Kewaspadaan Terhadap Infeksi Cytomegalovirus serta Kegunaan Deteksi secara Laboratorik

Suromo, M.A. Lisyani Budipradigdo (2007) Kewaspadaan Terhadap Infeksi Cytomegalovirus serta Kegunaan Deteksi secara Laboratorik. Documentation. Diponegoro University Press, Semarang.

[img]
Preview
PDF - Published Version
3643Kb

Abstract

Infeksi Cytomegalovirus (CMV) tidak harus bergabung dengan infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex), juga tidak terbatas pada ibu hamil yang mungkin menularkan kepada janin atau anak yang dapat menyebabkan cacat lahir, buta atau tuli, melainkan dapat menyerang setiap individu. Infeksi CMV umumnya berjalan simtomatik pada penderita dengan kompetensi system imun tubuh yang baik, namun apabila individu berada dalam kondisi imun belum matang (misalnya janin, bayi baru lahir), tertekan (memakai obat immunosupressan), atau lemah (misalnya menderita kanker, human immunodeficiency virus, dan lain-lain), dapat menimbulkan gejala klinik yang nyata dan berat. Setelah infeksi primer atau infeksi pertama kali, CMV hidup menetap (dormant) dalam gel tubuh inang. Infeksi berjalan laten, namun reaktivasi, replikasi, reinfeksi sering terjadi. Penyebaran dalam tubuh atau endogen dapat terjadi melalui sirkulasi darah dan dari gel ke gel. Infeksi CMV bersifat sistemik, menyerang berbagai gel organ tubuh dan dapat meningkatkan proses inflamasi, memacu respons autoimun, terlibat dalam patogenesis aterosklerosis, memacu timbulnya dan mempercepat progresivitas keganasan, menyebabkan infertilitas. Prevalensi infeksi CMV di negara berkembang mencapai 80-90% dari populasi, Lisyani mendapatkan angka lokal di tahun 2004 sebesar 87,8 %. CMV dijumpai terbanyak dalam saliva dan urin, ekskresi dapat terjadi berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, sehingga kemungkinan penularan mudah terjadi. Dengan demikian, transmisi infeksi selain dari ibu ke janin atau bayi baru lahir, dapat pula terjadi melalui kontak langsung, kontak dengan barang-barang yang terkontaminasi, kontak seksual, transfusi darah, transplantasi organ dan sebagainya. Infeksi CMV melibatkan banyak interaksi antara molekul -molekul yang dimiliki oleh CMV dengan molekul inang yang sudah ada ataupun yang terbentuk karena pacuan CMV. Respons imun tubuh sangat berperan untuk meniadakan virus, yang diperantarai gel seperti natural killer atau gel NK, sel limfosit T CD8+ atau T sitotoksik atau T sitolitik, gel T CD4+ yang mengaktifkan makrofag, dan yang diperantarai antibodi seperti IgG dan IgM. Eliminasi ditujukan terhadap protein struktural CMV yang bersifat imunogenik. Mekanisme penghindaran CMV terhadap respons imun tubuh juga terjadi. Infeksi CMV seringkali berjalan asimtomatik atau tanpa gejala, oleh karena itu deteksi secara laboratorik sangat diperlukan. Bahan pemeriksaan atau spesimen yang digunakan ialah serum darah, urin, cairan tubuh lain. Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan ialah menetapkan kadar imunoglobulin (Ig) atau antibodi terhadap antigen virus CMV, yaitu IgM, IgG, IgG avidity. Imunoglobulin yang terdeteksi secara laboratorik ini, bukan merupakan antibodi yang mampu meneutralkan antigen protein CMV struktural, sehingga hanya dapat dipakai untuk menunjang diagnosis atau menggambarkan respons tubuh terhadap infeksi CMV. IgM untuk mendeteksi infeksi primer akut yang terbentuk dalam 3-5 hari pasca infeksi, juga untuk mendeteksi infeksi fetus atau kongenital. Pada infeksi primer, IgG mun.cul kira-kira 2 minggu kemudian. Pada reaktivasi, reinfeksi, IgG muncul lebih cepat disertai kadar yang lebih tinggi dan kekuatan mengikat yang lebih baik (avidity), sehingga serokonversi dan IgG aviditydipakai untuk membedakan infeksi baru atau lama. Metoda pemeriksaan laboratorium yang digunakan ialah ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) atau ELFA (enzyme linked immunofuorescent assay). Di samping itu, kultur virus, pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) kualitatif dan kuantitatif, dapat dilakukan untuk mengetahui muatan atau pelepasan virus dalam cairan tubuh. Hasil pemeriksaan mikroskopik sedimen urin rutin pengecatan Sternheimer-Malbin, yaitu penemuan gel epitel tubulus raksasa (giant cell) yang mengandung benda inklusi intranukleus, dipakai untuk mengetahui replikasi virus. Pemeriksaan laboratorium lain untuk menunjang manifestasi klinik infeksi CMV, dapat dilakukan sesuai indikasi antara lain yaitu terhadap radang secara umum, radang: saluran kemih, saluran cerna, hati, paru, mata, telinga, pemeriksaan penunjang manifestasi klinik aterosklerosis, petanda tumor. Pengobatan terhadap infeksi CMV, sama seperti infeksi virus pada umumnya. Pola hidup sehat termasuk istirahat cukup, sangat penting agar sistem imun dapat bekerja dengan baik. Higiene dan sanitasi perfu diperhatikan untuk mencegah penularan. Calon ibu terinfeksi CMV primer akut sebaiknya menunda untuk hamil. Bayi baru lahir dengan ibu terinfeksi CMV, perlu diperiksa IgM, agar infeksi kongenital dapat diketahui dan diupayakan minimalisasi timbulnya manifestasi klinik di kemudian hari. Pemeriksaan sederhana mikroskopik urin rutin perlu dipakai sebagai uji saring untuk mengetahui infeksi, replikasi, dan mengantisipasi kemungkinan pelepasan virus dalam urin. Pada pemberian transfusi darah, resipien dengan infeksi CMV negatif idealnya tidak menerima darah dari donor terinfeksi, namun timbul kendala karena prevalensi infeksi CMV sangat tinggi. Harga pemeriksaan laboratorium relatif masih mahal, hal ini semua menjadi tantangan di dalam pemikiran dan pemecahan masalah.

Item Type:Monograph (Documentation)
Additional Information:Pidato Pengukuhan Guru Besar
Subjects:R Medicine > RB Pathology
Divisions:Faculty of Medicine > Department of Medicine
Faculty of Medicine > Department of Medicine
ID Code:321
Deposited By:Mr. Sugeng Priyanto
Deposited On:13 Jul 2009 19:00
Last Modified:13 Jul 2009 19:00

Repository Staff Only: item control page