PATTISELANO, EDWARD (2006) MUSEUM SENI KONTEMPORER GUGGENHEIM di JAKARTA. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik .
| PDF - Published Version 62Kb |
Abstract
Jakarta merupakan kota yang berkembang dengan cepat sejak mendpat peran sebagai ibukota negara. Bermula dari sebuah lingkungan pemukiman kecil dengan kegiatan kehidupan terbatas, dan kemudian berkembang menjadi lingkungan megapolitan dengan berbagai kegiatan yang amat kompleks sehingga membuka banyak peluang untuk berusaha. Konsekuensinya menjadi Jakarta hingga saat ini sebagai kota yang komplet dan ideal dalam beberapa perspektif vitalitas urban. Dalam perkembangannya Kota Jakarta menjadi tempat yang paling diinginkan masyarakat Indonesia sebagai tempat tinggal dan menjadi tempat mengadu nasib, baik yang memiliki skill maupun yang tidak dan mereka berasal dari seluruh penjuru Indonesia. Dengan kemajemukan tersebut roda kemajuan dari Kota Jakarta seakan menjadi wajah atau rangkuman keberadaan keragaman masyarakat Indonesia (RPUSB DKI, 2005) : (a) Wajah internasional, sebagai “pintu gerbang utama” bagi dunia (b) Wajah nasional, sebagai pusat pemerintahan serta kota perdagangan dan industri di Indonesia (c) Wajah lokal/regional, yaitu sebagai suatu daerah yang memiliki ciri serta, kebutuhan yang khas Namun seiring dengan proses transformasi dan dinamika urbanitas dunia terjadi pergeseran pola hidup masyarakat Jakarta yang berkembang secara drastis menjadi masyarakat industri, dimana perubahan ini merubah ritme kehidupan masyarakat Kota Jakarta menuju kota yang berorientasi pada komersil dan secara otomatis mempengaruhi berkurangnya interest sebagian besar masyarakat Jakarta terhadap aspek seni. Hal ini dapat kita lihat dalam pembangunan fisik kota yang lebih pada nilai komersil seperti rental office, dan menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan modern pada akhir dekade ini. Dimana faktor ini menjadi slah satu pemicu munculnya keinginan untuk menselaraskkan dan menyeimbangkan perkembangan kemajuan Kota Jakarta dalam aspek seni dengan kemajuan dibidang ekonomi regional, melalui formulasi desain sebuah “Museum Seni Kontemporer Guggenheim di Jakarta” yang komunikatif dan berperan sebagai elemen publik perkotaan dan menjadi salah satu Landmark kota. Desain museum ini juga bercermin dari potret realita tidak adanya wadah profesional berskala nasional dan internasional untuk memfasilitasi kegiatan konservasi an eksebisi karya-karya seni Indonesia maupun dunia khususnya seni kontemporer yng kian berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan kurngnya apresiasi masyarakat Jakarta terhadap urgenitas seni dan museum sebagai “Gudangnya ilmu, budaya, dan fasilitas publik yang merupakan pilot project majunya perkembangan dan image sebuah kota”, seni cenderung kurang mampu menyentuh minat seluruh lapisan masyarakat. Dan hanya mampu menjangkau stratatifikasi masyarakat menengah atas. Bila dibandingkan dengan masyarakat urban dunia, apresiasi dan kesadaran akan fungsi museum, seni, estetika penduduknya sangat tinggi, bahkan kehadiran komposisi dan kolaborasi kedua aspek tersebut melalui dunia arsitektur menjadi suatu icon simbolis yang mampu mengangkat citra kota tersebut dimata dunia misalnya ; Guggenheim Museum Bilbao – Bilbao, Spanyol karya Frank, O, Gehry, atau Miwaukee Art Museum – Milwaukee, USA karya Santiago Calatrava, dan lain – lain. Mungkin tak dapat dipungkiri bahwa hal ini tak lain dari image museum di Indonesia yang cenderung kurang mampu muncul dalam sosok bangunan publik yang komunikatif dan kurang atraktif. Selain itu juga pengelolaan museum di Indonesia tidak mempunyai magnet penarik minat masyarakat untuk datang ke museum, karena kurangnya inovasi serta kreasi dalam koleksi dan eksebisi yang ada di museum. Dan mengapa seni kontemporer ? Seperti telah diulas sebelumnya perubahan zaman telah mengubah berbagai pola kehidupan masyarakat kita, serta berbagai pegeseran tatanan kaidah dan norma, dan seni kontemporer yang secaa konstektual cenderung bebas dalam berekspresi mampu merekam dan mengaplikasikan dinamika tersebut dalam format karya seni rupa yang bernuansa “kontemporer” atau kekinian dalam “kebebasan berbahas” yang senada dengan derap kehidupan aktual masyarakat kita. Beberapa aktualita diatas mampu menjadi dasar pemilihan Guggenheim Foundation untuk menjadi pengelola dan nama dari museum yang direncanakan Guggenheim Foundation adalah yayasan yang didirikan oleh kurator seni Solomon R Guggenheim yang bertujuan utama untuk membantu perkembangan seni dunia. Guggenheim Foundation juga secara profesional membidangi permuseuman, dan telah memiliki beberapa museum seni di seluruh penjuru dunia. Dalam hal lainnya Guggenheim Foundation sampai saat ini juga telah mengadakan eksebisi seni dilebih 80 museum di seluruh dunia. Dalam perkembangannya, Guggenheim Foundation telah berhasil menarik pengunjung pamernnya lebih dari tiga kali lipat dari sebelumnya. Sehingga memaksa organisasi ini untuk mengembangkan keberadaannya (Guggenheim, H Khozkowski hal 18). Museum – museum yang sekarang dimiliki atau dikelola Guggenheim Foundation adalah : (i) Solomon R Gugenheim Museum, New York (ii) Peggy Guggenheim Museum, Venice (iii) Soho Guggenheim Museum, Soho (iv) Deutsche Guggenheim Museum, Berlin (v) Bilbao Guggenheim Museum, Bilbao Sedangkan beberapa museum yang sedang dalam tahap pembangunan dan perencanaan adalah ; Guggenheim Taichun di Taiwan, Guggenheim Rio de Janero di Brasil, dan Guggenheim Tokyo di Jepang. Dalam pembangunan museumnya, Guggenheim Foundation yang sekarang dipimpin oleh Thomas Krens, memiliki 3 persyaratan utama yaitu (Bryan Tsao, 2003-07-16, Plans for Guggenheim in Taichung unveiled, Taiwan News) ; 1. Arsitektur yang digunakan harus Extraordinary 2. Bangunan harus sejalan dengan rencana pengembangan kota, serta memiliki manfaat baik lokal maupun regional 3. Tujuan dari pembangunan museum tersebut Dengan keberadaan Guggenheim Foundation sebagai pengelola Museum Seni Kontemporer Guggenheim di Jakarta, diharapkan museum tersebut dapat menjadi icon dan landmark kota yang baru dapat mengangkat citra Kota Jakarta dimata dunia, serta memiliki pengelolaan museum yang profesional seahingga fungsi dan tujuan dari museum yang ideal dapat tercapai. 1. 2. TUJUAN DAN SASARAN 1. 2. 1. Tujuan Memperoleh suatu Judul Tugas Akhir yang jelas dan layak, serta memperoleh gambaran yang jelas dan dapat dijadikan pedoman yang akan digunakan untuk mempermudah proses pengerjaan Tugas Akhir baik pada tahap LP3A sampai dengan Desain Grafis. Sehingga produk yang dihasilkan akan lebih baik dan terarah sesuai dengan originalitas dan citra yang dikehendaki atas judul yang diajukan. 1. 2. 2. Sasaran Tersusunnya usulan langkah – langkah pokok proses (dasar) perencanaan dan perancangan Museum Seni Kontemporer Guggenheim di Jakarta, berdasarkan atas aspek – aspek panduan perancangan (design guidelines aspect). 1. 3. MANFAAT 1. 3. 1. Secara Subyektif Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP Semarang. Sebagai pegangan dan acuan selanjutnya, dalam penyusunan LP3A yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Tugas Akhir. 1. 3. 2. Secara Obyektif Sebagai sumbangan terhadap perencanaan pembangunan saran aktifitas seni dan permuseuman di Indonesia, serta dapat memberi sumbangan kepada perkembangan ilmu dan pengetahuan Arsitektur pada khususnya. 1. 4. LINGKUP PEMBAHASAN 1. 4. 1. Ruang Lingkup Substansial Perencanaan dan perancangan Museum Seni Kontemporer Guggenheim di Jakarta sebagai suatu bangunan tunggal yang diharapkan menjadi landmark baru Kota Jakarta dan memenuhi kebutuhan fasilitas, sarana, dan prasarana bagi kegiatan koleksi dan eksebisi dari seni kontemporer di Jakarta. 1. 4. 2. Ruang Lingkup Spasial Secara administratif daerah perencanaan terletak di DKI Jakarta, yang memiliki potensi bagi perkembangan film Indonesia. 1. 5. METODE PEMBAHASAN Dalam penyusunan Landasan Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini metode yang digunakan : 0. 5. 1. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dibagi dua , yaitu : a) Pengumpulan data primer dimana pengumpulan data melalui observasi lapangan dan wawancara dengan pengelola museum seni rupa dan keramik di Jakarta untuk mendapatkan jumlah pengunjung museum tersebut. b) Sedangkan data sekunder melalui studi literatur, dan kebijakan yang berlaku untuk mendapatkan antara lain macam fasilitas yang ada di museum. Metode Pembahasan Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu dengan mengumpulkan dan mengidentifikasikan data, dan melakukan studi banding, yaitu : - Tinjauan Museum Menguraikan pengertian dan pemahaman tentang permuseuman - Tinjauan Seni Kontemporer Mengulas pengertian tentang seni kontemporer dan perkembangannya di Indonesia - Tinjauan Guggenheim Mengulas sejarah dan informasi tentang pengelola museum yang akan dibangun - Studi Banding Objek bangunan sejenis yang dapat diperbandingkan fasilitasnya untuk pendekatan program ruang yang akan dirancang, kemudian menganalisa dan menarik kesimpulan, menetapkan batasan dan anggapan serta menentukan program studi ruang. 1. 6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Adapun urutan pembahasan laporan ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi mengenai latar belakang perlunya pembangunan Museum Seni Kontemporer Guggenheim di Jakarta, terdiri dari aktualita, urgensi dan originalitas. Kemudian diikuti dengan penjelasan-penjelasan lain berupa tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan dan sistematika pembahasan, serta alur pikir pembahasan. BAB II TINJAUAN UMUM Membahas mengenai tinjauan museum, tinjauan tentang seni kontemporer dan Guggenheim Foundation dari lingkup pengertian, perkembangan, fungsi, jenis, karakteristik, jenis aktivitas dan sebagainya. Studi banding dengan museum sejenis yang telah ada. BAB III TINJAUAN KHUSUS Berisi kompilasi data fisik dan dan non-fisik. Data non-fisik berupa tinjauan fungsi, spesifikasi dan persyaratan desain Museum Seni Kontemporer Guggenheim. Data fisik berupa informasi/tinjauan konteks Kota Jakarta. BAB IV KESIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN Membahas mengenai kesimpulan, batasan dan anggapan yang berkaitan dengan aspek-aspek arsitektural yang disesuaikan dengan tinjauan museum, seni kontemporer, Guggenheim dan tinjauan Kota Jakarta. BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Membahas tentang dasar-dasar pendekatan, pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan saecara kualitatif dan kuantitatif serta pendekatan pada aspek-aspek fungsional konstektual, kinerja, teknis, dan arsitektural pada “Museum Seni Kontemporer Guggenheim di Jakarta”. BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Membahas mengenai program dasar perencanaan dan perancangan Museum Seni Kontemporer Guggenheim di Jakarta, penekanan desain serta penentuan lokasi tapak.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 26710 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 11 Apr 2011 10:29 |
Last Modified: | 11 Apr 2011 10:29 |
Repository Staff Only: item control page