Subandiyono, Subandiyono (2000) PAKET TEKNOLOGI FORMULASI PAKAN INDUK IKAN BERONANG (Slganus sp.) GUNA MENINGKATKAN KUALITAS TELUR. Documentation. UNIVERSITAS DIPONEGORO.
| PDF - Published Version 458Kb | |
PDF - Published Version Restricted to Repository staff only 2030Kb |
Abstract
Periode percobaan tahun pertama, kedua, dan keliga dari serangkaian 3 tahun penelitian mengenai formulasi pakan untuk induk ikan beronang (Siganus sp.) guna meningkatkan kualitas telur telah selesai dilakukan. Diduga bahwa renciahnya tingkat kelulushidupan larva pada minggu-minggu pertama setelah menetas, yaitu kurang dari 10% (Ayson dan Lam, 1993; Duray et al., 1994; Subandiyono dkk., 1995, 1998, 1999), diduga berkaitan erat dengan kualitas pakan yang dikonsumsi induk selama proses pematangan gonad (Sargent et al., 1989; Duray et al., 1994; Bell et al., 1997). Ukuran diameter lelur merupakan salah salu indikator periling dari kualitas telur. Sedangkan kuning telur ('yolk') merupakan bagian terbesar dad telur dan berperan sebagai sumber energi serla maleri pada pemberdukan embrio (Kamler, 1992); dan )(arena du kuantitas serla kualitas dari kuning telur menenlukan keberhasilan perkernbangan embrio dan post-embrio (Nikolskij, 1974 dalam Kamler, 1992). Pakan induk yang berkualitas, yaitu sesuai dengan kebutuhannya, akan mampu meningkatkan nilai kualitas telur yang dihasilkan dan yang pada akhirnya meningkatkan nilai kelulushidupan larva (Duray et al., 1994). 'Feed additives' seperti astaxanthin, vitamin C ('ascorbic acid'), dan vitamin E ('tocopherol'), balk secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, diduga mempunyai peran yang vital dalam proses perkembangan gonad, reproduksi, sistem ketahanan, dananti-oksidan. Ditemukannya astaxanthin dengan konsentrasi yang tinggi pada gonad beberapa spesies dad klas cephalopoda dan holothuroidea, maka diduga bahwa astaxanthin berpartisipasi dalam proses reproduksi (Matsuno dan 1989). Sedangkan konsentrasi astaxanthin yang tinggi pada bagian mata uclang krill diduga berkaitan eral dengan tungsi visualisasi mata (Suzuki, 1981). Dengan demikian, astaxanthin sangat berperan terhadap kemampuan bewail dalam mendeteksi adanya makanan, disamping tungsi biologis lainnya (Lee, 1983; Furr et al., 1992; Wee dan Tacon 1992). Kebuluhan vitamin C terlihat meningkat pada saat pembentukan gonad (Parviainen dan Nyyssonen, 1992). Selain berperan terhadap peningkatan 'immune system' (Parviainen dan Nyyssonen, 1992), vitamin C juga mampu meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan (MacConnell dan harrows, 1993). Vitamin C bekerja secara sinergis dengan vitamin E dalam merninimalkan peroksidasi lipid membran sel (Cowey dan Sragent, 1979). Proses ini sangat penting guna menurunkan toksisitas oksigen aktif dalam sel (Parviainen dan Nyyssonen, 1992). Vitamin E diduga berperan penting terhadap proses vitellogenesis (Kamler, 1992), selain kings' struktural dalam 'lipid bilayers' dad membran sel (Lee, 1983). Meskipun berbagai fungsi ke liga jenis 'teed additves' tersebut telah dikajl, namun mekanisme lebih mendalam belum diketahui. Informasi tentang kandungan yang lepat dalam pakan buatan untuk induk ikan juga masih sangat terbatas. Percobaan pada tahun pertama menitik-beratkan kebutuhan ikan akan protein terhadap total energi (E/P ratio) pakan; sedangkan topik percobaan pada tahun kedua adalah peran PUFA-W3 dan -W6 dalam pakan terhadap peningkatan kualitas telur yang dihasilkan. Pada penelitian tahun ketiga ini dikaji peran tiga jenis 'feed additives' (yaitu astaxanthin, ascorbic acid polyphosphate, dan d-a-tocopherol) dalam meningkalkan perkembangan gonad dan kualitas lelur yang dihasilkan induk ikan beronang (Siganus sp.). Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah diketahuinya formulas' pakan yang tepat bagi setiap tahap perkembangan ikan beronang mulai dari tahap larva hingga induk guna menunjang berkembangnya hatchery sada mendukung kelangsungan kegiatan budidaya ikan beronang; sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah diketahuinya formulas' pakan yang tepat untuk induk ikan beronang agar mampu memproduksi telur herkualitas tinggi serta berkesinambungan. Target jangka pendek yang ingin dicapai adalah terpecahkannya kendala utama pada pengadaan benih, yaitu dalam hal keinalian larva yang tinggi pada minggu pertama setelah penetasan. Sebanyak 120 dad 125 ekor calon ikan uji yang tersedia diseleksi sebagai ikan uji. 'Ran uji ,dengan bobot tubuh individu rata-rata (X±S.E.) sebesar (423.8±22.0), (403.4±18.2), (443.1±18.6), dan (391.4±17.8) gram dimasukkan ke dalam 4 buah wadah uji masing-masing untuk perlakuan I, II, Ill, dan IV untuk proses pemeliharaan selama 4 bulan. Pakan uji yang diberikan adalah pakan terbaik pada percobaan sebelumnya (yaitu pakan dengan kandungan protein sebesar 46.0%, nilai E/P ratio sebesar 9.0 kkal/gram protein, dan perbandingan asam lemak W3 terhadap W6 sebesar 1.03) dan &Nan komposisi penambahan astaxanthin, vitamin C, dan vitamin E masing-masing berbanding sebagai (1:1:1), (1:1:0), (1:0:1), dan Pakan uji diberikan 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore hari. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikil hingga ikan kenyang ('ad sallation'). Peubah utama yang dianalisis meliputi pertumbuhan. perkembangan gonad, clan frekuensi pemijahan ikan uji; kualitas pakan uji; dan laktor lingkungan yang berpengaruh terhadap nilai dari peubah tersebut. Data pertumbuhan yang diperoleh dianalisis nilai tengahnya dengan 'ANOVA' menggunakan uji-t pada selang kepercayaan 95 dan 999/0. Data yang lain dianalisis secara deskriptit. Basil inenumulthan bahwa pakan uji berpengaruh nyata (P<0.01) terhadap perubahan bobot ikan uji. Berdasarkan pada uji-t 'edit-tat bahwa pakan uji pada perlakuan I menghasilkan perlambahan bobot terlinggi dan mempunyai pengaruh yang berbeda nyata (P<0.01) bila dibandingkan dengan pakan uji pada perlakuan III maupun Perlakuan I berbeda nyata (P<0.05) terhadap perlakuan II, namun lidak berbeda (P>0.01) pada selang kepercayaan 99%. Perlakuan II berbeda nyata (P<0.01) terhadap perlakua III dan IV; sedangkan perlakuan dan IV memberikan pengaruh yang sama (P>0.05) terhadap perubahan bobot ikan uji. Berdasarkan data diketahui pula bahwa ikan beronang pada setiap perlakuan memproduksi telur dengan nilai kualitas kumulatif yang bervariasi; namun terlihat bahwa pakan dengan komposisi perbandingan (1:1:1) clan (1:0:1) cenderung bersitat superior. Dengan demikian diduga bahwa pada pra-konclisi yang homogen maka koinbinasi astaxanthin dan vitamin E dalam pakan mempunyai peran sinergis lerhadap perkennbangan gonad serta peningkalan kualitas telur yang dihasilkan. Bilamana dibandingkan dengan Irekuensi pemijahan pada penelitian HBVI/2 yang jarang terjadi, maka pada penelitian HBVI/3 pemijahan terjadi pada setiap bulan dan bahkan untuk semua perlakuan serta dengan jumlah induk yang memijah jauh lebih banyak (tingkat kejadian per perlakuan lebih tinggi). Karena itu diduga bahwa formulas' pakan pada penelitian HBVI/3 aclalah sesuai dengan kebutuhan induk ikan beronang.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling |
Divisions: | Faculty of Fisheries and Marine Sciences > Department of Marine Science |
ID Code: | 23541 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 2 |
Deposited On: | 26 Oct 2010 10:12 |
Last Modified: | 26 Oct 2010 10:12 |
Repository Staff Only: item control page