TRADISI NYADRAN DAN PERUBAHAN STUDI KASUS DI DESA DALEMAN, JURANGJERO

Abstract

Nyadran is a traditional ceremony that hapen inRuwah month (Java), or commonly we called Sadranan or somebody els called Ri¬wahan. This ritual became a solid Javanes's style of life. In ev¬ery Ruwah month, we garanted that the grave yard would floded by visitor from many others country, who had relatif in there. Somebody told that Nyadran is from Hinduism than have Islamic approach. The Walisanga themselves never lost the way to asking people joint them without any battle but with affec¬tion, arts and any others activities. Long time ago Nyadran had a close relation with a big fami¬lies's social activities. This ceremony is so familiar because the activities indicate that they try to sybmit the relatives who almost unrecognize each other. Cleaning that cemitory make the family reuni is a positif effect from the Sadranan, keep out from the first aim to pray for the ancient to the God. In the last modern aera, it could be a transition on this ritual ceremonies and also in using the Sadranan situation as a development activities. The good collective work situation as a development activities. The good collective work situation in the social life especially at the country men is still survive al-thought there is many changes because of the transition at the subject especially in desa Daleman, kelurahan Jurangjero, kecamatan Karanganom, kabupaten Klaten. For this people, the pro¬gress of civilization and technology would not change the tradi¬tion of familities that is gave by their ancient. Whatever the new shape of collective work that they did, the important thing is familities spirit will always life. Tradisi Nyadran di bulan (Jawa) Ruwah atau yang lazim kita sebut Sadranan atau ada juga yang menyebut sebagai Ruwahan meru¬pakan suatu tradisi yang sudah kental didalam kehidupan sosial masyarakat Jawa. Pada setiap bulan Ruwah bisa dipastikan, bahwa makam-makam akan dibanjiri oleh para peziarah dari berbagai pen¬juru kota di tanah air yang memiliki ahli waris yang dimakamkan di daerah itu. Tradisi Nyadran ini ada yang mengatakan merupakan peningga¬lan penganut ajaran Hindu yang kemudian diberi sentuhan ajaran Islam didalamnya. Para Wali Sanga tidak kekurangan cara bagaimana mengislamkan seseorang tanpa melakukan pertumpahan darah tapi dengan kasih sayang, kesenian atau aktivitas-aktivitas lain. Pada masa-masa lalu tradisi Nyadran ini akrab dengan kegia¬tan-kegiatan keluarga besar. Acara ini sedemikian familier karena kegiatan-kegiatannya menunjukkan adanya gejala pengakraban ke¬luarga yang bisa jadi nyaris kepaten obor. Acara bersih kubur hingga dijadikan acara reuni keluarga besar merupakan dampak pos¬itif dari aktivitas sadranan ini tetlepas dari tujuan semula, yaitu untuk mendotakan arwah para leluhur yang sudah mendahului keluarganya menghadap Yang Naha Kuasa. Pada era modernisasi belakangan ini, nampaknya banyak sekali perubahan didalam pelaksanaan upacara ritual itu sendiri, maupun dalam pemanfaatan suasana sadraanan sebagai sarana pengisian ke giatan pembangunan. Suasana kegotongroyongan yang akrab didalam kehidupan sosial bermasyarakat terutama di masyarakat pedesaan ternyata masih dipertahankan sekalipun didalam situasi dan kon¬disi sosial masyarakat, khususnya di masyarakat desa Daleman, ke¬lurahan Jurangjero, kecamatan Karanganom, kabupaten Klaten. Bagi mereka, kemajuan peradaban maupun teknologi tidak akan merubah tradisi semangat kekeluargaan yang diwariskan oleh leluhur mere¬ka. Apapun perwujudan gotong royong gaya baru yang mereka lakukan itu, yang penting semangat kekeluargaan mereka tetap lestari.