SULEMAN, SULEMAN (2010) KEBERTAHANAN PERMUKIMAN TRADISIONAL WOLIO DI KELURAHAN MELAI, KOTA BAU-BAU. Masters thesis, UNIVERSITAS DIPONEGORO.
| PDF - Published Version 5Mb |
Abstract
ABSTRAK Perkembangan kota yang sangat cepat dengan berbagai permasalahannya menimbulkan berbagai pengaruh. Perkembangan pembangunan ini tanpa disadari telah menggeser permukiman tradisional dan bahkan ciri khas tradisional hilang. Ini ditandai dibangunnya permukiman dengan berbagai bentuk dari tipe sederhana sampai mewah dengan ciri rumah modern berkhas eropa, yang didalamnya ciri tradisional sama sekali tidak ada. Disisi lain, permukiman tradisional merupakan warisan leluhur yang perlu dilestarikan. Perkembangan permukiman kota ini ternyata tidak selamanya dapat merubah permukiman tradisional Wolio, di Kelurahan Melai salah satu permukiman tradisional yang berada di propinsi Sulawesi Tenggara tetap bertahan dan tetap eksis sebagai permukiman tradisional sampai saat ini. Dengan fenomena ini menimbulkan berbagai pertanyaan “Bagaimana dan mengapa permukiman tradisional Wolio di Kelurahan Melai, Kota Bau-Bau dapat bertahan dari pengaruh perubahan sekitarnya”, baik itu bertahannya dari bentuk rumah, pola ruang maupun aktifitas masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mekanisme dan penyebab kebertahanan Permukiman Tradisional Wolio di Kelurahan Melai, Kota Bau-Bau dengan sasaran yaitu mengkaji proses dan penyebab kebertahanan permukiman tradisional Wolio di Kelurahan Melai, Kota Bau-Bau serta ancaman keberlanjutan permukiman tradisional Wolio. Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan, diperlukan suatu metode penelitian yaitu dengan menggunakan metodologi kualitatif, dengan metode pendekatan kualitatif deskriptif serta strategis pendekatan Studi Kasus. Untuk menunjang tujuan dan sasaran penelitian, pengambilan data menggunakan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis penelitian pada proses kebertahanan permukiman, ditinjau sejak awal terbentuk permukiman, dimulai dari perkembangannya setiap masa baik itu pada masa sebelum dan selama pemerintahan Kerajaan Buton, masa Kesultanan Buton, masa Pemerintah Kabupaten Buton dan masa Pemerintah Kota Bau-Bau sampai saat ini. Setiap masa ini memberikan ciri dan bentuk rumah sebagai rumah yang terikat dan terkendali. Masa Kesultanan Buton memberikan dasar bentuk dan ciri yang utuh sebagai rumah adat Buton, yang terdiri atas rumah kediaman Sultan (Kamali/Malige), rumah Pejabat Kesultanan (Banua Kambero) dan rumah Masyarakat (Banua Tada). Bentuk dan ciri ini menandakan status sosial penghuninya. Status tanah sebagai hak pakai dan rumah merupakan hak milik pemiliknya secara turun temurun. Kajian penyebab kebertahanan permukiman dipengaruhi oleh ritual-ritual dalam proses pembangunan rumah, dengan peraturan yang berlaku pada masa Kesultanan Buton yaitu Martabat Tujuh yang kemudian menjadi norma dan adat istiadat masyarakat Buton dan khususnya masyarakat Kelurahan Melai. Setelah dilakukan analisis bahwa yang menyebabkan kebertahanan permukiman tradisional Wolio di Kelurahan Melai, Kota Bau-Bau dipengaruhi oleh Tradisi yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Melai sebagai adat istiadat yang merupakan penjabaran falsafah Martabat Tujuh. Berdasarkan kesimpulan ini, maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah adanya aturan berupa perada sebagai dasar hukum tertulis sebagai pendukung adat istiadat, namun disisi lain keberlanjutan permukiman dikemudian hari menjadi tanggungjawab pemerintah setempat sebagai pengendali pasar terutama ketersedian material berupa kayu. Kata kunci : Permukiman tradisional, bentuk rumah, status kepemilikan, tradisi ABSTRACT An extremely rapid city development with its problems causes various impacts. The construction development is unrealized has shifted traditional settlement and moreover the specific characteristic of traditional may disappear. Its signal is the development of settlement with various types of simple to luxurious with the characteristic of modern houses is Europe architecture which there is no traditional specific characteristic. In other side, traditional settlement is a heritage of forefathers that should be perpetuated. The development of city settlement is not eternally able to change traditional settlement of Wolio in Melai Sub district which is one of traditional settlement in the South East Sulawesi which still stands on and exists as traditional settlement until nowadays. The phenomenon above reveals some questions of ‘How and why is traditional settlement of Wolio in Melai Village of Bau-Bau City able to defend from the surrounding changes impacts”, it is the changes of house style, room pattern or community activities. Purpose of the research is to study the mechanism and defendable cause of Traditional Settlement of Wolio in Melai Village, Bau-Bau City with the objectives of research is to study the defendable process and cause of traditional settlement of Wolio in Melai Village, Bau-Bau City and its defendable threat of Traditional Settlement of Wolio. In order to attain the formulated purpose and objective hence it is necessary a research method by using qualitative methodology with descriptive qualitative approach and a strategic of case study approach. In order to support the purpose and objective of the research, data collection is obtained by using interview, observation and documentation. The research analysis of defendable process of settlement is observed since in the initial establishment of settlement that is started its development in every times both in before and during the local government of Buton Kingdom, the period of Buton Sultanate, the period of local government of Buton Regency and the local government of Bau-Bau City up to now. In every period seems characteristic and type of bounded and controlled houses. The period of Buton Sultanate gives basic type and intact characteristic as Buton traditional house which includes the residential of Sultan (Kamali/Malige), executive mansion of Sultanate (Banua Kambero) and Community house (Banua Tada). The type and style signs its social status of the owner. The proprietary rights as the right of use and house is the owner proprietary rights in hereditary. The study of defendable cause of settlement is influenced by rituals of house development with the prescribed by the regulations during the period of Buton Sultanate that is Martabat Tujuh which now it becomes norm and custom of community of Buton and especially Melai Village. After conducting an analysis that the defendable cause of traditional settlement of Wolio in Melai Village, Bau-Bau City is influenced by local tradition which is sticking rigidly among society of Melai as local custom which is the description of the ideology of Martabat Tujuh. According to the conclusion the recommendation is stated that the availability of rules of parade as written regulations of local custom support however in the other side the continuity of settlement becomes the local government responsibility in the next period as market control particularly a material of woods. Keywords: Traditional settlement, house type, proprietary status, tradition
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare |
Divisions: | School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Urban and Regional Planning |
ID Code: | 23659 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 2 |
Deposited On: | 01 Nov 2010 14:38 |
Last Modified: | 24 Nov 2011 11:04 |
Repository Staff Only: item control page