KONTRIBUSI TENAGA KERJA WANITA PADA PERKEBUNAN TEH TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA DI KABUPATEN WONOSOBO

Abstract

Pada umumnya masyarakat berpendapat bahwa tempat wanita adalah di rumah. Wanita bukanlah pencari nafkah, karena yang mencari nafkah adalah laki-laki atau suami. Walaupun wanita bekerja dan memperoleh penghasilan yang memadai is tetap ber¬status umembantu suami". Penghasilan yang mereka peroleh bia¬sanya dianggapnya sebagai pelengkap. tetapi dalam kenya¬taannya, apabila dalam keluarga ada kekurangan (materi) justru wanita tersebut yang menjadi penopang atau pemecah masalah, baik dengan cara meminjam tetangga atau menjual perhiasan. Sektor pertanian di Indonesia sampai sekarang masih memegang peranan dalam bidang ekonomi, tidak hanya pertanian padi sawah, tetapi juga bidang perikanan, peternakan dan perkebu¬nan. Perkebunan teh, baik perkebunan rakyat maupun perusahaan tidak sedikit menyerap tenaga kerja wanita, baik sebagai pemetik pucuk daun teh, ataupun dalam proses setelah pemeti¬kan. Penghasilan yang mereka peroleh dari bekerja dapat menopang tambahan penghasilan keluarga, jadi wanita tidak meminta uang terus dari suami, akan tetapi juga ikut berperan dalam menentukan pola hidup keluarga. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kon¬tribusi penghasilan wanita sebagai pekerja di perkebunan teh terhadap penghasilan keluarga secara keseluruhan serta pola pengambilan keputusan di dalam keluarga. Metode penelitian yang dipakai adalah deskriptif analitis, dimana pengambilan sampel dilakukan secara purposive random sampling dan data dianalisis dengan tabel distribusi frekuen¬si dengan bantuan SPSS PC Hasil dari penelitian ini adalah : identitas responden khu¬susnya yang laki-laki sebagian besar berusia antara 50-54 (27,5%). Sedang usia responden wanita yang bekerja di perke¬bunan teh, yang terbanyak adalah antara 40-44 tahun (32,5%). Mengenai pendidikan responden baik laki-laki maupun wanita tidak jauh berbeda, rata-rata tingkatannya adalah sama yaitu dibawah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau SLTP. Persentase pekerjaan dari responden (suami) yang terbanyak adalah bekerja sebagai buruh (buruh pabrik dan buruh tani) yaitu 35%, sedang responden wanita sebagian besar bekerja di bagian pemetikan daun teh yaitu 97,5%. Untuk penghasilan laki-laki pada umumnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja, sedangkan penghasilan istri atau wanita dirasa masih sangat rendah. Dari segi pengelolaan penghasilan keluarga ternyata wanita berperan dalam pengelolaan kebutuhan primer, sedang untuk kebutuhan sekunder yang mengelola adalah Namun ada kebutuhan yang dirasa sangat penting dan memerlukan dana yang cukup banyak mereka mengadakan kesepakatan bersama. Sedang alasan para wanita bekerja, sebagian besar adalah untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan para suami merekapun pada dasarnya 100% setuju kalau istri-istri mereka bekerja. Status pekerjaan wanita pada umumnya adalah tenaga borongan yang sifatnya tetap. Dari basil analisa t test (t hitung= 2.14Bdan t tabel = 2.021) ternyata bahwa kontribusi penghasi¬lan wanita terhadap pengeluaran keluarga persentasenya lebih rendah bila dibanding kontribusi tenaga laki-laki. Untuk jam kerja mereka dimulai dart jam 05.30 pagi - 11.00 slang, sehingga tidak mengganggu kesibukan keluarga. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ; tingkat pendidikan wanita tidak berbeda dengan laki-laki; penghasilan wanita lebih rendah dari laki-laki dan alasan wanita bekerja adalah untuk membantu penghasilan keluarga; kontribusi tenaga kerja wanita terhadap pendapatan keluarga adalah rendah, serta pembagian waktu kerja wanita di daerah penelitian tidak mengganggu bagi kesibukan keluarga.