TOWNHOUSE DI SEMARANG

ARDIYANTA, DINAR (2007) TOWNHOUSE DI SEMARANG. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik .

[img]
Preview
PDF - Published Version
75Kb

Abstract

Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia dan merupakan ruh dalam arsitektur. Pada awalnya tempat tinggal hanya berfungsi sebagai sebuah shelter (pelindung) bagi manusia terhadap kondisi alam, baik berupa iklim, cuaca maupun binatang buas. Kemudian, rumah berkembang fungsinya menjadi sebuah struktur fisik yang seyogyanya mampu mewadahi seluruh aktifitas pembinaan keluarga yang ada didalamnya. Selain aspek-aspek fisik diatas, perlu diperhatikan pula bahwa rumah juga terbentuk dari aspek non fisik yang merupakan cerminan dari karakter penghuninya. Dengan fungsi yang bertambah kompleks maka timbul beragam jenis dan tipe rumah, baik yang low-rise maupun yang high-rise. Pada masyarakat urban di kota-kota besar yang kehidupannya disibukkan dengan masalah pekerjaan, menuntut kedekatan dari pusat kota dengan akses mudah kemana-mana di pusat kota serta nyaman dan aman selama 24 jam di lingkungan yang tidak terlalu luas sudah mulai menjadi syarat mutlak. Hunian di pusat kota saat ini lebih didominasi oleh model hunian seperti apartemen dan kondominium, hal ini seiring dnegan menyempitnya lahan kosong di tengah kota, tetapi sebagian besar masyarakat Indonesia masih lebih menyenangi model hunian yang langsung berhubungan dengan tanah atau dikenal dengan landed house cenderung mneghendaki adanya alternatif hunian. Dengan adanya semua tuntutan tersebut, hunian model townhouse dirasa tepat karena hadir dengan menawarkan suasana baru dan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung para penghuninya. Untuk kebutuhan masyarakat perkotaan yang termasuk golongan ekonomi menengah keatas, tipologi rumah townhouse kurang disosialisasikan, padahal menurut Toronto Urban Design Guidelines (dari Toronto Urban Development Service), townhouse disebut sebagai salah satu alternatif bangunan pintar yang terbukti efisien untuk daerah perkotaan dengan sarana infrastruktur dan transportasi publik yang mapan. Pada perkembangannya, hunian model townhouse tidak kalah banyak jumlahnya dengan hunian model apartemen. Seperti halnya di Jakarta, townhouse juga marak dibangun. Jakarta bagian selatan merupakan bagian dengan jumlah townhouse terbanyak, wilayah ini menjadi wilayah favorit pengembangan townhouse di Jakarta. “Wilayah Jakarta Selatan merupakan kawasan dengan lingkungan yang lebih asri, kualitas udara dan airnya masih bagus serta fasilitas untuk keluarga lengkap. Pertimbangan lain, kawasan selatan lebih diminati oleh kalangan atas dan ekspatriat.” jelas Harry Jap, principal Ray White Pondok Indah Duta dalam Majalah Estate. Banyaknya berdirinya townhouse dipengaruhi oleh permintaan dari konsumen terutama dari kalangan atas yng menginginkan alternatif hunian eksklusif dengan segala fasilitasnya demi menjaga privasi mereka. Selain itu, tuntutan dekat dengan fasilitas publik, seperti pusat belanja, pendidikan, rumah sakit, dan pusat bisnis serta pemukiman sekitar menjadi pertimbangan lainnya. Selain itu, terbukti pada sebuah kompleks townhouse yang ada di Jakarta dan Bandung, semua unitnya kerap disewa dan fasilitas yang disediakan dalam kompleks itu kerap dikunjungi baik oleh penyewa townhouse maupun anggota yang bukan penyewa townhouse. Kota Semarang sebagai Ibukota Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu kota tersibuk di Jawa Tengah dimana menunjang peranan penting baik dalam pemerintahan maupun kegiatan sosial, ekonomi dan pusat distribusi jasa yang melayani kegiatan lokal maupun regional, yang tentunya tidak lepas dari kebutuhan akan perumahan. Tingkat kepadatan Kota Semarang yang tiap tahun semakin meningkat, menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal / rumah di Kota Semarang. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,65 % dari tiap kecamatan yang ada sampai tahun 2011, maka dapat diprediksikan penduduk Kota Semarang tahun tersebut mencapai 1.633.711 jiwa. BWK KECAMATAN r Jumlah Penduduk Tahun 2010 I Semarang Tengah -1,50 % 207.227 Semarang Selatan 0,01 % Semarang Timur -2,50% II Candisari 0,24 % 147.886 Gajahmungkur 1,39 % III Semarang Utara 3,50 % 340.369 Semarang Barat 0,40 % IV Genuk 3,50 % 88.456 V Pedurungan 4,58 % 282.409 Gayamsari 0,85 % VI Tembalang 3,93 % 144.626 VII Banyumanik 2,86 % 137.265 VIII Gunungpati 2,60 % 65.927 IX Mijen 3,40 % 13.263 X Ngaliyan 3,25 % 145.903 Tugu 1,35 % J U M L A H 1.633.711 Tabel 1.1. Proyeksi Tingkat Pertumbuhan Penduduk hingga Tahun 2011 Sumber : RT RW Kota Semarang, Bappeda Kota Semarang 2006 BWK Jml. Pend. Tahun 2010 Kebutuhan Rumah Luas Rumah Luas Total (ha) Besar Sedang Kecil Besar Sedang Kecil I 207.227 4.145 12.443 24.867 130 194 194 518 II 147.886 2.957 8.871 17.744 132 198 199 528 III 340.369 6.807 20.422 40.844 364 455 457 1.216 IV 88.456 1.769 5.307 10.615 111 166 166 442 V 282.809 5.656 16.968 33.937 295 441 441 1.177 VI 144.626 2.893 8.677 17.355 181 272 271 723 VII 137.265 2.745 8.235 16.472 172 258 257 686 VIII 65.927 1.319 3.955 7.911 95 142 142 378 IX 73.263 1.465 4.395 8.792 68 102 102 272 X 145.903 2.918 8.754 17.508 182 274 273 730 Total 1.633.711 32.674 98.023 196.045 1.668 2.502 2.502 6.671 Tabel 1.2. Proyeksi Kebutuhan Rumah di Kota Semarang Tahun 2011 Sumber : RT RW Kota Semarang, Bappeda Kota Semarang 2006 Dengan melihat besarnya jumlah tersebut maka dapat dipastikan kebutuhan akan tempat tinggal tentunya akan mneingkat juga. Hal ini terlihat pada tabel 2. Disadari signifikasi dari townhouseuntuk pemenuhan hunian bagi warga Semarang relatif tidak sebesar perumahan yang jumlahnya ratusan hingga ribuan unit. Apalagi pangsa pasar dari townhouse adalah masyarakat kelas atas. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal / rumah di Kota Semarang adalah mulai diliriknya Kota Semarang sebagai tujuan bisnis dan investasi oleh para calon investor, baik yang berskala mikro maupun makro dan pengembangan Bandar Udara Ahmad Yani menjadi bandara internasional, akan semakin membuka peluang bertambah dan beragamnya pendatang yang masuk ke Kota Semarang baik lokal maupun internasional menjadi pertimbangan unutk prospek townhouse di Semarang. Dengan faktor-faktor tersebut diatas, pengembangan suatu lingkungan hunian yangd apat mengakomodir kebutuhan tempat tinggal bagi warga Semarang dirasa sangat perlu, mengingat perkembangan Kota Semarang yang cukup bagus. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini penulis berupaya untuk dapat memberikan kontribusi bagi penyelesaian masalah perumahan dengan cara memasyarakatkan tipologi townhouse di Indonesia, dengan Semarang sebagai objeknya. 1. 2. Tujuan dan Sasaran a. Tujuan Tujuan pembahasan ini adalah untuk merumuskan landasan program perencanaan dan perancangan arsitektur sehingga mewujudkan suatu landasan yang konseptual bagi perancangan sebuah fasilitas hunian townhouse di Semarang yang representatif dan mampu mewadahi segala kegiatan yang berlangsung. b. Sasaran Adapun sasarannya adalah untuk mneyusun Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur fasilitas hunian dalam bentuk townhouse di Semarang. 1. 3. Manfaat a. Manfaat secara subyektif  Sebagai pedoman dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang akan dilanjutkan dalam Desain Grafis.  Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh mata kuliah Tugas Akhir yang harus dipenuhi untuk kelulusan S1 di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. b. Manfaat secara obyektif  Dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang akan mengajukan proposal Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur. 1. 4. Lingkup Pembahasan a. Ruang Lingkup Substansial Townhouse di Semarang adalah suatu perencanaan dan perancangan suatu kawasan perumahan yang representatif dekat dengan pusat kota beserta fasilitas-fasilitas pendukungnya. b. Ruang Lingkup Spasial Daerah perencanaan dan perancangan suatu kawasan townhouse ini nantinya akan berlokasi di Kecamatan Gajah Mungkur Semarang. 1. 5. Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengidentifikasi data, menganalisa studi kasus, menetapkan batasan dan anggapan, melakukan pendekatan-pendekatan dan menentukan program perancangan. Data yang digunakan dalam penyusunan LP3A ini diperoleh dengan metode pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan cara :  Pengumpulan Data Primer Merupakan langkah yang diambil untuk memperoleh data mengenai objek dengan cara observasi langsung pada lokasi perencanaan dan objek studi kasus maupun dengan wawancara kepada pihak-pihak terkait yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan fasilitas hunian Townhouse di Semarang.  Pengumpulan Data Sekunder Metode ini dilakukan untuk memperkuat dan melengkapi studi maupun data yang ada sehingga di dalam penyusunannya bukan merupakan suatu asumsi subjektif belaka. Data ini berasal dari beberapa real estate sebagai objek penelitian dan sumber-sumber lain meliputi data dari Biro Pusat Statistik, Bappeda dan litaretur lainnya yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan perencanaan dan perancangan fasilitas hunian Townhouse di Semarang. 1. 6. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Menguraikan tentang latar belakang permasalahan, tujuan dan sasaran pembahasan, manfaat, ruang lingkup, metode serta sistematika pembahasan. BAB II LANDASAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang tinjauan pendidikan secara umum, tinjauan mengenai fasilitas hunian townhouse yang meliputi perngertian, persyaratan, pelaku, aktifitas dan fasilitas pelengkapnya serta studi banding dengan cara komparasi terhadap townhouse yang sudah ada. BAB III DATA Menguraikan kondisi fisik, kependudukan dan sektor perumahan di Kota saemarang BAB IV BATASAN DAN ANGGAPAN Bab ini berisi tentang batasan dan anggapan yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pendekatan program perencanaan dan perancangan obyek studi. BAB V PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Menganalisa aspek perencanaan yang terdiri dari pelaku, aktifitas dan kebutuhan ruang serta aspek perancangan yang meliputi aksesibilitas, orientasi, sirkulasi, struktur, utilitas bangunan dan penekanan desain. BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Bab ini menguraikan tentang konsep dan program perencanaan dan perancangan sebagai acuan dalam desain grafis.

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:27694
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:20 May 2011 10:40
Last Modified:20 May 2011 10:40

Repository Staff Only: item control page