Novita Sari, Sujaning and Dillysa El Shinta, Eko prasetyo and Rivanda Surya, Muhammad Zein (2010) ANALISA ALUN ALUN SIMPANGLIMA SEMARANG. Diploma in Architecture Design. (Submitted)
| PDF - Other 9Mb |
Abstract
Kota Semarang merupakan ibu kota Propinsi Jawa Tengah, yang terletak diantara 06050’20, 69’’LS dan garis 110o 18’ 56,1’’ BT dengan luas wilayah 373,70 km2 dan luas wilyah laut ±18000 ha yang dibatasi oleh sebelah barat : Kabupaten Kendal, sebelah timur : Kab Demak, sebelah selatan :Kab Semarang, Sebelah utara : Laut Jawa. Salah satu unsur yang penting dalam suatu kota adalah dengan adanya ruang terbuka atau open space. Kota Semarang memiliki ruang terbuka yang juga dimiliki oleh kota-kota lain, yaitu alun-alun. Alun-alun Semarang merupakan salah satu penanda utama ibukota Semarang. Posisinya di tengah kota dan menjadi titik temu lima percabangan ruas jalan di kota tersebut. Alun-alun kota Semarang sebenarnya bukan berada di kawasan simpang lima maupun kawasan tugumuda. Akan tetapi dulunya alun-alun Semarang berada di daerah masjid kauman. Sekilas tentang sejarah alun-alun kota Semarang. Di Semarang sendiri tidak lepas dari konsep alun-alun dimana ada tanah lapang luas dimana disana juga merupakan pusat pemerintahan dan masjid agung yang dikelilingi oleh tempat tinggal penduduk yang biasa disebut dengan kampung kauman. Pergeseran fungsi dari alun-alun ini di mulai sejak tahun 1938, Alun-alun Semarang dipenggal pada sisi timur oleh Pemerintahan Kolonial Belanda untuk di gunakan sebagai Pasar Johar untuk menggantikan embio perdagangan yang ada sebelumnya di bawah pohon Johar. Berikutnya di tahun 1970an masyarakat Semarang terhenyak oleh pemotongan lahan alun-alun untuk pembangunan perdagangan. Bangunan Kanjengan/pemerintahan di sisi Selatan alun-alun telah dirobohkan dan dibangun pertokoan. Kawasan alun-alun yang lain didekat pasar Johar berdiri pasar Yaik Permai. Sedangkan di alun-alun Utara (bekas terminal angkot) berdiri gedung BPD dan Hotel Metro. Sekarang hamparan alun-alun telah hilang dan yang tersisa hanya Masjid Agung Kauman yang menjadi tonggak terakhir pelestarian kawasan budaya ini. Sekarang ini alun-alun kota Semarang lebih dikenal berada di Simpang Lima. Seperti di kota-kota lain, alun-alun Semarang menjadi pusat dari eksistensi penanda kota lainnya. Di sekitar Alun-alun Semarang terdapat kantor pemerintahan, mall, serta masjid. Alun – alun Semarang bukan sebagai landmark kota saja, lebih dari itu ruang publik menjadi wadah sosialisasi masyarakat dan tempat masyarakat beraktivitas. Penulisan ini akan membahas kondisi eksisting alun – alun Semarang agar dapat dikonsepsikan menjadi alun – alun yang lebih berkualitas guna menambah daya dukungnya sebagai ruang publik masyarakat dan landmark kota.
Item Type: | Other |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Diploma in Architecture Faculty of Engineering > Diploma in Architecture |
ID Code: | 26024 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 27 Jan 2011 11:10 |
Last Modified: | 27 Jan 2011 14:53 |
Repository Staff Only: item control page