PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER

RINAWATI, RAGIL (2010) PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.

[img]
Preview
PDF - Published Version
110Kb

Abstract

Bangunan-bangunan kuno di Semarang yang melambangkan kejayaan di masa lalu, kini tak ubahnya hanya bangunan tua yang tidak terawat dalam keadaan mangkrak. Hal ini disebabkan banyak faktor antara lain faktor ekonomi dimana untuk merawat bangunan tua memerlukan biaya yang tidak sedikit. Terlebih lagi di zaman yang serba maju ini, kondisi bangunan tua diperparah oleh kepentingan beberapa pihak yang melihat secara potensi ekonomi. Tidak sedikit bangunan cagar budaya yang dikorbankan demi kepentingan pribadi, baik itu dialihfungsikan, dirombak tanpa kaidah konservasi, bahkan dihilangkan sama sekali. Seperti dituliskan dalam situs www.semarang.go.id, Prof Eko Budiharjo, MSc yang waktu itu menjabat sebagai Ketua DP2K berkata bahwa “Kota tanpa bangunan bersejarah adalah kota tanpa ingatan. Kalau sampai ada bangunan cagar budaya yang dibongkar, berarti kota ini sudah beranjak menuju gila,'' (http://www.semarang.go.id/cms/index.php?option=com_content&task=view&id=299&Itemid=0 diakses 20 mei 2010 21.19 WIB). Tentunya kita tidak ingin Semarang beranjak menuju gila. Diperlukan upaya untuk membuktikan bahwa bangunan tua mampu bertahan menghadapi perkembangan zaman, bukan hanya bertahan secara fisik namun juga memiliki fungsi yang sesuai dengan kebutuhan masa kini. Sobokartti sebagai salah satu bangunan yang telah dilindungi pemerintah sebagai benda cagar budaya hingga kini mampu bertahan, meskipun fungsinya tidak sepenuhnya sama dengan awal berdirinya. Sebagai bangunan yang dirancang oleh arsitek asal Belanda yaitu Herman Thomas Karsten, Gedung Sobokartti memadukan arsitektur tradisional Jawa dengan konsep ampitheater yang merupakan hal baru pada zaman tersebut, sehingga tidak mengherankan kala itu Gedung Sobokartti menjadi gedung kesenian rakyat paling maju. Sebagai gedung kesenian rakyat, Sobokartti menghadirkan kesenian rakyat di Kota Semarang, antara lain wayang dan seni tari Jawa klasik. Seni tari Jawa klasik ini memiliki kaitan dengan seni pertunjukkan wayang orang yang pertama kali di Semarang, yaitu Wayang Orang (WO) Sri Wanito. Dimana para siswa yang belajar seni tari di Sobokartti, mempraktekkan ilmunya melalui WO Sri Wanito, yang bisa diartikan bahwa WO Sri Wanito menampung para siswa Sobokartti. Meskipun kini WO Sri Wanito telah bubar, namun spirit wayang orang pada masa kini mulai ditumbuhkan kembali melalui kebijakan Walikota Semarang yang mewajibkan siswa SD hingga SMA untuk menonton wayang orang. Kewajiban ini dimasukkan dalam kegiatan pelajaran muatan lokal. (Harian Suara Merdeka, 7 Juni 2010c) Seperti kita ketahui bahwa negara lain sangat menghargai kesenian, budaya, dan sejarah mereka. Sebutlah Italia yang begitu mengagungkan bangunan bersejarah, serta Perancis yang sangat bangga dengan keseniannya. Begitu tingginya apresiasi terhadap seni, budaya, dan sejarah, maka banyak pula suatu tempat untuk mengapresiasikan hal tersebut, mulai dari gedung kesenian, museum, hingga pusat kebudayaan dan heritage center. Bahkan pusat-pusat kebudayaan dan heritage center tidak hanya didirikan di negaranya, melainkan di negara lain. Berdirinya pusat-pusat kebudayaan negara lain di Indonesia telah dimulai sejak dahulu hingga sekarang. Pada umumnya mereka mendirikan pusat budaya di kota dimana berada kedutaan besar. Tentunya tujuan mereka mendirikan pusat budaya tersebut adalah untuk senantiasa melestarikan dan mengingatkan tentang budaya negaranya terhadap warga asli maupun keturunan mereka yang saat ini berada di Indonesia, atau bahkan untuk mengenalkan budaya mereka terhadap warga Indonesia. Ironisnya, Indonesia sebagai salah satu negara yang diakui kaya akan budaya justru mengabaikan hal tersebut. Saat ini belum ditemukan pusat budaya maupun heritage center yang lengkap di Indonesia. Dalam skala kecilpun, di tiap ibukota provinsi yang seharusnya memiliki tempat untuk memamerkan budaya mereka, terasa masih minim keberadaan fasilitas tersebut. Bila dibandingkan dengan negara lain yang hampir di tiap kota memiliki pusat budaya, bahkan lebih dari satu, kota-kota di Indonesia belum menunjukkan hal tersebut, padahal banyak budaya skala kota yang masih bisa digali. Semarang yang memiliki begitu banyak budaya yang merupakan hasil akulturasi dari berbagai bangsa pendatang seperti China, Arab, dan Belanda, dirasa perlu memiliki suatu tempat atau sarana untuk mlestarikan warisan budaya atau pusaka. Untuk itulah diperlukan sarana agar kesenian dan budaya tidak hilang, sarana tersebut bisa diakomodasikan dalam bentuk “Heritage Center” atau pusat pusaka budaya. Seperti museum Louvre di Perancis yang memfungsikan bekas istana bangsawan sebagai museum, serta membangun landmark berupa Piramida Louvre, dengan demikian terdapat korelasi antara kesenian dan kebudayaan dengan cagar budaya. Sehingga dipilih satu lokasi yang merupakan salah satu cagar budaya di Kota Semarang, yaitu Gedung Sobokartti yang pernah berfungsi sebagai pusat kesenian rakyat. Berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1992 Tanggal 21 Maret 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan Surat Keputusan Walikotamadya Datti II Semarang No. 465/50 Tanggal 11 Februari 1992 tentang Konservasi Bangunan-Banguna Kuno atau Bersejarah di Wilayah Kotamadya Datti II Semarang, bahwa Gedung Sobokartti dilindungi sepenuhnya oleh Pemkot Semarang dan UU RI, maka tindakan yang berkaitan di dalamnya akan dibatasi oleh UU. Maka dari itu diperlukan suatu metode khusus berkaitan dengan konservasi, dalam hal ini adalah rekonstruksi terhadap gedung dan site Sobokartti, yakni mengembalikan gedung yang saat ini terdapat banyak penyimpangan, serta mengembalikan site awal, dimana site atau kawasan tersebut merupakan bagian dari cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Selain itu juga menghidupkan kembali spirit wayang orang Sri Wanito, meskipun tidak bisa sepenuhnya dalam nama Sri Wanito. Dan sebagai sarana pelengkap, maka dibutuhkan fasilitas lain yang berkaitan dengan heritage center, sehingga dilakukan pengembangan di beberapa tempat. Sehingga dipilihlah judul Pengembangan Sobokarti sebagai Java Heritage Center. 1.2 Tujuan dan Sasaran 1.2.1 Tujuan Tujuan penulisan LP3A ini adalah sebagai landasan dalam menyusun perencanaan dan perancangan Tugas Akhir agar didapatkan dasar-dasar perancangan yang yang jelas dan layak, dengan suatu penekanan desain yang spesifik sesuai dengan originalitas atau karakter judul dan citra yang dikehendaki atas judul yang diajukan. 1.2.2 Sasaran Tersusunnya dasar-dasar serta langkah-langkah pokok proses program perencanaan dan perancangan Pengembangan Sobokartti sebagai Heritage Center berbasis pada aspek-aspek panduan perancangan berbasis pada konservasi. 1.3 Manfaat 1.3.1 Subjektif  Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh Tugas Akhir 111 sebagai ketentuan kelulusan Sarjana Strata 1 (S-1) di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.  Sebagai dasar acuan proses perencanaan dan perancangan berikutnya dalam penyusunan LP3A yang merupakan bagian yang terpisahkan dari Tugas Akhir. 1.3.2 Objektif Diharapkan bisa bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan, baik bagi mahasiswa bersangkutan maupun mahasiswa lain dan masyarakat umum. Serta dapat sedikit memberikan sumbangsih untuk kebudayaan di Kota Semarang. 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Ruang Lingkup Substansial Pengembangan Sobokartti sebagai Heritage Center yang dapat menampung dan mendukung segala aktivitas yang telah berlangsung di Gedung Kesenian Rakyat Sobokartti, baik dalam segi kuantitas dan kualitas bangunan, termasuk di dalamnya penataan beberapa massa bangunan serta lingkungan dalam kategori objek wisata, dengan mengacu pada proses konservasi. 1.4.2 Ruang Lingkup Spasial Secara administratif, kawasan perencanaan termasuk di dalam wilayah Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Tapak meliputi site asli Sobokartti ditambah dengan site pengembangan. Data tapak kawasan : Keluarahan : Kebonagung Kecamatan : Semarang Timur Batas :  Sebelah Utara : Jalan Dr.Cipto Mangunkusumo  Sebelah Timur : Jalan Dargo  Sebelah Selatan : Permukiman  Sebelah Barat : Permukiman 1.5 Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan adalah metode Deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Pencarian data ditempuh dengan cara : 1. Wawancara, dilakukan kepada pihak-pihak yang dianggap penting dan perlu guna mendukung proses penyusunan landasan program perencanaan dan perancangan Sobokartti Heritage Center. Merupakan data primer. 2. Studi Literatur, untuk mendapatkan data sekunder untuk hal ini pengumpulan data dan peraturan dari kantor instansi terkait dan dari buku atau internet. 3. Survey Lapangan, dilakukan dengan pengamatan langsung pada lokasi dan tapak perencanaan. 1.6 Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan Laporan Program Perencanaan dan Perancangan ini adalah : BAB I PENDAHULUAN Penjabaran latar belakang permasalahan, tujuan dan sasaran, manfaat, lingkup pembahasan, metoda pembahasan, sistematika pembahasan dan alur pikir BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penjabaran kajian pustaka tentang kepariwisataan, heritage center, konservasi, dan konsep perancangan. BAB III TINJAUAN GEDUNG SOBOKARTTI DAN KOTA SEMARANG Berisi gambaran umum Kota Semarang, karakteristik fisik dan non fisik Gedung Sobokartti, meliputi sarana dan prasarana yang ada, potensi serta hambatan, arah dan strategi pengembangan serta hasil studi banding. BAB IV KESIMPULAN, BATASAN, DAN ANGGAPAN Berisi kesimpulan dari hasil kajian pada bab-bab sebelumnya, asumsi-asumsi tentang aspek-aspek di luar bidang arsitektur namun mempunyai kaitan yang cukup erat serta batasan dalam proses perancangan BAB V ANALISA DAN PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR Berisi pengungkapan analisa atau kajian dan pendekatan yang merupakan hasil analisa Gedung Sobokartti. BAB VI KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Merupakan hasil akhir pembahasan LP3A, sekaligus menjadi acuan untuk perancangan arsitektur pada tahap berikutnya. Berisi tentang hasil analisa berupa kelayakan pengembangan Sobokartti, program ruang, dan kebutuhan luas tapak.

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:26234
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:14 Feb 2011 13:42
Last Modified:14 Feb 2011 13:42

Repository Staff Only: item control page