PERAN DAN KEMANDIRIAN TENAGA KERJA WANITA DI DALAM RUMAH TANGGA (Studi Kasus Tenaga Kerja Wanita Desa Penanggulan Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal)

SUYANTO, SUYANTO and MUZAKKA,M, M. and HERMINTOYO, M. (2001) PERAN DAN KEMANDIRIAN TENAGA KERJA WANITA DI DALAM RUMAH TANGGA (Studi Kasus Tenaga Kerja Wanita Desa Penanggulan Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal). Documentation. UNIVERSITAS DIPONEGORO.

[img]
Preview
PDF - Published Version
346Kb
[img]PDF - Published Version
Restricted to Repository staff only

1676Kb

Abstract

Begin 1976, gender issue was be a discourse in development. Even, United Nation was be agree to Convention on the Elimination of forms of Discrimination against Woman (CEDAW) 1979. But its convention was ratificated by Indonesia, attention against women in development is very limited. That is be a phenomenon at political, economical, social, law, and cultural aspects. Women worker of Indonesia was choice to work in abroad because some pushes household needs, such as a house, education cost, and capital accumulation. Some remittance, they are to built a house (88.23 percents). From of them, 57.14 percents to bought areal and house, and 42.86 percents built of house only because the areal is given by their parents. Besides, ex women worker can buy something such as a car (11.70 percents), motorcycle (17.66 percents), stall (5.88 percents), tailor tools (5.88 percents). Their contribution in household needs, becoming they can improve their bargaining position against their husband (man). Because they are a household hero when household economic was very bad. There is trends, women were coup of economical role of household when that condition is over tollerrantion. So, there are improving women statues in the household and society. The future, there are gender mainstreaming which can be starting point to re-conceptualization and re-definition of women. Modernisasi dibidang pertanian lebih diperuntukan bagi laki-laki dan pada saat yang sama menyingkirkan perempuan dalam bidang tersebut. Akibatnya, perempuan merambah ke sektor nonpertanian, seperti perdagangan khususnya perdagangan makanan, buruh pabrik, dan sektor jasa khususnya pembantu rumah tangga, baik di dalam maupun luar negeri. Dengan adanya globalisasi pasar kerja semenjak tahun 1970-an, maka kesempatan ini tidak disia-siakan oleh perempuan. Perempuan bahkan lebih mendominasi bursa ekspor jasa tenaga kerja ke luar negeri daripada laki-laki. Mereka memutuskan berkerja di luar negeri karena adanya tekanan yang sangat kuat untuk dapat mencukupi berbagai kebutuhan rumah tangga yang sangat mendasar, seperti tempat berteduh, beaya pendidikan anak, dan modal usaha. Dalam memperjuangkan diri dengan bekerja di luar negeri ternyata tidak sia-sia karena remitan yang diperoleh dapat dipergunakan untuk membangun rumah (88,23 persen). Bahkan, diantara mereka 57,14 persennya sekaligus membeli tanah sendiri, sedangkan sisanya (42,86 persen) tanah sudah disediakan oleh orang tua. Selain itu, mantan TKW juga masih dapat membeli barang produksi seperti mobil (11,76 persen), toko (5,88 persen), mesin jahit (5,88 persen) dan barang sekunder seperti motor roda dua (17,69 persen). Dengan kontribusinya itu dalam ekonomi rumah tangga, maka menjadikan mereka dapat meningkatkan posisi tawar kepada suami (laki-laki) karena mereka merupakan pahlawan keluarga ketika kondisi ekonominya kritis. Ada kecenderungan perempuan akan mengambil alih kendali ekonomi rumah tangga ketika kondisinya di luar batas toleransi. Dengan demikian, hal ini merupakan upaya peningkatan status perempuan, baik di tingkat rumah tangga maupun masyarakat. Pada gilirannya, hal ini merupakan upaya penyetaraan jender yang dapat merupakan langkah awal rekonseptualisasi dan redefinisi perempuan.

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare
Divisions:Document UNDIP
ID Code:23569
Deposited By:Mr UPT Perpus 2
Deposited On:27 Oct 2010 09:15
Last Modified:27 Oct 2010 09:15

Repository Staff Only: item control page