Nugroho, Amin and Setiatin, Enny Tantini and Tabrany, Herman and Surahmanto, Surahmanto (1998) EVALUASI LIMBAH PADAT KECAP SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA BERDASARKAN UJI DEGRADASI SUBSTANSI SERAT TERLARUT DALAM ASAM. Documentation. UNIVERSITAS DIPONEGORO.
| PDF - Published Version 183Kb | |
PDF - Published Version Restricted to Repository staff only 545Kb |
Abstract
Sehubungan dengan meningkatnya harp pakan temak serta semakin berkurangnya ketersediaan pakan temak utamanya pakan hijauan maka pemanfaatan limbah agro¬industri merupakan salah satu altematif untuk mengatasi masalab pakan ternak. Namun demikian limbah agro-industri pada umumnya mengandung kadar nutrisi yang rendah. Menurut beberapa penelitian terdahulu limbah agro-industri yang masih mengandung kadar protein dan total digestible nutrient (TDN) yang memadai sebagai pakan adalah limbah dart bahan dasar kedelai. Ampas Icecap adalah salah satu limbah agro-industri yang dimungkinkan untuk dipakai sebagai salah satu komponen pakan untuk ternak. Meskipun demikian banyak faktor yang dapat mempengaruhi kandungan nutrisi dan tingkat kecemaan suatu bahan pakan, misalnya faktor pemanasan. Dalam proses pembuatan kecap kedelai mengalami beberapa proses mekanik, fisik, khemik yang dapat mengubah solubilitas proteinnya dan kepekaanya terhadap hidrolisa enzim. Ftcakai Maillard dapat terjadi kttrena tingkat pemanasan yang tinggi, mengakibatkan ikatan N-lignin yang sulit dicema terutama apabila terdapat kandungan gula didalam bahan tersebut. Untuk mengetahui anakah limbah ampas kecap tersebut masih memiliki kandungan nutrisi dan kecemaan yang memadai maka dilakukanlah penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui kandungan berat kering bahan (BK), kandungan protein kasamya (PK) dan menglcaji tingkat degradasinya. Tingkat degradasi ampas Icecap diukur dengan teknik in sacco menggunakan kantong Tilton yang diinkubasikan kedalam rumen tip kambing betina tidak laktasi yang difistulasi . Inkubasi sampel ampas kecap dilakukan dalam 0 jam (TO), 2 jam (T1), 4 jam (T2), 8 jam (T3), 16 jam (T4), 24 jam (T5), 48 jam (T6) dengan menggunakan 3 kali ulangan. Selain metoda in sacco dilakukan juga uji dengan menggunakan deterjen asam (ADP) untuk melarutkan substansi sent ampas Icecap tersebut. Selain menghitung persentase kandungan BK, PK dan tingkat degradasi BK dalam penelitian ini dihitung pula persentase ADF dan degradasi ADF residu. Perhitungan degradasi tersebut disesuaikan dengan koreksi particle loss dan passage rate scbesar 5%. Basil penelitian ini menunjulcican bahwa kandungan BK ampas kecap 97,21% dan kandungan PK 28,19%. Secara umum tingkat degradasi tergantung lamanya inkubasi. Degradasi BK adalah 72% pada TO 72 7% pada Tl, 73,2% pada T2, 75,4% pada T3, 85,7% pada T4, 91,5% pada T5 dan 95,3% pada T6. Degradasi ADF adalah 72,2% pada TO, 50,84% pada T1 , 51,28%pada T2, 52,77% pada T3, 59,95% pada T4, 64,04% pada T5, 67,10% pada T6. Degradasi ADP' residu adalah 14,2% pada TO, 25,41% pada T1 , 25,70% pada T2, 27,10% pada T3, 39,55% pada T4, 59,76% pada T5 dan 98,90% pada T6. Perbedaan tingkat degradasi dalam ulangan pada tiap kelompok periode inkubasi tidak tampak nyata (P>0.05) namun perbedaan tersebut tampak nyata (P,0,05) antara masing-masing periode inkubasi dari TO sampai dengan T6. Degradasi yang terjadi pada inkubasi 0 jam (TO) terjadi karena lolosnya partikel melalui pori-pori kantong nilon pada waktu pencucian dengan air bebas nitrogen. Perpanjangan waktu inkubasi sampai dengan 48 jam meninglcatkan degradasi BK dan ADF ampas kecap. Peningkatan degradasi BK nampak nyata pada masa inkubasi 16 jam (T4), sedangkan untuk ADF tampak nyata pada inkubasi 24 jam (T5). Kadar ADF residu meningkat secara nyata pada T5 dan T6. Secara umum degradasi ADF lebih rendah bila dibandingkan dengan degradasi BK karena ADF tersusun dari komponen serat yang sulit didegradasi. Hal ini tercermin dari panjangnya penyesuaian mikroorganisme dalam mensekresikan enzim-enzim yang sesuai. Kesimpulan basil penelitian ini adalah bahwa dengan melihat tingkat degradasi BK selama masa inkubasi tersebut menunjukkan bahwa ampas kecap mempunyai utilitas yang tinggi sebagai sumber nutrien. Dengan demikian dapat disarankan agar ampas kecap digunakan sebagai komponen konsentrat meskipun ampas kecap termasuk limbah berserat. Hal ini didasarkan atas utilitasnya yang tinggi serta kadar protein kasar dan TDN yang tinggi pula.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering |
Divisions: | Document UNDIP |
ID Code: | 22714 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 2 |
Deposited On: | 07 Oct 2010 08:41 |
Last Modified: | 07 Oct 2010 08:41 |
Repository Staff Only: item control page