Suliyati, Titiek and Lestari, Ngesti and Rochwulaningsih, Yety and Susilowai, Endang and Saputra, Hendarto (2002) STUDI GENDER PADA MASYARAKAT TIONGHOA DI DAERAH PECINAN SEMARANG. Documentation. PUSAT PENELITIAN .
PDF - Published Version Restricted to Repository staff only 1755Kb | ||
| PDF - Published Version 308Kb |
Abstract
The aim of this research is to know the influence of gender in the role and activity of the Tionghoa woman and to see the social and cultural factors that develop and lessen the influence above: towards the life of the Tionghoa woman. It also tries to see the their role in the social, economy, political and cultural aspects. This research is a case study of the Tionghoa society in Kebonagung district Semarang. The method used in this research are qualitative an quantitative methods. Data collecting is done through indepth interview, field observation, questionaire, document, an library study. This research analyzes the individual, family and the society. The result of this research shows that 96 % of the Tionghoa women in Semarang has undergone formal education, while the rest (4%) has got non-formal education. Education has led to some changes in the social life of the Tionghoa woman in Semarang. Prior to 1920 their freedom to develop themselves. The field study shows that 95 % of the respondents are the working woman. Factors that back up the activities of the Tionghoa woman in the society is suport either from the big family or small, espicially from the husband by giving permission and responsibility. In addition the tight familyship and independentce caracteristic of Tionghoa woman made them advenced in various aspects. The vast spread of information in globalitation era leads to the changing of her horizon that the development of its society depends on the woman's role too. Factors that limit the activities of the Tionghoa woman are not significant. They are originated from their ancestor's culture that is woman are not allowed to work outside the house. The constraints in the gender term, is perhaps foun in the marriage. The Tionghoa woman still have little freedom to choose their mates. These constraints are caused by the idea that when Tionghoa woman married to Tionghoa man outside her circle, her tradition and culture of the Tionghoa woman will disappear. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gender pada peran dan aktifitas wanita Tionghoa di Semarang. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor sosial budaya yang menumbuhkan dan mengurangi pengaruh gender pada kehidupan mereka, dan juga untuk mengetahui peran mereka dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Penelitian ini merupakan studi kasus dalam masyarakat Tionghoa di daerah Pecinan, khususnya Kelurahan Kebonagung Semarang Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif.Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview), pengamatan lapangan, kuesioner, studi kepustakaan literatur, dan dokumen. Adapun analisa dilakukan terhadap individu, rumah tangga, dan kelompok masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita Tionghoa di Semarang sebagian besar (96 %) telah mengenyam pendidikan formal dan hanya 4 % yang mengikuti pendidikan non formal. Pendidikan ini telah menyebabkan perubahan dalam kehidupan sosial wanita Tionghoa di Semarang. Dewasa ini mereka telah mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berkaya dan mengembangkan diri, dibandingkan keadaan mereka sebelum tahun 1920-an. Kemajuan ini tampak pada temuan mereka dilapangan yaitu bahwa 95 responden adalah wanita pekerja diberbagai bidang. Faktor yang mendukung kegiatan wanita keluarga luas maupun keluarga inti, khususnya suami yaitu dengan pemberian ijin dan tanggungjawab dalam beraktifitas. Selain itu ikatan kekeluargaan yang erat dan sifat mandiri semakin cepat mendorong kemajuan wanita Tionghoa dalam berbagai bidang. Arus informasi yang gencar dan arus globalisasi dewasa ini ikut andil dalam merubah pandangan masyarakat Tionghoa, yaitu bahwa kemajuan masyarakat juga hams ditunjang oleh peran para wanitanya. Faktor penghambat dalam aktifitas wanita Tionghoa dewasa ini boleh dikatakan tidak terlalu besar, selain tradisi yang bersumber dari budaya leluhur yang membatasi gerak wanita di luar lingkup rumah tangga. Hambatan yang bersifat gender adalah hanya pada masalah perkawinan, yang tidak secara mutlak memberikan kebebasan kepada wanita Tionghoa untuk menikah dengan laki-laki diluar golongannya. Hambatan ini karena adanya pandangan bahwa bib wanita Tionghoa menikah dengan laki-laki diluar golongannya, maka tradisi dan budaya mereka akan hilang.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HT Communities. Classes. Races |
Divisions: | Document UNDIP |
ID Code: | 22919 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 5 |
Deposited On: | 11 Oct 2010 12:34 |
Last Modified: | 11 Oct 2010 12:34 |
Repository Staff Only: item control page