Santi, A.W.D. (2010) STUDI ANALISIS NARATIF: REPRESENTASI PESANTREN DALAM FILM “3 DOA 3 CINTA”. Undergraduate thesis, Diponegoro University.
| PDF 19Kb |
Abstract
Maraknya tindak terorisme sedikit banyak telah mempengaruhi pandangan masyarakat umum tentang Islam. Terlebih lagi ketika media cetak dan elektronik banyak memberitakan masalah terorisme. Fakta yang diberitakan bahwa para teroris yang telah berhasil dilacak sebagian besar merupakan alumnus dari pondok pesantren, turut mencoreng tak hanya nama Islam, tetapi juga pesantren itu sendiri. Yang terjadi kemudian adalah, masyarakat Indonesia dan internasional menggeneralisasi bahwa semua pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam radikal yang mencetak teroris. Untuk menepis anggapan bahawa Islam dan pesantren merupakan sarang teroris dan lembaga pendidikan yang radikal dan mengajarkan kekerasan, maka kemudian muncul film 3 Doa 3 Cinta yang sutradara sekaligus penulis skenarionya pernah menjalani kehidupan pesantren. Film 3 Doa 3 Cinta berusaha menyuguhkan bagaimana kehidupan pesantren Indonesia yang penuh cinta damai. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika Ferdinand de Saussure, dengan fokus penelitian bagaimana representasi wajah pesantren Indonesia serta ideologi tersembunyi yang dikonstruksikan melalui film 3 Doa 3 Cinta. Teori utama yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori analisis naratif Vladimir Propp yang telah dimodifikasi oleh John Fiske. Propp mendasarkan analisisnya pada fungsi pelaku. Menurutnya, suatu fungsi dipahami sebagai tindakan seorang tokoh yang dibatasi dari maknanya demi berlangsungnya suatu tindakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film 3 Doa 3 Cinta tidak sekadar memberi gambaran kepada masyarakat tentang bagaimana kehidupan dalam pesantren, lebih dari itu, film yang dibuat dengan tujuan untuk “membela” pesantren dari tudingan sebagai tempat pengkaderan teroris ini justru juga memberikan kritikan-kritikan terhadap lembaga pesantren itu sendiri. Pada dasarnya pesantren ini mengajarkan bahwa Islam merupakan agama yang cinta damai. Radikalisme yang selama ini mencoreng nama pesantren sebenarnya justru berasal dari luar pesantren. Kalaupun ada oknum-oknum pesantren yang terlibat dengan praktik radikalisme tersebut, maka itu tidak ada hubungannya dengan apa yang diajarkan oleh pesantren. Meskipun film ini berusaha menunjukkan bahwa pesantren merupakan institusi pendidikan agama yang cinta damai, namun di sisi lain film ini justru juga membongkar segala problematika yang ada dalam pesantren, seperti homoseksualitas, poligami, dan keterpecahan santri. Key Word: Pesantren, Terorisme, Representasi, Film, Naratif
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | Faculty of Social and Political Sciences > Department of Communication |
ID Code: | 23925 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 11 Nov 2010 09:28 |
Last Modified: | 11 Nov 2010 09:28 |
Repository Staff Only: item control page