WIDODOAJI, AFIF (2010) PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF - Published Version 37Kb |
Abstract
Jawa Tengah merupakan sebuah propinsi yang memiliki keberagaman budaya dan kesenian tradisional maupun modern. Sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah, Semarang mempunyai tanggung jawab atas berkembangnya seni di propinsi Jawa tengah tersebut. Sudah sewajarnya jika Semarang mempunyai suatu wadah yang dapat menaungi dan mengembangkan seni di propinsi Jawa Tengah. Sebagai Kota Pesisir, Semarang memiliki identitas yang sebenarnya kaya warna dan penuh nuansa. Jawa, China, Arab dan Kolonial tumbuh berkembang di Semarang. Dari peninggalan budaya arsitektur, Semarang kental dengan nuansa Belanda dengan arsitektur bergaya arsitektur indische. Nuansa kampung pecinan dan Kauman juga begitu kental di beberapa daerah di Kota Semarang. Semarang juga memiliki tarian khas dan musik Gambang Semarangan, selain itu Semarang juga memiliki budayawan-budayawan, sastrawan, penulis, pelukis dan pekerja seni yang juga tak kalah dari Yogya. Jadi tak sepenuhnya benar apabila menyebutkan Kota Semarang nirbudaya, justru Kota Semarang kaya akan budaya. Tetapi dalam konteks tertentu karena terlalu banyaknya budaya tersebut, ‘point of interest’ dari identitas Kota Semarang menjadi kurang begitu terbidik. (<http://www.dekase.net>) Setiap masyarakat Semarang mempunyai tugas dan kewajiban menentukan identitas Semarang, selain itu juga membutuhkan peran serta Pemerintah untuk menyediakan ruang publik untuk kegiatan kesenian. Tentunya keberadaan ruang publik tersebut dapat diorganisir sedemikian rupa sehingga dapat menjadi suatu galeri, daerah atau bahkan lebih jauh lagi ialah Kampung Seni dan Budaya, sekaligus juga sebagai wahana untuk konservasi dan pengembangan budaya Kota Semarang. Semarang Pesona Asia adalah sebuah event yang digagas oleh Sukawi sebagai upaya memperkenalkan Kota Semarang ke tingkat yang lebih luas. Hal itu akan dikemas dalam bentuk pameran perdagangan dan pertunjukan kebudayaan, yang diikuti perwakilan negara-negara Asia, kegiatan ini sekaligus untuk meluncurkan Brand wisata kota Semarang yang serupa dengan nama kegiatan yang diadakan pada pertengahan tahun 2007 itu. (Suara Merdeka, 29 Januari 2007) Selain itu pemerintah kota Semarang mulai serius untuk mengembangkan kesenian di kota Semarang, dengan membentuk dewan kesenian kota yang dikenal dengan Dekase (Dewan Kesenian Semarang). Beberapa cabang kesenian yang ada di Dekase antara lain pewayangan, pendalangan dan pewara (pranatacara); seni tari tradisi dan modern; teater tradisi dan modern; musik tradisional, modern dan keroncong; sastra; lawak; seni rupa; serta seni film dan fotografi. (Kompas, Kamis, 21 Januari 2010) Pengembangan kesenian di Semarang harus dipandang secara optimis, karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Tengah, menunjukkan bahwa minat para pemuda Jawa Tengah terhadap seni lokal daerah mayoritas sangat bagus. Rinciannya adalah sangat bagus/besar 41,86%, bagus/besar 31,37%, Cukup bagus/sedang 14,32%, kurang bagus/kurang baik 8,59%, dan tidak bagus/tidak baik 3,33%. (http://www.balitbangjateng.go.id) Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No. 5A/1993 tanggal 27 Februari 1993 tentang pembentukan dewan kesenian di seluruh propinsi se-Indonesia disebutkan bahwa setiap pemerintah propinsi yang telah membentuk dewan kesenian agar membangun gedung kesenian dengan APBD yang pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi daerah masing-masing. Gagasan tersebut ternyata memperoleh sambutan baik dari Gubernur H. Mardiyanto pada masa jabatan beliau saat itu yang menegaskan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah sudah memiliki kemampuan menyediakan sejumlah dana secara bertahap sampai dengan empat milyar rupiah. Alasan lain, potensi seniman Jawa Tengah sudah saatnya dikelola dan diberdayakan secara profesional sebagai salah satu modal dasar pembangunan masa depan Jawa Tengah yang harus makin mandiri di berbagai bidang sejalan dengan semangat otonomi daerah serta menghadapi era perdagangan global melalui jalur pariwisata. Untuk mendukung Program pemerintah tersebut, diperlukan sebuah pusat kesenian Jawa Tengah di Semarang. Pusat kesenian ini dibangun untuk memamerkan dan melestarikan kesenian yang berkembang di Jawa tengah. Pusat kesenian ini diharapkan dapat melestarikan dan mengembangkan keragaman seni yang berkembang di Jawa Tengah. Selain itu juga dapat mewadahi minat masyarakat yang cukup tinggi terhadap kesenian di Jawa Tengah dan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke kota Semarang. • Tujuan dan Sasaran • Tujuan Tujuan dari penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) ini adalah untuk Merumuskan program dasar perencanaan dan perancangan yang berhubungan dengan memenuhi aspek-aspek perancangan dan perencanaan Pusat Kesenian Jawa Tengah di Semarang sebagai sebuah wadah untuk mengadakan kegiatan seni dan melestarikan kesenian di Jawa Tengah serta menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang dan berkunjung ke kota Semarang, Sehingga tersusun langkah-langkah untuk dapat melanjutkan kedalam perancangan grafis. • Sasaran Sasaran dari penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Pusat Kesenian Jawa Tengah di Semarang adalah tersusunnya langkah-langkah pokok (proses dasar) Perencanaan dan Perancangan Pusat Kesenian Jawa Tengah di Semarang berdasarkan atas aspek-aspek panduan perancangan yang terdiri dari aspek fungsional, aspek kontekstual, aspek teknis, aspek kinerja dan aspek arsitektural. • Manfaat • Secara subyektif Secara subyektif adalah guna memenuhi persyaratan Tugas Akhir pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang dan selanjutnya menjadi acuan dalam perancangan grafis Pusat Kesenian Jawa Tengah di Semarang. • Secara obyektif Secara obyektif adalah memberi pengetahuan mengenai masalah - masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan suatu bangunan Pusat Kesenian sebagai bangunan yang digunakan untuk mengadakan kegiatan seni dan melestarikan kesenian, serta dapat menjadi acuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam proses perencanaan dan perancangan bangunan pusat kesenian yang sesuai dengan standar-standar yang telah ditetapkan tanpa meninggalkan kaidah-kaidah arsitektural. • Ruang Lingkup Bahasan • Secara substansial Perencanaan dan perancangan Pusat Kesenian Jawa Tengah di Semarang dengan menitik beratkan pada hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur, dan mengkatagorikan bangunan tersebut sebagai bangunan bermassa jamak yang berfungsi sebagai fasilitas publik. • Secara spasial Perancangan tapak terpilih yang meliputi aspek kontekstual tapak tersebut dengan memperhatikan potensi, kendala dan prospek bagi berdirinya bangunan Pusat Kesenian Jawa Tengah di Semarang. • Metode Pembahasan Metode pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu menguraikan dan menjelaskan data kualitatif kemudian dianalisa sehingga diperoleh suatu pendekatan program perencanaan dan perancangan untuk selanjutnya di gunakan sebagai acuan dalam perancangan grafis Pusat Kesenian Jawa Tengah di Semarang. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : • Studi literatur Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh landasan teori, standar perancangan dan kebijaksanaan perencanaan dan perancangan. • Observasi lapangan Observasi lapangan dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pendataan langsung di lokasi, untuk mengetahui potensi untuk dibangunnya sebuah Pusat Kesenian Jawa Tengah di Semarang. • Wawancara Wawancara dilakukan dengan dialog langsung dengan baik pelaku aktifitas maupun pengelola. Hal ini dilakukan untuk menggali data mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan topik. • Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan adalah sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, ruang lingkup bahasan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan serta alur pikir. Bab II TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI BANDING Menguraikan tentang kesenian dan tinjauan teori tentang perencanaan dan perancangan pusat kesenian, studi banding dengan Taman Ismail Marzuki dan Dengan Taman Budaya Raden Saleh beserta fasilitas pelayanan yang ada di dalamnya dengan standar-standar yang berlaku, juga tinjauan khusus mengenai penekanan desain yang dipilih. Bab III DATA Menguraikan tentang tinjauan terhadap kota Semarang beserta dengan peraturan dan kebijakan pemerintah setempat, serta studi banding terhadap Taman Ismail Marzuki di Jakarta, Taman Budaya Raden Saleh di Semarang, dan Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta. Bab IV KESIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN Mengungkapkan kesimpulan, batasan dan anggapan dari uraian pada bab sebelumnya yang digunakan sebagai dasar perencanaan dan perancangan Pusat Kesenian Jawa Tengah di Semarang. Bab V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Menguraikan dasar-dasar pendekatan dan analisis untuk menentukan program perencanaan dan perancangan yang mengacu pada aspek fungsional, aspek kontekstual, aspek teknis, aspek kinerja dan aspek arsitektural, serta pendekatan lokasi dan tapak. Bab VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Membahas mengenai faktor penentu perencanaan dan faktor penentu perancangan serta program perancangan yang berisi program ruang, pendekatan desain, dan kebutuhan luas tapak.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 26270 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 22 Feb 2011 10:35 |
Last Modified: | 22 Feb 2011 10:35 |
Repository Staff Only: item control page