Sidhartani, Magdalena (2007) Peran Edukasi Pada Penatalaksanaan Asma Pada Anak. Documentation. Diponegoro University Press, Semarang.
| PDF - Published Version 1605Kb |
Abstract
Asma adalah penyakit kronik yang sering ditemukan pada anak dan sejak dua decade terakhir angka kejadiannya meningkat. Di Indonesia angka kejadian asma pada anak 6-12 tahun6,2-6,7%. Asma mempunyai dampak negative pada kehidupan penderita maupun keluarganya sehingga mempengaruhi kualitas hidup anak/keluarganya serta memerlukan biaya pelayanan kesehatan yang besar. Definisi asma menurut Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) tahun 2003 yaitu wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam/dini hari (noktumal), musiman, adanya faktor pencetus antara lain aktivitas fisik, dan dapat sembuh sendiri maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarganya. Peningkatan prevalensi asma pada anak akan menimbulkan masalah bertambahnya kunjungan atau perawatan di rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan lain, utamanya di unit gawat darurat (UGD) bila terjadi serangan asma akut. Anak akan menderita karena sesak nafas dan gejala asma yang lain, juga mengalami gangguan aktivitas sehari-harinya, termasuk seringnya absen di sekolah, berkurangnya kebugaran jasmani, dan kecemasan yang berulang. Serangan asma bila tidak segera diatasi dan berlangsung lama akan menyebabkan turunnya kualitas hidup dan gangguan tumbuh kembang anak. Beban yang berat juga akan ditanggung orangtua maupun keluarganya, baik berupa beban ekonomi, kecemasan dan lain-lain. Karena asma tidak hanya mempengaruhi fungsi pemafasan saja tetapi juga mempengaruhi komponen fisik, sosial dan emosional maka penatalaksanaan asma bukan hanya dengan obat-obatan saja (yang memerlukan pemilihan jenis, dosis dan cara pemberian yang tepat), melainkan harus secara komprehensif yang meliputi prevensi dan intervensi dini, identifikasi alergen dan pengendalian lingkungan, serta monitoring dan edukasi yang terus menerus baik pada anak maupun keluarganya. Tujuan penatalaksanaan asma anak secara umum adalah untuk menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal, dengan cara: 1. Pasien dapat menjalani aktivitas normalnya, termasuk bermain dan berolahraga 2. Sesedikit mungkin angka absensi sekolah 3 Gejala tidak timbul siang ataupun malam hari 4. Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada beda yang besar antara pengukuran pagi dan sore. 5. Kebutuhan obat seminimal mungkin dan bebas dari serangan asma 6. Efek samping obat seminimal mungkin, terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Disamping obat-obatan pereda maupun pengendali asma, perlu dilakukan pencegahan dan tindakan dini untuk asma. Kedua hal ini harus menjadi tujuan utama penatalaksanaan asma. Misalnya pengendalian lingkungan, pemberian ASI eksklusif minimal 4 bulan, penghindaran makanan berpotensi alergenik, mengurangi pajanan terhadap tungau debu rumah dan rontokan bulu binatang. Edukasi yang baik memupuk kerjasama antara dokter dan penderita (dan keluarganya) sehingga penderita dapat memperoleh ketrampilan pengelolaan mandiri (self management) untuk berperan-serta aktif. Penderita dan keluarganya bersama dokter bekerja sama mengembangkan rencana pengobatan individual dan secara berkala meninjau kembali rencana tersebut guna mengidentifikasi dan mengatasi kesulitan yang timbul Program edukasi guna pengelolaan mandiri asma akan meningkatkan fungsi paru dan perasaan mampu mengelola secara mandiri, mengurangi angka absen di sekolah, mengurangi hari dengan keterbatasan aktivitas, berkurangnya kunjungan ke UGD dan kurangnya gangguan tidur malam hari Taggart (2001) menyebutkan dalam edukasi ada lima R yaitu : 1. Reach agreement on goals 2. Rehearse asthma management skills 3. Repeat messages 4. Reinforce appropriate behaviour 5. Review results Hubungan dokter dengan penderita sangat berpengaruh terhadap ketaatan pada penatalaksanaan asma maupun penyakit kronis yang lain. Perlu strategi komunikasi guna merubah perilaku yaitu: berikan perhatian dengan berbicara kepada anak dan orang tuanya secara terbuka, tentang penyakitnya, bicarakan ketakutan dan harapan penderita, berikan jalan keluar yang memungkinkan, dan tingkatkan kepercayaan diri penderita. Program edukasi seharusnya merupakan bagian dari pelayanan rutin pada anak dan remaja dengan asma.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Additional Information: | Pidato Pengukuhan Guru Besar |
Subjects: | R Medicine > RJ Pediatrics > RJ101 Child Health. Child health services |
Divisions: | Faculty of Medicine > Department of Medicine Faculty of Medicine > Department of Medicine |
ID Code: | 322 |
Deposited By: | Mr. Sugeng Priyanto |
Deposited On: | 13 Jul 2009 19:05 |
Last Modified: | 13 Jul 2009 19:05 |
Repository Staff Only: item control page