SIKAP MASYARAKAT PEDALAMAN JAWA TERHADAP LINGKUNGAN ALAM, SOSIAL DAN AGAMA DI LERENG GUNUNG MERAPI - MERBABU DESA PARAS KECAMATAN CEMPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH

WARSITO, WARSITO (1995) SIKAP MASYARAKAT PEDALAMAN JAWA TERHADAP LINGKUNGAN ALAM, SOSIAL DAN AGAMA DI LERENG GUNUNG MERAPI - MERBABU DESA PARAS KECAMATAN CEMPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH. Documentation. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK.

[img]
Preview
PDF - Published Version
465Kb
[img]PDF - Published Version
Restricted to Repository staff only

610Kb

Abstract

This research was conducted in Paras l3cated in Merapi area. Paras was one of Sunan Pakubuwono The Ten's favourite place. He built a bungalow at Paras of which he visited periodically. That is why there is an influence of Kraton's values on Paras society. Attitudde toward an object cannot be separated from individual background, personal as well ps social background. This can be his/her education, eXperience, family's life, religious teaching or cultural Matters. Individual's point of view and attitude on natu¬ral, social and religious environment influencs his/her dayly behaviour. Therefore, the differences on point of view and attitude of individual on society lead to the differences on individual dayly behaviour. Clifford Geertz dichotomy on Javanese society is a good example how society cleavaged according its atiitude on its environment. This research is a field research. The researchers conducted indepth interviews on key persons wno had been selected on the basis of pre-survey's result. The re¬searchers used secondary data as well. In the process of the research, the researchers stayed could involve in the society's dayly life. There ara some important findings of this research : There is a distinct attitude and pont of view between abangan and santri on environment. These differences especially are caused by different process of internalization. Abangan society's continually internelizes Javanese values and norms, while on the ather hand, Santri's society strengthenS their Islamic values and norm separately. The requirement of the mastery of foreign character (Arab) in order to understand Islam comphrehensivelly hiHders the Abangan to absorb Islamic values effective lly. This explains why although almost every one in Paras gains moder we can hardly find santri in Paras, there is a need for special education to become a sant ri. 2. Clifford Geertz abangan - santri tipology is still relevan in Paras society. But there is a tendency of blurring the demarcation between abangan and santri. The formal education which teaches religion as well as the influence of tarekat in Paras has elpet the process of Islamisation (but hot yet off religious thinking in Paras in understanding reality. As a result, Javanese ritual practice become rare in society's dayly life. In addition, the meaning of those adat ceremony has changed quite substitutianlly SIKAP MASYARAKAT PEDALAMAN JAWA TERHADAP LINGKUNGAN ALAM, SOSIAL DAN AGANA DI LERENG GUNUNG MERAPI - MERBABU, DESA PARAS KECAMATAN CEMPOGO KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH Penelitian ini dilaksanakan di salah Satu desa yang terletak di lereng Gunung Merapi - Merbabu. Desa ini dulu tempat peristirahatan raja Paku BuWono ke-X dari Surakarta, sehingga sedikit banyak n lai-nilai kerajaan mewarnai kehidupan masyarakat P ras dan sekitarnya. Sikap masyarakat terhadap obyek tid k dapat terlepas dari latar belakang yang pernah dialaminya, baik secara individual maupun bersilat sosial. Latar belakang seseorang bisa berupa pendidikan, pengalaman, kondisi keluarga, ajaran agama dan peristiwa-peristiwa budaya yang dialami di lingkungan sehari-hari. Perbedaan seseorang di dalam cars memandang dan mensikapi lingkungan alam, sosial dan agama merl gakibat- kan perbedaan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pengelompokan lapisan soisal yang dikemukakan Clifford perbedaan cara memandang dan mensikapi lingkungan yang berbeda. Penelitian ini merupakan field risearch, peneliti melakukan indepth interviews dengan informan yang dipilih berdasarkan hasil pra survay. Di saMping itu penliti melakukan pengamatan terhadap sikap dan pola hidup masyarakat Paras. Dalam proses penelitian ini, peneliti tinggal di desa Paras beberapa bulan secara tidak berturutan dan dilakukan secara periodik. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Nampak adanya perbedaan yang jelas dalam cara memandang dan mensikapi lingkungan antpra kaum abangan dan santri. Perbedaan cara memandang dan mensikapi lingkungan tersebut terutama liisebabkan karena kuatnya norma-norma dan adat istidat Jawa yang tersosialisasi secara terns menerus. Di sisi lain masuknya agama Islam yang proses pednahamannya diperlukan tulisan dan bahasa asing (arab) merupakan hambatan yang berarti. Dalam memahami agama Islam yang utuh diperlukan pendidikan keagama n secara khusus. 2. Konsep abangan dan santri dari Chifford Geertz masih relevan untuk diterapkan dalam memahami kehidupan masyarakat Paras. Akan tetapi pembatasan yang tegas mulai mencair dengan makin pentingnya Pendidikan sekuler dan masuknya kehidupan tarekat dalam proses Islamisasi di Paras, Tetapi belum menjadi santri.Masyarakat Paras nampak teriadi perubahan ipemikiran dalam memahami kenyataan hidup. Hal ini menyebabkan kegiatan-kegiatan ritual dalam upacara-uptra adat semakin berkurang, begitu juga maknanya mengalami perubahan

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:J Political Science > JA Political science (General)
ID Code:21987
Deposited By:Mr UPT Perpus 1
Deposited On:07 Sep 2010 08:57
Last Modified:07 Sep 2010 08:57

Repository Staff Only: item control page