MAKNA WAKTU SIBUK DAN WAKTU LUANG BAGI MASYARAKAT LAPIS BAWAH DI PERKOTAAN Kasus Masyarakat Bandarhado Semarang

Abstract

Studi mengenai makna waktu sibuk dan waktu luang bagi masyarakat lapis bawah di perkotaan (Semarang) dilalcukan dengan pendekatan kualitatif, karena itu data digali lewat observasi dan wawancara mendalam keapada para tokoh formal dan tokoh informal setempat serta dengan wawanoara kapada 25 orang informan, Hardpan( studi tersebut ditemukan bahwa dari segi lingkungan fisik dan lingkungan sosial, daerah Bandarharjo dapat dikategorikan sebagai daerah slum di perkotaan. Masyarakat yang tinggal di daerah slum ini mempersepsi bahwa hidup menjalankan titah Tuhannya, dan cenderung menerima kenyataan. Bekerja karena itu sebagai kewajiban. Hanya saja, dalam kondisi sangat terdesak, sebagian warga ada yang masih suka bertindak kriminal. Tipe masyarakat demikian ini masih mementingkan hubungan kolateral. Dari segi aktivitas rutin, mereka membagi waktu menjadi waktu sibuk, waktu istirahat, dan waktu kosong. Sedang waktu luang bisa berada baik dalam waktu sibuk maupun waktu kosong, tergantung sifat dan irama kerja yang ditekuni. Mengenai waktu luang ini mereka cenderung memanfaatkan untuk rekreasi ringan yang tidak memerlukan banyak biaya. The research studied meaning of duty time and leisure time in lower class in urban slum area in Semarang. The study used qualitative approach, where was data collected observance and in-depth interview to some formal and informal leaders and to 25 common people. The research fond that people who lived in this area precept., the life was to done by the rule of God. The work were precept as obligation, and the collateral relationship was importanized. The people divided time to duty time and zero time. The leisure time was exist in both, and depended on rhythmic and kind of the job.