ASASTO SAROYO, ANDRIANTO (2007) STASIUN TELEVISI O CHANNEL DI JAKARTA. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik .
| PDF - Published Version 68Kb |
Abstract
Keberadaan Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 telah memberikan kesempatan kepada setiap daerah untuk melaksanakan otonomi daerah, khususnya dalam bidang penyiaran, sesuai dengan semangat desentralisasi yang diilhami oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pesan yang disampaikan oleh UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 tersebut adalah adanya keinginan untuk menguatkan civil society di Indonesia, sehingga masyarakat diberi ruang partisipasi dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara. (www.pikiranrakyat.com) Latar belakang legitimasi politis atas lembaga penyiaran swasta lokal sendiri juga berawal dari pertimbangan yang bersifat ekonomis, yaitu untuk mengeliminasi monopoli kepemilikan media televisi oleh pemodal tertentu, serta untuk melakukan desentralisasi modal dan akumulasi keuntungan dalam bisnis penyiaran, sesuai dengan semangat otonomi daerah. Kemudian muncullah klausul, “Lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi terdiri atas stasiun penyiaran jaringan atau stasiun penyiaran lokal”. (Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, 2004). Menurut Agus M. Irkham, dalam dua tahun terakhir perkembangan pertelevisian di Indonesia sangat pesat. Kalau pada tahun 1995 hanya terdapat satu stasiun terlevisi swasta. Mulai dari RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, ANTV, TransTV, TV Global, TV 7, Lativi, dan Metro TV. Ini belum termasuk stasiun televisi lokal-regional seperti TV Borobudur (Semarang), JTV (Surabaya), Bali TV (Bali), termasuk pula Jak TV dan O Channel (Jakarta) dan lain-lain. (www.suaramerdeka.com) Fenomena yang ada saat ini adalah terbentuknya stasiun televisi lokal yang berada dalam satu wilayah tertentu yang mempunyai jangkauan siaran yang terbatas pada wilayah tersebut pula. Televisi lokal tersebut digunakan sebagai cara menjaring realitas kehidupan yang bersifat lokal atau sesuai dengan kebiasaan khalayaknya sehingga secara emosional lebih dekat dan pasar pun sudah tersegmentasi. Menurut Pasal 31 Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002, stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut. Televisi lokal hadir untuk mendidik sekaligus mengakomodasikan dan mewujudkan semangat otonomi daerah yang bermartabat untuk persatuan Indonesia. Artinya, televisi lokal melekat dengan semangat otonomi daerah. Hal ini karena televisi nasional tak mungkin menampilkan wajah daerah yang sesungguhnya. Menurut Imawan Mashuri, Direktur Utama JTV, pengelolaan televisi lokal terlebih dahulu ditujukan untuk mendidik masyarakat daerah yang selama ini pola budayanya disentralkan. (Cakram Komunikasi No. 06 Tahun 2003) DKI Jakarta sebagai sebuah ibukota negara dan salah satu pusat kegiatan ekonomi di Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 7 juta jiwa (kepadatan 11.924 jiwa/km2) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,76 tiap tahunnya (2004) meruoakan area pasar yang besar bagi industri informasi dan hiburan. Stasiun televisi swasta lokal/regional dapat menjadi alternatif disamping stasiun televisi nasional sebagai media untuk memperoleh informasi dan hiburan. O Channel – Jakarta’s Own Channel merupakan stasiun televisi swasta di Indonesia dengan jangkauan area operasi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Stasiun televisi yang dimiliki MRA Media Group ini memulai siaran percobaan pada 9 Agustus 2004 dan diluncurkan pada pertengahan 2005. Selain acara bermuatan lokal, sajian acara O Channel didominasi dengan acara iburan dan gaya hidup. O Channel mengudara selama 17,5 jam (07.30-01.00 WIB) tiao harinya, perpanjangan waktu siaran (20jam) direncanakan pada pertengahan tahun 2007. Sekitar 55 jam dari masa siaran O Channel tiap minggunya diisi dengan program-program luar negeri hasil kerjasama dengan perusahaan Kanada Chum Teluvision International. Sebagai televisi lokal Jakarta, O Channel (PT. Omni Intovision) menyorot kehidupan masyarakat Jakarta yang haus akan lifestyle pada kehidupan sehari-harinya. Menurut Ismawan Mashuri, Direktur Utama J-TV, pengelolaan televisi lokal terlebih dahulu ditujukan untuk mendidik masyarakat daerah yang selama ini pola budayanya disentralkan (Cakram Komunikasi No. 06 tahun 2003). Terkait dengan hal tersebut, ketajaman dan kedalaman tentang kehidupan lifestyle Jakarta yang tidak ditampilkan oleh televisi nasional diakomodasikan oleh O Channel melalui konsep proximity media tersebut terhadap masyarakat Jakarta. Dengan kata lain, masyarakat diberikan kemudahan akses informasi mengenai dunianya sendiri melalui televisi lokal O Channel. Masyarakat Jakarta mempunyai karakteristik yang beragam. Dalam perkembangannya, budaya populer masyarakat Jakarta dianggap sebagai budaya massa yang diproduksi dan dikonsumsi oleh media, terutama televisi lokal, termasuk O Channel, yang menggarap lokalitas sebagai menu sehari-hari. O Channel sebagai stasiun penyiaran televisi lokal mempunyai basis yang kuat dalam mengetengahkan masalah budaya metropolitan yang cenderung populer di kalangan masyarakatnya. Hal ini karena segmentasinya cenderung mengikuti pola budaya msyarakat Jakarta (target pngsa usia 18-49 tahun) dengan mengeksplorasi hal-hal lokal. Ditambah juga jaringan yang terjalin dengan berbagai media cetak seperti : Cosmopolitan, Cosmogirl, Seventeen dan MTV Trax. Lalu, dengan berbagai radio jaringan seperti : Hard Rock FM, Trax FM, Cosmopolitan FM dan I-Radio yang bersegmentasi serupa. Stasiun lokal pertama Jakarta ini memfokuskan diri pada dunia hiburan dan gaya hidup yang menjadi sorotan dan memiliki daya jual tersendiri pada masyarakat. (www.disettara.com) Sebagai stasiun televisi yang masih muda usianya stasiun televisi ini memerlukan pembenahan dalam berbagai bidang agar dapat bersaing dengan stasiun televisi swasta nasional. Untuk itu diperlukan sarana dan prasarana yang memadai yang dapa tmnunjang kinerjanya dalam menghasilkan produk yang maksimal. Saat ini stasiun televisi O Channel belum memiliki wadah kegiatan yang representatif untuk sebuah stasiun televisi. Untuk menampung aktifitas stasiun televisi O Channel dibutuhkan wadah berupa bangunan dan fasilitasnya yang dapat mendukung kemajuan stasiun televisi tersebut. Wadah yang akan dibangun harus cukup representatif untuk aktifitas yang terkait dengan televisi swasta lokal dalam jangka waktu yang panjang. Dilatarbelakangi keinginan dan upaya O Channel untuk benar-benar menjadi pelopor atau staiun televisi pertama yang terfokus pada kota besar, O Channel merencanakan pembangunan kantor dan studio set O Channel yang unik dan berkelas, yang terintegrasi dengan penyajian program-programnya. Tujuannya adalah untuk memudarkan batasan antara dunia luar dan dunia penyiaran, membuat pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di dalam dapat terlihat oleh publik, tidak hanya program-program on air tetapi juga program-program yang dilakukan di lokasi. O Channel percaya bahwa televisi adalah sebuah proses, dimana proses itu harus dibagi dengan khalayak atau audiensnya. O Channel bertujuan untuk menyediakan standar baru dalam dunia pertelevisian, yang fokus dan terikat secara langsung dengan masyarakat Jakarta. Sejalan dengan posisinya sebagi city centric channel, studio set O Channel yang unik akan berada di jantung Kota Jakarta sehingga dapat dengan mudah diakses. Itu semua adalah keinginan dan upaya O Channel untuk benar-benar menjadi pelopor atau stasiun TV pertama yang terfokus pada kota besar. (Company Profile O Channel) Jakarta Selatan saat ini berkembang menuju kawasan Central Bussiness District (CBD) yang perkembangannyadiarahkan untuk menjaring kantor-kantor asing, kantor kedutaan besar, dan hunian kelas menengah ke atas. Selain itu perkembangannya yang menuju kawasan bisnis yang tidak hanya berskala regional, tetapi juga berskala nasional bahkan berskala internasional. Mengingat potensi perkembangan yang ada termsuk tersedianya berbagai kemudahan aksesibilitas dengan adanya jalan tol, fly over, dan monorel di masa depan, pemilihan lokasi perencanaan dan perancangan stasiun televisi O Channel pada daerah ini diharapkan mendapat respon positif dari masyarakat. 1. 2. Tujuan dan Sasaran 1. 2. 1. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai yaitu terumuskannya pokok-pokok pikiran sebagai suatu landasan konseptual perencanaan dan perancangan stasiun televisi O Channel di Jakarta sebagai suatu wadah kegiatan yang representatif dan akomodatif dalam memenuhi kebutuhan akan fasilitas sebuah stasiun televisi lokal sebagai penyedia jasa informasi dan hiburan bagi masyarakat dengan jangkauan pelayanan lokal untuk DKI Jakarta dan daerah sekitarnya. 1. 2. 2. Sasaran Tercapainya pemahaman akan potensi, tuntutan, dan permasalahan mengenai perencanaan dan perancangan sebuah fasilitas stasiun televisi yang sesuai dengan kriteria sebuah media informasi dna hiburan yang positif, fasilitatif dan representatif saehingga dapat tersusunnya usulan langkah-langkah pokok perencanaan dan perancangan stasiun televisi O Channel di Jakarta berdasarkan atas aspek-aspek panduan perencanaan (design guideline aspects) arsitektur. 1. 3. Manfaat 1. 3. 1. Subjektif a. Untuk memenuhi salah satu persyaratan menempuh Tugas Akhir sebagai ketentuan kelulusan Sarjana Strata 1 di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. b. Sebagai dasar acuan dalam proses perancangan grafis arsitektur yang merupakan bagian dalam proses penyusunan Tugas Akhir. 1. 3. 2. Objektif Dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa arsitektur, khususnya dalam memahami perencanaan dan peranangan sebuah stasiun televisi. 1. 4. Ruang Lingkup Secara substansial, lingkup pembahasan materi lebih ditekankan kepada penggunaan aspek-aspek dalam disiplin ilmu arsitektur dan beberapa hal lain yang berkaitan dengan fasilitas jasa informasi dan hiburan media televisi yang relevan dengan proses perencanaan dan perancangan sebuah stasiun televisi, seperti ilmu fisika bangunan serta ilmu jurnalistik dan pertelevisian. Secara spasial, perencanaan dan perancangan stasiun televisi O Channel ini berada pada kawasan Propinsi DKI Jakarta. 1. 5. Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini adalah metode deskriptif komparatif, yaitu dengan menguraikan dan membandingkan data-data yang diperoleh untuk kemudian dianalisa hingga didapatkan kesimpulan, batasan, serta anggapan, yang akan menjadi dasar penyusunan program perencanaan dan perancangan arsitektur stasiun televisi swasta lokal di Jakarta. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan cara : Studi literatur, yaitu pengumpulan data dari karya-karya pustaka yang berhubungan dengan teori, konsep, maupun standar perencanaan dan perancangan sebuah stasiun televisi, dan lingkup spasial lokasi perencanaan fasilitas tersebut. Wawancara dengan narasumber untuk memperoleh informasi penunjang sebagai pendukung data yang ada dan sebagai informasi tambahan untuk melengkapi data yang belum ada pada studi literatur. Metode pengumpulan data melalui survey dan dokumentasi dengan pengamatan langsung di lapangan.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 27697 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 12 May 2011 10:50 |
Last Modified: | 20 May 2011 10:58 |
Repository Staff Only: item control page