BEBERAPA TUMBUHAN OBAT INDONESIA

Kusrini, Dewi and Anam, Khairul (2005) BEBERAPA TUMBUHAN OBAT INDONESIA. Documentation. UNIVERSITAS DIPONEGORO.

[img]
Preview
PDF - Published Version
266Kb
[img]PDF - Published Version
Restricted to Repository staff only

900Kb

Abstract

Perubahan lingkungan hidup yang drastis, menurut UNEP (sebuah lembaga PBB yang bergerak dalam bidang Lingkungan Hidup) merupakan pemicu timbulnya patogen. Kemunculan patogen ini mendorong timbulnya wabah penyakit infeksi dan menuntut ketersediaan obat-obatan untuk mengatasinya. Tumbuhan Obat Indonesia seperti Annona squamosa L (srikaya), Philantus acidus (L.) Skeels (ceremai), dan. Phaleria macrocarpa [Schaff.] Boerl. (mahkota dewa) secara tradisional terbukti dapat menyembuhka'n berbagai penyakit infeksi seperti TBC, disentri, antraks dan berbagai penyakit kulit. Namun informasi justifikasi ilmiah terhadap bioaktivitas ini belum pemah dilaporkan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan menentukan potensi dan aktivitas Annona squamosa L (srikaya), Phyllantus acidus (L.) Skeels (ceremai), dlan Phaleria macrocarpa [Schaff.] Boerl (mahkota dewa) terhadap mikosis Candida albicans. Serta menentukan golongan kimia komponen penyusun ekstrak aktifnya. Untuk menelaah potensi antimikosis ketiga tumbuhan obat tersebut, Indonesia maka digunakan material uji daun srikaya dan kulit batang ceremai yang diperoleh dari Kelurahan Rongtengah, Sampang Madura, serta daun mahkota dewa diperoleh dari sekitar Ungaran, Semarang pada bulan Juli 2005. Masing¬masing bagian tumbuhan ini diesktraksi dengan pelarut etanol dan diklorometana. Filtrat yang diperoleh divapkan dengan ratarivaporator. Selanjutnya masing-masing ekstrak diuji aktivitasnya terhadap mikosis : Candida albicans. Aktivitas dinilai berdasarkan kemampuan menghambat pertumbuhan mikosis. Proses selanjutnya ekstrak yang paling aktif terhadap mikosis uji ditentuikan golongan senyawa yang dikandungnya menurut cara yang dikembangkan oleh Fransworth (1966). Untuk menilai potensi aktivitas antimikosis ekstrak maka ditentukan kesetaraannya dengan antibiotik pembanding, ketokenazol Berdasarkan hash penelitian menunjukkan bahwa semua ekstra mempunyai aktivitas antimikosis dan bersifat fungisida. Ekstrak etanol dari semua jenis ektrak tumbuhan mempunyai kemampuan membunuh mikosis lebih kuat daripada ekstrak dikiorometana. Nilai hambatan terbesar dimiliki ekstrak etanol srikaya yaitu sebesar 15,6 ± 3,1 mm disusul ekstrak etanol mahkota dewa (14,7 ± 1,3 mm) dan ekstrak etanol ceremai (13,6 ± 2,2 mm). Kandungan jenis senyawa kimia dalam ketiga ekstrak tumbuhan tersebut relatif sama, yakni mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid/terpenoid, sedangkan ekstrak etanol ceremai tidak mengandung alkaloid. Untuk menentukan kesetaraan aktivitas antimikosis ketiga esktrak etanol tumbuhan tersebut dengan antibiotik pembanding, maka digunakan ketokenazol. Ketiga ekstrak mepunyai kesetaraan aktivitas yang beragam (label 5.3). Nilai terbesar dimiliki oleh ekstrak etanol srikaya, setara dencjan 11.566,11 pg ketokenazol. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol srikaya mempunyai aktivitas sangat besar, lebih dad sepuluh kali aktivitas ketokenazol. Demikian pule ekstrak etanol mahkota dewa mempunyai kesetaraan sebesar 2.344,46 ug ketokenazol. Mengingat ekstrak tersusun dad berbagai macam senyawa kimia, maka komponen kimia aktif yang terkandung didalamnya akan mempunyai kekuatan aktivitas antimikosis yang lebih besar lagi. Oleh karena itu tanaman srikaya dan mahkota dewa berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai obat atau fitofarmaka antimikosis/antifungi. The drastic environmental change, according to UNEP (a PBB institution which move in environmental field), was the trigger of pathogens appearing. This pathogens appearing pushed the emerge of infectional diseases and required the supply of medicines to exceed them. Indonesia medicinal plants like Annona squamosa L. (srikaya), Philantus acidus (L.) Skeels (ceremai) and Phaleria macrocarpa [Scheff] Boerl. (mahkota dewa) traditionally had been used and proved could heal several infectional diseases like TBC, dysenteries, anthraxes and many skin diseases. But scientific information or justification about the bioactivities had not been reported yet. So, this research was done to determine the potency and activity of Annona squamosa L. (srikaya), Phyllantus acidus (L.) Skeels (ceremai) and Phaleria macrocarpa [Scheff] Boerl. (mahkota dewa) to mycosis Candida albicans and to know chemical substance groups composed the active extract. To study the antimycosis potency of the three plants, it was used the testing material that is srikaya leaves and ceremai steam bark collected from Rongtengah Village, Sampang, Madura and mahkota dewa leaves from around Ungaran, Semarang, on July 2005. Each part of the plants was extracted with ethanol and dichloromethane. The obtained filtrate was evaporated by using rotary evaporator. Then, activity of each extract was tested to mycosis Candida albicans. The activity was valued according to its ability inhibiting mycosis growth. The next process was the chemical substance groups determining of the most active extract to mycosis test by method developed by Fransworth (1966). To determine their antimycosis activity potency, valuing the equality with the comparable antibiotic, ketokenazole. According to the results of the research, showed that all of the extract had antimycosis activity and fungicide properties . The ethanol extract of all that plants had the higher mycosis killing ability than the dichloromethane one. The highest inhibiting value was belong to srikaya's ethanol extract, that is 15 + 3,1 mm, followed by mahkota dewa's ethanol extract (14,7 + 1,3 mm) and ceremai's ethanol extract (13,6 + 2,2 mm). Chemical substance groups contained on all of the three extract was relativity the same, contained alkaloids, flavonoids, tannins, saponines and steroids/terpenoids, meanwhile the ceremai's ethanol extract did not contain alkaloids. To determine the equality of anthriycosis activity of the ethanol extract of that three plants with the comparable antibiotic, it was used ketokenazole. The three extract had different activity (Table 5.3). The highest value was belong to srikaya's ethanol extract, equal to 11.566,11 irg ketokenazole. This showed that it had very high activity, more than ten times of ketokenazole's activity. Also the mahkota dewa's ethanol extract had the equality of 2.344,46 Lig ketokenazole. Remembering that several chemical compounds composed the extracts, the active chemical components contained on them would have the higher antimycosis activity. So, the srikaya and mahkota dewa plants had a high potency which could be development as antimycosis or antifungal medicines.

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:Q Science > Q Science (General)
ID Code:23243
Deposited By:Mr UPT Perpus 2
Deposited On:18 Oct 2010 10:58
Last Modified:18 Oct 2010 10:58

Repository Staff Only: item control page