Priyanto, Supriyo (2000) KONSERVASI DAN PENGEMBANGAN MASJID AGUNG KAUMAN SEMARANG UNTUK IDENTITAS BUDAYA DAN PARIWISATA. Documentation. UNIVERSITAS DIPONEGORO.
| PDF - Published Version 432Kb | |
PDF - Published Version Restricted to Repository staff only 4Mb |
Abstract
Basically, the effort of the Masjid Agung Kauman conservation is to equip the program of vitality and conservation of the Semarang Old City (The Little Netherland), who have the colonial nuance. The research would focus on the historical aspect through the studied of the archive, document and literature, on the other hand also on the archaeological, anthropological and architectural aspects through the field study, observation and interview. Through the studied of the archive and document have detected that it was not the first "jami" mosque in Semarang. Nevertheless the conservation of the mosque was have the strategic value, because: 1. The mosque who have build on 1756 AD was the only of the remains of the traditional period (Islam). 2. It was the cultural identity of the Semarang City. 3. It was potentially to developed become the tourism assets. From the archaeological and architectural side the Masjid Agung Kauman building have the unique type and the antiquity is able to guarantee. The traditional type of this mosque i.e. involved the rectangle ground plan, the piled of roof and the antique decoration, like as "sulfur gelling and mustache". Although the mosque was the Islam religion place, but the architecture and the decoration still linked together with the Hindu culture concepts, i.e. the cosmology, the cults dewaraja and the symbol of fertility. From the construction side, more influenced by the Indische architectural who have brought by the Dutch architect. It is involved at the concrete pillar, the stables of the roof, the model of the door, the window, the ventilator etc. As long as, the mosque has been repeated to restore, but not pay attention to the cultural preserve protection norms. The result the architecture type of the mosque has been lost. Through the conservation we hoped be able to reconstruction the elements of the archaeological, the historical and the architectural of the mosque, and then expanded as the tourism assets. In this moment, Masjid Agung Kauman Semarang has got the pressure from the circle, neither the area nor the social circle. Around it have built the buildings that have not linked together with the importance of the mosque, like as the offices, the market, the newsstands, and the shops, the hotels and so on. All of them influence to the social circle of the mosque. From the social side, the life of the mosque and the around of it be in contradiction. In one side, the mosque have been allied with the life of the Kauman's community, who have the santri and the have religion. But on the other hand the existence of the market, the stopping place, the hotels and so on have created the other community, like as the beggar, the homeless, the bandits and the prostitutes who have "the social anxious. The result of the study be able to the foundation to arrangement the models of conservation, which have it would be applying to the mosque, involved preservation, restoration, reconstruction or demolition. Furthermore also to arrangement the model of the area design to save the mosque and to increased the activity of the religious matter and tourism. Pada dasarnya upaya konservasi Masjid Agung Kauman adalah untuk melengkapi program revitalisasi dan konservasi kota Lama atau Odd Stad (Little Netherland) Semarang yang bernuansa kolonial. Penelitian difokuskan pada aspek historis melalui kajian terhadap arsip dan dokumen, selain itu juga pada aspek arkeologis, antropologis dan srsitektur melalui studi lapangan, observasi dan wawancara. Dari penelitian arsip dan dokumen diketahui bahwa Masjid Agung Semarang bukanlah masjid "jami" yang pertama di Semarang, namun demikian konservasi terhadap masjid tersebut memiliki nilai strategis, karena 1. Masjid bangunan tahun 1756 M. itu adalah satu-satunya situs peninggalan masa tradisional (Islam). 2. Masjid tersebut merupakan identitas budaya kota Semarang. 3. Masjid tersebut cukup potensial untuk dikembangkan menjadi aset wisata. Dari segi arkeologis, maupun arsitektur, bangunan masjid Agung Kauman memiliki ciri yang unik dan kekunoannya bisa dipertanggung jawabkan. Ciri tradisionalnya, antara lain terlihat pada denah bujur sangkar, atap tumpang dan ragam hias kuno, seperti sulur gelung dan mustaka. Walaupun masjid merupakan tempat lbadah Islam, namun segi arsitektur dan ragam hiasnya masih terkait dengan konsep-konsep budaya Hindu. Dan segi konstruksi banyak dipengaruhi OLEH arsitektur Indische yang dibawa oleh arsitek bangsa Belanda. Hal ini antara lain terlihat pada tiang beton, kuda-kuda pada atap, model pintu, jendela, lubang ventilasi dan beberapa bagian yang lain. Selama ini masjid telah banyak mengalami renovasi, namun tanpa mengindahkan kaidah-kaidah perlindungan benda cagar budaya. Akibatnya beberapa ciri arsitekturnya hilang. Melalui upaya konservasi selain diharapkan dapat merekonstruksi unsur-unsur yang bernilai arkeologis, historis dan arsitektur dari masjid ini, juga bisa dikembangkan sebagai aset wisata. Pada dewasa ini Masjid Agung Kauman Semarang mendapat tekanan dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Di sekitar masjid banyak berdiri bangunan yang tidak terkait dengan kepentingan masjid, seperti : kantor, pasar, pemukiman penduduk, kios, pertokoan, hotel dan lain-lain. Keberadaan mereka ini berpengaruh terhadap lingkungan sosial masjid. Dan segi sosial kehidupan masjid dan lingkungan sekitarnya begitu kontras. Di satu sisi masjid telah menyatu dengan kehidupan komunitas sosial Kauman yang santri dan agamis, namun di sisi lain adanya pasar, halte, hotel dan lain-lain telah menciptakan komunitas lain, seperti pengemis, gelandangan, preman dan VVTS yang rawan sosial. Hasil kajian historis, arkeologis, arsitektural dan lingkungan sosial dapat dijadikan landasan untuk menyusun model-model konservasi yang akan diterapkan pada Masjid Agung Kauman, meliputi preservasi, restorasi, rekonstruksi atau demolisi. Selanjutnya dapat disusun model perencanaan kawasan untuk menyelamafkan situs, dan juga untuk meningkatkan kegiatan agama dan pariwisata.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | D History General and Old World > D History (General) > D051 Ancient History |
Divisions: | Document UNDIP |
ID Code: | 22756 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 2 |
Deposited On: | 07 Oct 2010 10:19 |
Last Modified: | 07 Oct 2010 10:19 |
Repository Staff Only: item control page