Suharyo, Suharyo and Rustono, Rustono and Irianto , Agus Muladi (2003) KETIDAKSEJAJARAN GENDER DALAM PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI JAWA TENGAH. Documentation. FAKULTAS SASTRA.
PDF - Published Version Restricted to Repository staff only 1300Kb | ||
| PDF - Published Version 232Kb |
Abstract
The reseach study wether or not there is gender inequality in elementary and secondary education in Central Java. It covers the study of theaching and learning activities, teachers opinion on gender, teachers and students social attitudes at school which are related to education. The purpose of the study is to describe to gender bias reflected on text books of Bahasa Indonesia, to explore teachers and student perception on gender issues, and to observe the techers and students attitudes at school in relation to gender issues. The research areas cover Surak arta, Semarang, and Tegal. The population is all elementary and secondary student in those areas, involving twelve schools both favorite and less favorite ones. By using sampling technique, there are 300 subjects and 30 informants involved in the research. The data are obtained using questionare, observation, indepth interview, and documents. The data are analyzed with quantitative and qualitative method. The result shows that in general there is gender inequality. Male is still dominant in classes, at schools, even in daily activities. The students are still frame into the prototype of women for thosewho are feminine, and the prototype of men for masculine. The principle work of woman coders prepooring meals, washing clothes, and taking care of children/husband, where as the principle responsibility of man is earn seeking. In term of jobs, women are in charge of domestic life while men are in charge of public matters. Men, therefore, should study high as possible. The women respondents are to opinion that woman don't to study highs education. The perception above is due to the pattern of taking care children at home. The children are fought in gender ideology perspective. The men should protect womenthe responsible, tactful, and strong, whereas women should be stilltrul in managing household work, helping their mother in the kitchen, well-mannered and polite. In addition, teachers tend to be protective to female studentssnecially from the ma students delinquery, even in terms of sport exercise. This enforces genderical stereotype. Language used in books also vole in the matter, because text books are written in such a gendericalpoint of view. Female has its habitate in kitchen, mells and bedrooms, while male is outside the house. This is in line with sapir and wort' hypothesis saying that language may influence the attitude of its community.Permasalahan yang dikaji. dalam penelitian adalah ada ticlaknya ketidaksejajaran gender dalam pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengali di Jawa Tengah. Masalah yang dikaji meliputi ICBM, pendapat guru tentanag gender, perilaku sosial guru dan siswa di sekolah, khusunya yan berhubungan dengan pendidikan. Tujuannya, adalah mendeskripsikan ada tidaknya bias gender path buku-buku pelajaran khususnya pelajaran bahath Indonesia, mengungkap kognisi siswa dan guru terhadap masalah gender, dan mengobservasi perilaku siswa dan atau guru di sekolah yang ada kaitannya dengan gender. Lokasi yang dijadikan objek sasaran penelitian ini meliputi wilayah Surakarta, Semarang, dan Tegal . Populasi ini adalah seluruh siswa S dan SLTP di tiga wilayah tersebut; dan populasi sasarannya adalah dua belas sekolah dengan kriteria sekolah favorit dan sekolah kurang favorit. Sampel ditarik dengan teknik random saminingiumlah responden yang dapat dijaring sekitar 300 orang dan 30 informan. Metode yang digunakan untuk menjaring data adalah (a) kuesioner, (b) dokamen, (c) observasi, dan (d) wawancara (tnendalam); sedangkan analisis menggunakan inetode kuantitatif ddan kualitatif. Dad analisis data diperoleh hasil secara umum responden di tiga wilayah penelitian menunjukkan kctidaksejajaran gender. Laki-laki masih dominan dalam perilaku di kelas, di sekolah, dau bahkan dalam pergaulana di sekolah. Para siswa masih terbagi ke dalam prototipe perempuan adalah orang yang "feminin" dan lalaki-laki adalah orang yang "maskulin". Tugas dan peran perempuan yang mama adalah 3M (memask, menciwi, dan merawat anak/suami, sedangkan laid¬laki adalah pencari nafkali. Dalain bidang pekerjaan, perempuan hanya ada wilayah doinestik dan laki-laki di wilayah publik. Oleh karena itu, laki-laki "hams" sekolah sampai linggi. Mengenai hal pendidkau, perempuan amenolak secara tegas terhadap pernyataan bahwa perempuan tidak pe/lit sekolah sampai tinggi. Kesemua hal di atas lebili bayak disebahkan oleh pola ;BIM anak di rumah. Mereka didik oleh orang tuanya dengan ideologi gender, yaitu laki-laki harus hisa melindungi, bertatiggung jawab, tangkas, dan kuat; sedangkan perempuan barns pandai mengurus nrmah, metnbantu ibunya, dan hams lembut, sopan. Selain Mt, perlakuan guru terhadap siswa yang masih "melindungi" siswa perempuan dari "kekerasan, kekasaran, kejahilan laki-laki". Hegitu juga dalam bidang olahraga,misalnya. Hal itu semakin mngukuhkan stereotipe yang genderis. Penyebab lainnya adalah bahasa (Indonesia). Dalam buku-buku bahasa Indonesia, kognisi anak didik dikontruksi sedemikian rupa yang juga sangat gender's: perempuan "habitatnya" adalah di dapur, sumur, dan kasur, sedangkan laki-laki di luar rumah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sapir dan Won bahwa bahasa dapat membentuk dan mempengaruhi perilaku masyarakat pemakainya.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | L Education > LB Theory and practice of education > LB1603 Secondary Education. High schools |
Divisions: | Faculty of Humanities > Department of History |
ID Code: | 21983 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 5 |
Deposited On: | 07 Sep 2010 08:55 |
Last Modified: | 07 Sep 2010 08:55 |
Repository Staff Only: item control page