DEMAK TRADITIONAL HOUSE REVIEWS MORPHOLOGICAL STRUCTURE AND SOCIO CULTURAL BACKGROUND

Nugroho, Satrio (2009) DEMAK TRADITIONAL HOUSE REVIEWS MORPHOLOGICAL STRUCTURE AND SOCIO CULTURAL BACKGROUND. In: Seminar Internasional " NURI " , Ruang Seminar Gedung A Lt.3 Jurusan Arsitektur FT. Undip.

[img]
Preview
PDF - Published Version
236Kb

Abstract

Abstract — The house is a basic human need in addition to the needs for food and clothing. Every human being in the running life need a place to shelter from disturbance, either from nature or from other humans. At a higher level of the house is also a means to meet human needs will aktualisasl themselves. needs to show his true identity (Suiniarto, 1992). Javanese culture is not a homogenous culture, there is diversity of regional nature, along the Central Java and East Java. Javanese cultural diversity is a bit more compatible with the areas of language and dialect in tanipak also elements such as food, ceremonial houses, art, and architecture in the realization of the building. primarily residential. Koentjaraningrat (1984) divide Java into several cultural areas. namely, Banyumas; Bagelen, Nagari-gung; Mancanagari; Sabrang Wetan and Pesisiran. Pesisiran areas are divided into two areas of the West Coast, based in Cirebon and the East Coast, based in Demak. In the history of Islam in Java, Demak many so-called Islamic empire that first standing on the second half of 15th century and became one of the center spread of the religion of Islam (Degraaf, 1985). In addition to the authorities, their role as guardians of religious leader crucial both in the field of religion and also in government. Keywords : shelter, traditional house, javanese culture I. LATAR BELAKANG Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia disamping kebutuhan-kebutuhan akan sandang dan pangan. Setiap manusia dalam menjalankan kehidupannya membutuhkan suatu tempat untuk berlmdung dari gangguan, baik dari alam maupun dari manusia lam. Pada tmgkat yang lebih tmggi rumah juga merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan aktualisasl diri. kebutuhan untuk menampilkan jati dirmya (Sumiarto, 1992). Rumah sebagai elemen utama dari lmgkungan permukiman merupakan hasil karya bersama dari mayarakat setempat yang dalam ungkapan fisiknya sangat dipengaruhi oleh faktor sosiokultural dari masyarakat setempat (Rapoport, 1982). Hal tersebut akan memperlihatkan keseragaman bentuk rumah pada satu lingkungan atau tempat tertentu. Perbedaan wilayah serta kebudayaan akan menyebabkan perbedaan dalam ungkapan arsitektur bangunannya. Bagi orang Jawa, kebudayaan Jawa tidaklah merupakan kebudayaan yang homogen, ada 1 Satrio Nugroho, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, Jl. Prof Soedarto Tembalang Semarang, Telp. 024 7063999, Fax. 024 7063888, email : nucisoe@gmail.com keaneka ragaman yang sifatnya regional, sepanjang daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebudayaan Pesisir adalah kebudayaan yang terdapat di kota-kota di pantai utara Jawa. Penduduk daerah pesisir ini pada umumnya adalah pemeluk agama Islam yang relatif puritan, sejarah kesusasteraan mereka yang sudah berumur 4 abad menunjukkan suatu pengaruh agama Islam yang kuat. Selam pengaruh agama Islam perdagangan juga memegang peranan yang penting pada masyarakat pesisir. Kota-kota pentmg di pantai utara sejak dulu terkenal sebagai kota-kota bandar yang ramai dan banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari berbagai bangsa (Hatmosuprobo, 1986). Dalam sejarah perkembangan Islam di Jawa, Demak banyak disebut-sebut sebagai kerajaan Islam yang pertania berdiri pada paruh kedua abad 15 serta menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam (Degraaf, 1985). Selam penguasa, peran para wali sebagai pemimpm keagamaan sangat menentukan baik dalam bidang keagamaan dan juga dalam pemerintahan. Dari pengamatan awal terhadap beberapa rumah-rumah daerah Demak, terlihat bahwa atap pencu yang merupakan varian dari atap joglo dengan brunjung (tingkatan atap bagian atas) menjulang tmggi banyak dibangun walaupun penghuninya bukan orang berpangkat ataupun orang yang mampu. Di daerah Demak rumah tradisional pada umumnya terdiri dari dalem dan dapur di belakang. Bagian depan selalu terdapat emperan, bagian depan dalem kadang-kadang ditambah bangunan pringitan untuk ruang tamu. Pintu masuk merupakan pintu ganda (kupu tarung) yang acap kali dilengkapi dengan pintu kecil di bagian depan. Pmtu masuk kadang-kadang hanya satu di tengah atau tiga buah. Jendela diletakkan disamping pmtu secara simetris atau di sisi bangunan. Ornamen pada jurai dan bubungan atap hampir selalu dijumpai, terbuat dari tembikar dan dihiasi dengan pecahan keramik berwama putih. II. RUMUSAN PERMASALAHAN Dan keragaman dan keseragaman bentuk rumah di daerah Pesisir Timur membawa pada rumusan permaasalahan berikut : 1. Bagaimanakah karakteristik rumah tradisional Jawa di daerah pesisir Timur 2. Bagaimanakah latar belakang sosial dan budaya masyarakat pada daerah tersebut. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sebagai Bagian Dari Kebudayaan Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1985) adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari

Item Type:Conference or Workshop Item (Paper)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:3160
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:07 Jan 2010 14:42
Last Modified:07 Jan 2010 14:42

Repository Staff Only: item control page