Soedarsono, Soedarsono (1982) Pengaruh pemberian prostaglandin F21 (PGE4 secara intra muscular) dan intra uterin terhadap kecepatan timbulnya birahi serta persentase kebuntingan pada sapi peranakan Frisian Holstein (PFH). Masters thesis, UNIVERSITAS DIPONEGORO.
PDF - Published Version Restricted to Repository staff only 2860Kb |
Abstract
Pengaruh Pemberian Prostaglandin F2a.(PGF2a) secara Intra Muskuler dan Intra Uterin terhadap Kecepat¬an Timbulnya Berahi serta Persentase Kebuntingan pada Sapi Peranakan Frisien Holstein (PFH) (Dibawah bimbing¬an S. Partodihardjo, sebagai Ketua, Nozes R. Toelihere dan S. Djojosoedarmo, sebagai anggota). Penelitian ini dilakukan di desa-desa Bandarjo, Su-sukan, Sidomulyo, Kalirejo dan Candirejo, Kecamatan Unga-ran, Kabupaten Semarang, selama enam bulan antara Juli sampai dengan Desember 1981. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahul kecepat-an timbulnya berahi sebagai akibat gertak berahi dengan PGF2a. secara intra muskuler (IM) maupun intra uterin (IU). Selain itu juga diamati terjadinya kebuntingan sesuadah diinseminasi pada waktu berahi sebagai akibat gertak pada sapi-sapi dara, paritas 1-2 (P 1-2) dan pa-ritas 3-4 (P 3-4). Data dan informasi dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pros-taglandin dan pengaruhnya terhadap fertilitas ternak. Untuk maksud ini digunakan 54 ekor sapi PFH lokal milik petnni peternak yang disusun dalam pola faktorial 3 x 3 dengan rancangan dasar Rancangam Acak Lengkap, dengan ulangan enam. Untuk membedakan frekuensiterjadinya keblultingan pada masing-masing perlakuan di-gunakan uji Ehi-kuadrat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siklus bera¬hi alami sapi-sapi PFH lokal dara, P1-2 dan P3-4 masing¬masing adalah 20.5+1.98 SE (16 sampai 27),. 20.98+1.09 SE (19 sampai 24) dan 20.55+1.08 SE (19 sampai 24) hari. Lama berahi alami adalah 17.22+0.74 SE (15 sampai 19) jam dengan 67 persen pada lama berahi 17 sampai 19 jam. Kebengkakan vulva (V), keadaan lendir (L), perubah¬an tingkahlaku (T) dan ereksi uterus (E) merupakan nilai intensitas berahi, berkisar antara 2, 2, +, 1 sampai 3, 3, +, 3 dengan rata-rata V, 2.3, 2.3 serta kenaik an suhu vagina 0.91+0.13 SE °O, Pemberian PGF2a. baik secara IM maupun IU sangat nyata menggertak timbulnya berahi (P<0.01). Waktu ger¬tak ICI dan IU masing-masing adalah 57.83+5.34 SE dan 32.05+7.53 jam (P? 0.05). Waktu gertak IK antara 48 sam¬pai 60 jam adalah 50 persen dari kejadian, sedang untuk IU antara 24 sampai 48 jam adalah 45 persen dan kurang 24 jam adalah 39 persen dari semua kejadian. Lama berahi sebagai akibat gertak secara INS adalah 19.89+2.10 SE jam dengan kisaran 15 sampai 25 jam, dengan frekuensi kejadian 17 sampai 19 jam: 39 persen, 14 sam¬pai 16 jam: 17 persen dan lebih dari 19 jam: 44 persen. Sedangkan gertak secara IU, lama berahi rata-rata adalah 19.44+1.92 SE jam dengan kisaran 14 sampai 26 jam dan frekuensi 17 sampai 19 jam: 34 persen, 14 sampai 16 jam: 22 persen dan lebih dari 19 jam: 44 persen. Intensitas berahi sebagai akibat gertak berahi se-cara IM, dinilai dari V, L, T, E berkisar antara 1, 1, +, 2 sampai 3, 3, +, 3 dengan rata-rata V, L: 2.1, 2.-1 serta kenaikan suhu vagina rata-rata 0.86+0.17 SE °C. Gertak berahi secara IU memberikan intensitas berahi de¬ngan kisaran 1, 1, 2 sampai 3, 3, +, 3 dengan rata rata V, L: 2.0 serta 2.2 dan kenaikan suhu vagina rata-rata 0.82+0.20 °C. Persentase terjadinya kebuntingan pada semua paritas tanpa gertak maupun dengan gertak berahi III dan IU ben-turut-turut adalah 50, 61 dan 50 persen (P)0.05). Se-dangkan pada messing-messing paritas dara, P1-2 dan P3-4 dengan dan tanpa gertak berahi, memberikan persentase kebuntingan 50, 56 dan 61 persen (P;>0.05).
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > SF Animal culture |
Divisions: | Faculty of Animal and Agricultural Sciences > Department of Animal Agriculture |
ID Code: | 28201 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 5 |
Deposited On: | 30 May 2011 14:37 |
Last Modified: | 30 May 2011 14:37 |
Repository Staff Only: item control page