-blok teratur mengikuti dua jalan besar (avenue) yang saling memotong tegak lurus yang disebut gridiron, dan berfungsi sebagai urban space. Pola-pola tersebut sampai sekarang masih dipakai oleh para perencana kota dalam merencanakan urban space.

Item Type:Article
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:32375
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:10 Jan 2012 13:38
Last Modified:10 Jan 2012 13:38

Repository Staff Only: item control page