PERANAN GENDER IBU DAN STATUS GIZI ANAK BALITA (Kajian Kasus pada Lima Keluarga di Desa Pakis, Grobogan)

Aruben, Ronny (1997) PERANAN GENDER IBU DAN STATUS GIZI ANAK BALITA (Kajian Kasus pada Lima Keluarga di Desa Pakis, Grobogan). Documentation. UNIVERSITAS DIPONEGORO.

[img]
Preview
PDF - Published Version
201Kb

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara kualitatif peranan gender ibu dalam lima keluarga petani, dan hubungannya dengan status gizi anak bali¬ta, Penelitian dilakukan di desa Pakis, kecamatan Rradenan, kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualita¬tif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan ob¬servasi, yang dikombinasikan dengan kuesioner. Sampel penelitian sebanyak 10 informan, yang merupakan 5 pasang suami-istri yang memiliki anak balita, di mana sang suami memiliki matapencarian sampingan sebagai tukang becak. Untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang peranan gender ibu, maka diwawancarai pula 5 orangtua dari pasangan suami¬istri tersebut dan 10 tokoh masyarakat (5 tome formal dan 5 toma informal). Untuk menunjang data kualitatif maka ditarik santpel Se¬cara purposif sebanyak 60 responden, yang terdiri atas 30 pa¬sangan suami-istri yang memiliki anak balita, di mans para suaminya tidak memiliki pekerjaan sampingan sebagai tukang becak. Data kuantitatif dart ke-60 responden tersebut dijaring dengan teknik wawancara dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan gender ibu dilandasi nigh nilai-nilai lokal, yang sesungguhnya tengah mengalami perubahan. Namun dikotomi "pria-wanita" lebih diaso¬siasikan dengan sektor pekerjaan "publik-domestik" (yaitu hu¬bungan yang lebih horisontal) ketimbang dengan hubungan status "superior-inferior" (hubungan vertikal). Meskipun ibu harus berperan Banda, tetapi mekanisme tra¬disional dapat mempertahankan perhatian orangtua/pengganti crangtua atas anak balita. Pada tingkat -mikro" (lima keluar¬ga) mekanisme tnadisional ini tampak berfungsi positif terha-¬dap status gizi anak balita. Namun pada tingkat "makro" (komu¬nitas desa) hal ini diduga herfangsi negatdi (55.4 % anak tergolong menderita glzi kurang berdasarkan indikatur herat badan per umur). Sesungguhnya meskanisme tradisiona) ini dapat dimanfaat¬kan untuk meningkatkan status gizi anak balita, dengan cara meningkatkan pengetahuan gizi ibu maupun ayah, melalui jalur formal pars pamong desa. Internalisasi ide dan praktek baru biasanya harus diawali dengan sedikit paksaan dan formalitas. The objective of the study is to describe and analyse the mothers' gender roles in the peasant. family in its rela¬tionship with the nutritional status of their anak balita. The fieldwork is carried out in desa Pakis, kecamatan Kradenan, kabupateh-Grobogan, Central Java. The research method is qualitative one with in-depth interview and observation, in combination with structured in¬terview, as techniques of data gathering. The sample of 10 informants consists of five couples that have anak balita and the husbands have extra means of livelihood. In order to get a comprehensive description about the mother's gender role in the family, I decide to interview 5 parents of the couples and 10 village leaders (5 informal and 5 formal leaders). The qualitative findings are backed-up by the data of the other 30 couples that have anak balita where the husbands are not tukang becak. This kind of data is collected with the structured questionair. It is found that the mothers' gender roles are based on traditional values, which are actually changing. But the di¬chotomy of "men-women" connotes more horizontal relationship (i.e. "public-domestic") than vertical relationship (-superi¬or-inferior") between the two sexes in household. Although the mother has to play double roles, but the traditional mechanism keeps the mothers" and their substi¬tutes' attention to the anak balita. At the "micro" level (i.e. five families) this mechanism functions positively. But at the -macro" level (i.e. village community) it seems failed to function properly (55.4 of the anak balita belonged to "under nutrition" category based on body weight per age indi¬cator). Actually this traditional mechanism can be used to in¬crease the nutritional status of the anak balita, by up¬grading the mothers' as well as the fathers' nutritional knowledge through formal approach of the village leaders. Usu¬ally to internalize new ideas and practices usually needs a little bit force and formality.

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare
Divisions:Document UNDIP
ID Code:23047
Deposited By:Mr UPT Perpus 2
Deposited On:13 Oct 2010 12:30
Last Modified:13 Oct 2010 12:30

Repository Staff Only: item control page