ANALISIS KEEFEKTIFAN PROGRAM KEMITRAAN TERPADU: TELAAH PERAN PERBANKAN (KASUS KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH)

Abstract

Tujuan umum penelitian ini adalah mengkaji motivasi, implementasi dan performansi kemitraan usaha kecil dan usaha besar yang melibatkan peran perbankan melalui Program Kemitraan Terpadu. Permasalahan pokok yang dihadapi dalam proyek kemitraan usaha berbasis adanya kesenjangan antar pelaku dalam mewujudkan pola kemitraan yang saling menguntungkan. Penelitian ini berusaha menjawab empat pertanyaan pokok penelitian: (1) bagaimana performansi pelaksanaan' kemitraan yang telah berjalan? (2) seberapa besar peran perbankan dalam pencapaian performansi tersebut? (3) apa saja permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan pola kemitraan yang telah berjalan? serta (4) bagaimana pula kemungkinan pola kemitraan yang dapat dikembangkan secara lebih rasional menuju tercapainya kemitraan yang saling menguntungkan?. Untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut sekaligus untuk mencapai tujuan penelitian maka pengumpulan data dilakukan melalui sample survey dan Focus Group Disscusion (FGD). Pengambilan sampel menggunakan metooda purposive sampling dengan memilih 30 usaha kecil, 10 usaha besar dan 6 bank (bank pemerintah dan swasta) di Kota Semarang, Jawa Tengah. Selanjutnya analisis data menggunakan metoda analisis SWOT (untuk menganalisis proses terjadinya kemitraan) dan Chi-Square (untuk menguji keterkaitan antar variabel). Dad hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dipaparkan beberapa hasil panting terkait pelaksanaan Program Kemitraan Terpadu di wilayah penelitian: Pertama, motivasi perbankan dan usaha besar dalam melaksanakan program kemitraan cenderung diwarnai dimensi kesadaran (awareness), politis dan karitas. Sebaliknya usaha kecil mempersepsikan sebagai suatu program yang mengakselerasi akses finansial dan sumberdaya serta didasarkan kebutuhan pengembangan usaha. Kedua, realisasi dana yang disalurkan melalui program kemitraan ini belum optimal sehingga berimplikasi pada tertutupnya kesempatan bagi calon khalayak sasaran potensial untuk ikut terlibat dalam program kemitraan ini. Ketiga, mengacu pengolahan indikator performansi kemitraan ternyata ditemukan 43,33% usaha kecil sampel yang masuk kategori performansi tinggi sedang 30% dan 26,67% sisanya masing-masing masuk kategori performansi rendah dan sedang. Keempat, hasil analisis pengujian keterkaitan antar variabel menunjukkan tidak adanya keterkaitan signifikan antara jenis usaha dan performansi kemitraan sebaliknya ditemukan keterkaitan signifikan pada tingkat signifikansi 0.05 antara model kemitraan dan pengalaman usaha dengan performansi kemitraan. Kelima, ditemukan empat permasalahan menonjol dalam pelaksanaan program kemitraan ini terkait keterbatasan persyaratan administrasi usaha kecil, keterbatasan kredit program, pelaporan rutin perkembangan program dan manajemen resiko yang belum optimal. Dengan mengkaji pelaksanaan program kemitraan yang telah berjalan maka dipaparkan empat implikasi penelitian lebih lanjut. Pertama, perlunya mengutamakan model kemitraan yang on-line business karena terbukti lebih menciptakan sinergi dan keuntungan pada kedua pihak. Kedua, perlu peningkatan peran perbankan terutama pada pasca pengucuran kredit, balk dalam bentuk monitoring maupun advokasi. Ketiga, perlunya peningkatan kesiapan usaha besar dalam melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil sehingga terhindar dari dimensi politis dan karitas. Keempat, perlunya ditempuh kebijakan kemitraan yang lebih memberikan upaya nyata pada pemberdayaan usaha kecil (seperti kesempatan bagi usaha kecil untuk menentukan sendiri usaha besar mitra dan model kemitraan yang lebih efektif sesuai kondisi kelokalan.