LESTARI ATI, ENDAH (2006) SPA TERPADU DI KAWASAN BOROBUDUR. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik .
| PDF - Published Version 60Kb |
Abstract
Kawasan Borobudur berperan sebagai sumbu atau poros pengembangan pariwisata terutama dikarenakan keberadaan obyek dan daya tarik utama Candi Borobudur, yang tidak hanya menjadi daya tarik wisata Kabupaten Magelang namun juga Propinsi Jawa Tengah dan Indonesia dalam peta pariwisata dunia. Satu hal yang menjadi permasalahan adalah terlalu dominannya daya tarik Borobudur sehingga dikhawatirkan wisatawan dan kegiatan pariwisata pada umumnya akan mengalami kejenuhan apabila tidak segera ditawarkan daya tarik lain sebagai alternatif atraksi di Kawasan Borobudur. Candi Borobudur sebagai potensi andalan pariwisata Kabupaten Magelang yang berskala Internasional dan menjadi magnet unggulan kunjungan wisatawan ke Indonesia. Kondisi tersebut didukung oleh tingginya kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur setiap tahunnya. Pada tahun 2004 tercatat sebanyak 2.499.091 wisatawan pengunjung Taman Wisata Candi Borobudur dengan perincian 111.554 orang wisatawan mancanegara dan 2.387.537 orang wisatawan nusantara. Jumlah tersebut berada di peringkat teratas dan sangat mendominasi angka perbandingan 91,77% dibandingkan dengan jumlah total wisatawan di tujuh obyek wisata lainnya di Kabupaten Magelang. Jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara pengunjung Taman Wisata Candi Borobudur masing-masing juga menempati peringkat teratas dibandingkan jumlah wisatawan di tujuh obyek wisata lainnya di Kabupaten Magelang dengan perincian 81,04% untuk wisatawan nusantara dan 81,09% untuk wisatawan mancanegara. Bahkan menurut data Statistik Pariwisata Jawa Tengah 2000, Kabupaten Magelang dan Candi Borobudur menempati urutan pertama sepuluh besar Kabupaten/Kota dan Taman Rekreasi berdasarkan jumlah pengunjung. Oleh karena itu, dengan kondisi Candi Borobudur yang menjadi tumpukan konsentrasi wisatawan, maka sudah saatnya perlu dilakukan pengembangan terutama di kawasan Borobudur agar mampu berfungsi sebagai pendukung obyek wisata yang memadai. Kawasan sekitar Cnadi Borobudur sudah saatnya diolah untuk menjadi suatu rangkaian kegiatan wisata yang mampu mengalihkan perhatian wisatawan untuk tidak hanya mengunjungi Candi Borobudur dalam waktu relatif singkat, tapi juga dapat menikmati sajian wisata lain yang memiliki banyak keragaman dan untuk memperpanjang masa tinggal wisatawan di Kabupaten Magelang. Borobudur dengan potensi jumlah pengunjung yang sedemikian mendominasi ternyata kurang mampu menarik wisatawan untuk memperpanjang masa tinggal. Tercatat dalam Statistik Pariwisata Kabupaten Magelang tahun 2004, jumlah wisatawan bermalam di Borobudur sebanyak 44.258 orang, yang berarti hanya 2,01% dari total jumlah wisatawan pengunjung Borobudur, dengan perincian jumlah wisatawan mancanegara bermalam sebanyak 3818 orang (4,22% dari jumlah wisatawan mancanegara pengunjung Borobudur atau 8,63% dari jumlah total wisatawan bermalam di Borobudur) dan jumlah wisatawan nusantara bermalam sebanyak 40.440 orang (2,09% dari jumlah wisatawan nusantara pengunjung Borobudur atau 91,37% dari total jumlah wisatawan bermalan di Borobudur). Spa terpadu di Kawasan Borobudur merupakan salah satu fasilitas penunjang Pariwisata Borobudur yang diharapkan mampu menjadi daya tarik alternatif memperlama masa tinggal wisatawan dikawasan Borobudur yang mengacu pada wisata meditasi di alam pegunungan. Sesuai dengan Rencana Induk Pariwisata (RIP) Kabupaten Magelang, kawasan Borobudur termasuk dalam Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) A, yaitu suatu wilayah pengembangan pariwisata yang memiliki basis pengembangan produk wisatanya bertumbu pada wisata budaya peniggalan sejarah dan pengembangan ekologi budaya pedesaan sebagai pendukung. Sampai saat ini belum ada fasilitas yang menampung segala kegiatan Spa di Kawasan Borobudur, bahkan belum disediakan untuk fasilitas pendukung Hotel Manohara sekalipun, selaku hotel berbintang lima dan satu-satunya hotel yang berada di area pelataran Candi Borobudur. Fasilitas massage dan perawatan rambut disediakan di Hotel Butik Amanjiwo dan hanya terbatas bagi pengunjung hotel. Satu-satunya kegiatan spa sederhana yang berlangsung di Borobudur adalah penawaran jasa massage (pijat) di pelataran Candi Borobudur yang masih liar, tidak terkoordinir dan berbaur dengan para pedangan asongan. Pelaksanaannya biasa meminjam kios souvenir dan hanya menggelar tikar sebagai alas rebahan. Jumlah tenaga pemijat mencapai 33 orang, dan dalam sehari rata-rata masing-masing bsa mendapatkan 5 orang pelanggan. Spa dan segala macam treatment didalamnya merupakan pintu keluar untuk rehat sejenak dari penat aktivitas. Demikian yang diungkapkan Noer SR Christianto, Spa Manager Eastern Garden Martha Tilaar Semarang. Lebih lanjut lagi beliau mengemukakan bahwa spa tidak sekedar membuat seseorang menjadi cantik. Lebih dari itu bagaimana membuat tubuh lebih fresh, lebih sehat. Kaum wanita memiliki kecenderungan ingin berpenampilan menarik dengan berbagai produk perawatan tubuh, wajah dan rambut. Akan tetapi fasilitas spa saat ini tidak hanya terbatas dikonsumsi oleh kaum wanita saja. Sejauh ini, wacana tentang pria metroseksual dengan antusiasme mereka terhadap konsumsi spa memperoleh tempat cukup signifikan dalam pembicaraan publik. Peminat pijat relaksasi dan perawatan tubuh yang berhubungan dengan air, rempah-rempah kini tak lagi didominasi kaum feminin tetapi juga digandrungi pasangan suami istri. Karena tuntutan kehidupan, kaum laki-laki kini mulai suka menjalani spa. Demikian yang disampaikan Club House Manager Hotel Horison Semarang, Sri Hartini. Pria termotivasi menjalani spa karena manfaatnya yang cukup besar bagi kesehatan dan kebugaran tubuh. Selesai menjalani treatment kaum pria mengaku merasa segar dan sangat rileks. Dari uraian tersebut di atas, Kawasan Borobudur memerlukan Spa Terpadu yang memadai untuk menunjang aktifitas pariwisata Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah bahkan tingakat Nasional. Oleh karena itu diperlukan perncanaan dan perancangan tentang Spa terpadu di Kawasan Borobudur bagi pengunjung Kawasan Borobudur yang membutuhkan pelayanan relaksasi dan kebugaran. Sebagai wadah aktifitas rekreasi, maka tampilan bangunan Spa Terpadu di Kawasan Borobudur bergaya arsitektur yang menyatu dengan alam dan memperhatikan masalah kontekstual, yaitu dengan penekanan desain Arsitektur Organik. 1.2. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan Tujuan penulisan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur adalah menyusun landasan konseptual perncanaan dan perancangan Spa Terpadu di Kawasan Borobudur dengan penekanan Arsitektur Organik serta pertimbangan karakter bangunan yang mengacu pada Arsitektur Candi Borobudur. Sasaran Sasaran panulisan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur adalah menggali, mengungkapkan dan merumuskan potensi serta masalah-masalah yang berkaitan dengan relaksasi, kecantikan dan kebugaran, menyusun usulan langkah-langkah pokok proses dasar perencanaan dan perancangan Spa Terpadu di Kawasan Borobudur yang dapat berfungsi secara optimal, berdasarkan atas aspek-aspek panduan perancangan (design guide lines aspect). 1.3. LINGKUP PEMBAHASAN Lingkup pembahasan ditekankan pada hal-hal yang berada dalam disiplin ilmu arsitektur, untuk merencanakan dan merancang sarana wisata berupa fasilitas spa terpadu yang berorientasi pada kecantikan, kebugaran dan relaksasi di kawasan wisata Borobudur. Hal-hal di luar disiplin ilmu arsitektur yang mempengaruhi, melatarbelakangi, menentukan dan mendasari faktor-faktor Spa Terpadu di Kawasan Borobudur akan dipertimbangkan, dibatasi dan diasumsikan berdasarkan data yang ada tanpa pembahasan secara mendalam. 1.4. METODE PEMBAHASAN Metode pembahasan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Spa Terpadu di Kawasan Borobudur menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data primer dan sekunder untuk dianalisa dan dirumuskan untuk memperoleh kesimpulan yang dibutuhkan. Proses-proses pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara : 1. Data Primer a. Melakukan survey lapangan pada lokasi yang direncanakan dengan pengamatan langsung dan membuat dokumentasi hasil pemotretan atau gambar sketsa kondisi dan potensi di lapangan serta studi banding. b. Wawancara dengan pihak-pihak pengelola Spa Terpadu studi banding untuk memperoah angka dan prosentase jumlah pengunjung, program kegiatan dan fasilitas yang tersedia. 2. Data Sekunder a. Studi Literature dari buku-buku tentang spa, kecantikan dan kebugaran untuk memperoleh data tentang pengertian, karakteristik, bentuk kegiatan dan fasilitas serta buku-buku yang berkaitan dengan penekanan desain arsitektur organik. b. Surving internet untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan konsep spa dan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalamnya serta foto-foto fasilitas spa terpadu studi banding. c. Mengumpulkan data yang berkaitan seperti data kebijaksanaan, peraturan yang berlaku, kondisi pariwisata, keadaan sosial budaya masyarakat, peta kondisi wilayah seperti pola penggunaan lahan, jaringan utilitas, transportasi dan jenis tanah. Data primer maupun sekunder sebagai lahan dalam penulisan Landasan Program Perancanaan dan Perancangan Arsitektur Spa Terpadu di Kawasan Borobudur akan diolah dengan menggunakan alat berupa rumus penjumlahan, perbandingan dan perkalian yang disesuaikan dengan kebutuhan. Angka yang dihasilkan dari perhitungan tersebut sebagai cara untuk memperolaeh program ruang. 1.5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Sistematika pembahasan yang digunakan untuk menguraikan penulisan secara terperinci dan runtut sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, dan alur pikir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Membahas mengenai istilah-istilah yang berhubungan dengan spa, spa terpadu dan hal-hal yang erkitan dengan spa seperti sehat, cantik dan relaks, penekanan desain arsitektur organik, pembahasan mengenai arsitektur Candi Borobudur dan uraian mengenai studi banding. BAB III TINJAUAN SPA TERPADU DI KAWASAN BOROBUDUR Menguraikan tentang kondisi fisik dan non fisik kawasan wisata Borobudur, ruang lingkup pelayanan Spa terpadu di Kawasan Borobudur, spa terpadu ditinjau dari konsep pengembangan Kawasan Wisata Borobudur dan prospek di masa yang akan datang. BAB IV KESIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN Menyimpulkan, menguraikan batasan dan anggapan yang digunakan sebagai Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur. BAB V PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Membahas pendekatan secara menyeluruh mengenai program perencanaan dan perancangan yaitu pendekatan aspek fungsional, teknis, kinerja, kontekstual,arsitektural, dan penekanan desain. BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Menguraikan konsep dasar perencanaan dan perancangan sebagai faktor penentu dan persyaratan program perancangan.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 26802 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 13 Apr 2011 13:24 |
Last Modified: | 13 Apr 2011 13:24 |
Repository Staff Only: item control page