Kekerasan Terhadap Perempuan: Analisis Semiotika Film Jamila dan Sang Presiden

Husninatul Ghassani, Husninatul Ghassani (2010) Kekerasan Terhadap Perempuan: Analisis Semiotika Film Jamila dan Sang Presiden. Undergraduate thesis, Diponegoro University.

[img]
Preview
PDF
49Kb

Abstract

Jamila dan Sang Presiden adalah satu film yang muncul sebagai ungkapan kritis dari kebanyakan film Indonesia yang bertema seksualitas. Film ini menghadirkan gambaran problematika kaum perempuan seperti perdagangan, pelecehan seksual, dan prostitusi. Representasi atas realitas dalam film itu sendiri kemudian memunculkan beberapa masalah yang menarik untuk diteliti, yakni mengenai deskripsi kekerasan dan perlawanan perempuan yang dikonstruksi melalui film ini. Upaya untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian dilakukan dengan menggunakan teori feminis sosialis dan teori sikap feminis (standpoint theory) dalam paradigma kritis sebagai teori utama. Metode analisis yang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes dengan fokus penelitian bagaimana representasi kekerasan terhadap perempuan dalam film Jamila dan Sang Presiden. Hasil penelitian menunjukkan kekerasan terhadap perempuan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk seperti kekerasan fisik, seksual, ekonomi, perampasan kemerdekaan sewenang-wenang, dan psikologis. Patriarkisme dan kapitalisme menjadi latar belakang ideologi yang mendominasi tindak kekerasan. Dalam peristiwa kekerasan dengan pelaku laki-laki terdapat konstruksi gender berdasarkan kultur patriarkis tentang sikap laki-laki yang mendominasi karena perannya sebagai subjek dan sikap perempuan yang terdominasi karena perannya sebagai objek. Hal ini kemudian membuat perempuan menjadi kelompok yang rentan mendapat kekerasan. Dalam kapitalisme, kekerasan dijalankan di bawah kekuasaan orang-orang yang mengendalikan sarana-sarana produksi dengan hubungan eksploitatif. Lebih dari itu, film ini juga menunjukkan adanya perlawanan yang dilakukan perempuan, melalui tindakannya membunuh para pelaku kekerasan. Namun perlawanan yang menggunakan sudut pandang “pemenang” atau maskulin pada akhirnya menjadi perlawanan yang kandas karena adanya ketidakkonsistenan. Pertama karena tokoh utama menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Kedua karena akhirnya ia menyerah dengan realita ketidakadilan. Ketiga, karena ia masih menjadi pribadi yang tak mandiri karena sikap bergantungnya pada laki-laki yang berarti bahwa ia berkompromi dengan kultur patriarki. Keywords : Semiotika; Film; Kekerasan; Dominasi; Perempuan; Perlawanan

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Divisions:Faculty of Social and Political Sciences > Department of Communication
ID Code:24947
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:23 Dec 2010 11:54
Last Modified:23 Dec 2010 11:54

Repository Staff Only: item control page