Nur Rovi’atin, Nur Rovi’atin (2010) RASISME WARNA KULIT DALAM COVER MAJALAH KARTINI. Undergraduate thesis, Diponegoro University.
| PDF 51Kb |
Abstract
Representasi terjadi karena ketidakhadiran kelompok lain yang tersubordinat. Media cenderung lebih sering menampilkan sosok wanita berkulit putih untuk menghadirkan konsep cantik yang abstrak, konsekuensinya warna kulit selain putih menjadi termarjinalkan. Media melakukan generalisasi terhadap keberagaman warna kulit wanita Indonesia ke dalam warna putih. Kartini sebagai majalah wanita terbitan Indonesia pun kurang memberikan ruang bagi keterwakilan warna kulit selain putih. Kini hanya ada satu norma bagi warna kulit ideal, yakni putih. Penelitian ini menggunakan Muted Group Theory yang didukung oleh Feminisme Postmodern. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang merujuk pada metode semiotika, dengan teknik analisis kode-kode pembacaan Roland Barthes. Berdasarkan hasil penelitian, cover majalah Kartini lebih sering menampilkan model indo, dan wanita Indonesia berkulit putih, seperti etnis Sunda dan Minang. Pembedaan terhadap warna kulit seperti ini merupakan bentuk rasisme, yaitu salah satu bentuk opresi patriarki terhadap wanita, yang turut diadopsi oleh cover majalah Kartini. Wanita menempati dunia yang tidak seimbang, dimana laki-laki memegang kekuasaan yang lebih besar dibanding wanita. Laki-laki menjadi kelompok dominan, sedangkan wanita ditempatkan dalam kelompok subordinat di dalam tatanan masyarakat. Wanita tidak diberi kebebasan dalam mendefinisikan identitasnya. Kecantikan dirumuskan oleh laki-laki melalui bahasa maskulin, sehingga wanita tersesat dalam memahami identitasnya sendiri. Putih-cantik menjadi mitos yang diletakkan ke dalam norma dan nilai sosial budaya, sehingga menjadi kebenaran yang tidak terbantahkan. Selanjutnya mitos ini digunakan untuk mengontrol wanita agar tetap pada posisinya. Cover majalah Kartini dengan sangat apik merepresentasikan sosok berkulit putih sebagai sosok ideal dan didambakan. Cover Kartini tidak mampu menyajikan representasi kecantikan secara netral, tapi justru melaksanakan solidify tentang mitos cantik-putih, mengukuhkan believe system tentang gagasan kecantikan yang mengandung rasisme. Penyeragaman representasi kecantikan semacam ini merupakan hegemoni media, sebuah usaha agar kulit putih terlihat natural dan menjadi hal yang wajar, sehingga diterima oleh masyarakat. Keyword : Rasisme, Dominan, Subordinat, Solidify
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | Faculty of Social and Political Sciences > Department of Communication |
ID Code: | 26051 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 27 Jan 2011 13:59 |
Last Modified: | 27 Jan 2011 13:59 |
Repository Staff Only: item control page