TEKNOLOGI PRODUKSI KLIMA (SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HAYATI LAUT)

Widianingsih, Widianingsih and Pringgenies, Delianis and Hartati, Retno and Yudiati, Ervia (2005) TEKNOLOGI PRODUKSI KLIMA (SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HAYATI LAUT). Documentation. UNIVERSITAS DIPONEGORO.

[img]
Preview
PDF - Published Version
422Kb
[img]PDF - Published Version
Restricted to Repository staff only

1927Kb

Abstract

Sebagai upaya pelestarian dan pengelolaan sumberdaya hayati laut khususnya kima maka perlu dilakukan restocking yang tentu saja melalui aplikasi penerapan teknologi pembudidayaan kima terhadap beberapa jenis kima yang masih dijumpai di Kep. Karimunjawa. Dalam upaya pembenihan maupun pembesaran, pakan merupakan hal yang sangat penting. Pakan digunakan untuk menyediakan nutrient yang sangat diperlukan bagi organisme budidaya yaitu untuk maintenance, pertumbuhan dan bereProduksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pakan alami dan konsentrasi yang tepat dalam produksi kima serta untuk mengetahui tingkat kelulushidupan dad masing-masing fase tahapan kehidupan larva kima dari Trochopore, Veliger, Pediveliger, metamorfosis dan juvenile kima. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk kima yang dikoleksi dari perairan Karimunjawa dengan ukuran cangkang s — 40,36 cm, media air laut yang telah difilter sebagai media fertilisasi dan pemelihraan larva dan serotonin dengan konsentrasi 2 mM sebagai zat kirnia untuk merangsang pemijahan. Pakan mulai diberikan pada larva umur 2 had (veliger). Ada dua perbedaan pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu Tetrasehnis chuff dan Dunaliella sp dengan kepadatan 1.000 ; 5000 ; 10.000 ; dan 15.000 sel/ml. Kisaran suhu air pada media pemijahan yaitu berkisar antara 27 — 28 °C, sedangkan untuk kisaran salinatas yaitu berkisar antara 32 — 35 ppt.. T. squamosa dan T maxima menunjukan hasil adanya penetasan telur-telur tersebut mencapai fase trochopore dengan nilai rata-rata hatching rate untuk T. squamosa adalah 77,73 ± 8,47 % dan untuk T maxima menunjukkan nilai rata-rata hatching rate 71,32 ±10,62 Berdasarkan basil pengamatan, didapatkan rata-rata ukuran telur untuk T Squamosa sebesar 105,4 ± 3,94 pm, dan untuk T maxima sebesar 90,6 ±4,37 gm. Pada fase trochophore, ukuran kima'. maxima sangat dipengaruhi oleh jenis algadan konsentrasinya (P < 0,01), nan•m tidak ada pengaruh interaksi antara jenis alga dengan konsentrasinya ( P > 0,05). Sedangkan untuk kima 7: squamosa, ukuran dari kima tersebut hanya dipengaruhi oleh konsentrasi dan interaksi antara jenis alga dengan konsentrasinya ( P < 0,05). Pada fase veliger, ukuran kima T. maxima sangat dipengaruhi oleh jenis alga dan konsentrasinya, serta interaksi antara alga dan konsentrasinya sangat mempengaruhi ukuran veliger dari kima'.. maxima (PC 0,05). Sedangkan untuk T squamosa, ukurannnya sangat dipengaruhi oleh jenis alga dan konsentrasinya (P < 0,01). Pada fase pediveliger, ukuran kima T. maxima tidak dipengaruhi oleh jenis alga (P > 0,05), namun dipengaruhi oleh konsentrasi alga dan interaksi antara jenis alga dengan konsentrasinya. Sedangkan untuk ukuran kima T. squamosa sangat dipengaruhi oleh jenis alga dan konsentrasinya (P < 0,01). Pada fase metamorfosis dan juvenil ukuran kima 7'. maxima dan T squamosa sangat dipengaruhi jenis alga dan konsentrasi jenis alga (P < 0,01). Sedangkan interaksi antara jenis alga dengan konsentrasinya sangat mempengaruhi ukuran T. maxima (P , 0,01). Pada fase juvenil kima 7'. squamosa yang diberi makan dengan D salina pada konsentrasi 15.000 sel/ml memiliki pencapaian ukuran panjang sebesar 172,33 ± 2,52 pm masih lebih besar dibandingkan dengan pemberian pakan 7'. chui. Begitu pula dengan T. maxima yang pada fase juvenil dengan pakan D. salina pada konsentrasi 15.000 sel/ml telah mencapai ukuran panjang 177,67 ± 3,21 lam masih lebih besar ukurannya dibandingkan dengan pemberian pakan 7: chui ( 171,33 ± 1,15 pm). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa pemberian pakan alga D. salina memberikan dampak yang lebih baik dengan pertambahan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan 7'. chui. Pada fase Juvenil, laju kelulushidupan kima T. squamosa yang diberi pakan alga D. salina adalah sebesar 37 % , nilai ini masih lebih tinggi dibandingkan laju kelulushidupan T. maxima yang hanytt mencapai nilai 29,33 %. Sedangkan laju kelulushidupan T. squamosa yang diberi pakan T. chui menunjukkan nilai sebesar 33,33 %, nilai ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai laju kelulushidupan kima T. maxima sebesar 25,33 %. Jenis pakan alga dan konsentrasinya juga sangat mempengaruhi laju kelulushidupan (%) balk untuk T. squamosa maupun T. maxima. D. salina merupakan jenis alga yang balk untuk memperbesar Laju kelulushiudupan (%) dan pertambahan ukuran larva kima. As effort of conservation and management of sea natural resources specially giant clam hence require to be conducted by restocking which of course through application aquaculture technology of giant clam which still found in Karimunjawa Island. In the effort of larvae rearing and their growth up, food is an important part in those system. Food is used for preparation nutrition which needed for aquaculture organism such as maintenance, growth up and reproduction. The research aim is to know kaind of natural food and their concentration for kima production and also to know survival stage from each life phase from Trochophore, Veliger, Pediveliger, metamorfosis and Juvenile. For this research, giant clams had size 8 — 40,36 cm which were collected from Karimunjawa Island. Filtered seawater were used fertilization medium and larvae rearing. Serotonin (2mM) was used for spawning. Food start to be passed to larva old age 2 day. (veliger). There were two treatments in this research which had been conducted that is difference of food which given during maintenance that is Tetraselmis chuff and Dunaliella sp with concentration 1.000 ; 5000 ; 10.000 ; dan 15.000 cell/ml. Temperature in the spawing medium were ranging between 27 — 28 °C, and for salinity parameter were ranging between 32 — 35 ppt.. According to the research result showed that T. squamosa and T Maxima released their egg and sperm and then there were fertilization. After fertilization, those egg hatched become trochophore larva had average value of hatching rate for T. squamosa was 77,73 ± 8,4'7 % and for T. maxima was 71,32 ±10,62. Futhermore, diametre size of egg for T. Squamosa was 105,4 ± 3,94 pm, and for T. maxima was 90,6 ±4,37 pm. On the trochophore phase, the size of giant clam was significant influenced by kind of alga and their concentrate (P < 0,01), but there was no influenced interaction between kind of alga and their concentration ( P > 0,05). Whereas, the size of T. Squamosa larva was influenced by concentration and interaction between kind of alga and their concentration ( P < 0,05). On the Veliger phase, larvae size of T. maxima was significant influenced by kind of alga and their concentration, also interaction between kind of alga and their concentration (P< 0,05). Whereas, the larvae size of T. Squamosa was significant influenced by kind of algae and their concentration (P < 0,01). On the Pediveliger phase, the larvae size of T maxima was not influenced by kind of algae (P > 0,05). In contras, there were influencing of algae concentration and interaction between kind of algae with their concentration (P< 0,01). Whereas, the larvae size of T squamosa were significantly influenced by kind of algae and their concentration (P < 0,01). On the metamorphosis phase and juvenile phase, the larvae size of T maxima and T squamosa were significant influenced by kind of algae and their concentration a (P < 0,01). Furthermore, the larvae size of T maxima was significant influenced by interaction between kind of alga and their concentration (P < 0,01). On the Juvenile phase, T squamosa which feed by D salina with concentration 15.000 cell/ml had size 172,33 ± 2,52 um, still bigger than feed by T chui. So, with T. maxima in the juvenile phase which feed by D. salina with concentration 15.000 cell/ml had reached size 177,67 ± 3,21 Ism, still begger than feed by T chui ( 171,33 ± 1,15 um). Thereby, it can be said that giving algae D. salina as feed give better impact on growth size than T Chui as feed. On the juvenile size of T squamosa which feed algae D. salina has survival rate as 37 % that value is higher than survival rate of 7'. maxima as 29,33 %. Where as the value of survival rate of T squamosa which given feed T. chui showed valuae as 33,33 %, that value is higher than survival rate of T. maxima as 25,33 %. Kind of algae as feed and their concentration were significantly influenced survival rate (%) not only for 7'. squamosa but also T maxima. It can be concluded that D. salina is kind of algae which good for feeding to growth up and to increase the value of giant clam specially for T maxima and T squamosa.

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare
Divisions:Faculty of Fisheries and Marine Sciences > Department of Marine Science
ID Code:22488
Deposited By:Mr UPT Perpus 2
Deposited On:04 Oct 2010 13:41
Last Modified:04 Oct 2010 13:41

Repository Staff Only: item control page