LAPORAN KEGIATAN ANALISIS POTENSI SENYAWA BIOAKTIF (KAROTENOID DAN ASAM LEMAK OMEGA-3) DARI BERBAGAI SILASE PRODUK PERIKANAN UNTUK INDUSTRI AKUAKULTUR

Sudaryono, Agung and Kusdiyantini, Endang (2004) LAPORAN KEGIATAN ANALISIS POTENSI SENYAWA BIOAKTIF (KAROTENOID DAN ASAM LEMAK OMEGA-3) DARI BERBAGAI SILASE PRODUK PERIKANAN UNTUK INDUSTRI AKUAKULTUR. Documentation. LEMBAGA PENELITIAN .

[img]
Preview
PDF - Published Version
226Kb
[img]PDF - Published Version
Restricted to Repository staff only

226Kb

Abstract

Improvement in aquaculture feed nutrition and formulation should be take account in order to increase efficiently the sustainable aquaculture production. Defficiency in feed nutrition can result in low productivity and poor health of cultured fish. So that a completely balancing feed in nutrition is essentially required for aquaculture industry. Carotenoid and n-3 fatty acids are essential bioactive substances required in feed nutrition for fish and shrimp aquaculture to improve growth, survive, stress and desease resistances. Many research showed that the availability of linoleic acid (LOA) and linolenic acid (LNA) in the diets can improve growth of cultured fish and shrimp. Some fisheries by- products wastes (shrimp head, blue crab, mud crab, squid and tigawaja trash fish) can be improved their nutrition status in the form of sillage. This study was designed to evaluate the potency of some sillages made from fisheries by¬products wastes (shrimp head, blue crab, mud crab, squid and tigawaja fish) as sources of bioactive substances (carotenoid and n-3 fatty acids) for aquaculture industry. The raw materials and the sillages were analysed for their proximate composition, fatty acids, and carotenoid content. Results of the proximate analyses showed that the crude protein contents increased after the raw materials (squid and blue crab) were processed to be the sillages. Fatty acid analysis showed that some fatty acids decreased and increased after sillages processing, however all the fisheries wastes increased in eicosapentaenoic acid (EPA; 20:5n-3) and docosahexaenoic acid (DHA; 22:6n-3) contents in the form of the sillages.. This is a good point to be considered in feed nutrition and formulation for aquaculture. Carotenoid analysis showed that I3-caroteen was major carotenoid pigment found in all the fisheries by-products with tigawaja trash fish had the highest 13-caroteen content (57.481 mg/ 100 g) among other fisheries wastes. Astaxanthin was found to be a major carotenoid in blue crab waste (13.807 mg/ 100 g) and in head shrimp (22.485 mg/ 100 g). Carotenoid analysis of the sillages showed that (i-caroteen was major carotenoid pigment found in the sillages of tigawaja trash fish, blue crab waste, and mud crab waste). This study also found an increased astaxanthin content in the squid sillage and an increased zeaxanthin content in blue crab waste sillage. It was hoped that utilisation of fisheries by-products in the forms of sillages can increased to improve the aquaculture feed quality due to after processing to be the sillages, all fisheries by-products (shrimp head, trash fish, squid, blue crab waste, mud crab waste) was potential as sources of n-3 PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid; LNA) and NUFA (Highly Unsaturated fatty Acid; EPA and DNA) for aquaculture feed industry. The sillage of squid was the most potential LNA, EPA and DNA source followed by the shrimp head sillage and blue crab waste and all these sillages were better than the sillages of tigawaja trash fish and mud crab waste. In terms of carotenoid content of astaxanthin, the squid sillagc was found to be the most potential astaxanthin source (13.872 mg/ 100 g) among other sillages. Dalam rangka meningkatkan efisiensi produksi akuakultur secara berkelanjutan mutlak diperlukan perbaikan secara terus menerus dalam formulasi nutrisi dan teknologi pakan. Pakan dengan defisiensi nutrisi dapat menurunkan produktivitas dan kesehatan ikan secara bertahap hingga terjangkitnya penyakit. Oleh karena itu pakan yang berkualitas, seimbang dan Iengkap secara nutrisi merupakan titik kritis panting bagi industri akuakultur (Latscha, 1991). Karotenoid dan asam lemak omega-3 merupakan senyawa bioaktif esensial yang diperlukan oleh biota akuakultur (ikan dan krustase) dalam nutrisi pakan untuk meningkatkan pertumbuhan, kelulushidupan, ketahanan stress dan ketahanan penyakit. Banyak penelitian menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan dengan adanya asam lemak, seperti asam linoleat (LOA) dan asam linolenat (LNA). p”rbagai bahan produk perikanan (limbah kepala udang, rajungan, kepiting, cumi-cumi dan limbah ikan) yang merupakan sumber potensial karotenoid dan asam lemak omega-3 ditingkatkan status nutrisinya melalui fermentasi silase dengan penambahan asam formiat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi senyawa bioaktif pate silase dalam rangka altematif diversifikasi bahan pakan pada hewan-hewan akuakultur. Pengujian dilakukan pada bahan baku silase dan setelah diproses menjadi silase yang meliputi analisis proksimat, asam lemak dan karotenoid dari berbagai limbah produk perikanan. Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa protein meningkat setelah bahan baku diproses menjadi silase pada cumi-cumi dan rajungan. Analisis asam lemak menunjukkan bahwa beberapa asam lemak mengalami penurunan dan beberapa peningkatan setelah menjadi silase, tetapi semua limbah produk perikanan ini mengalami peningkatan asam eicosapentaenoic EPA dan dan asam docosahexaenoic DHA setelah diproses menjadi silase. Adanya peningkatan pada jenis asam lemak ini perlu diperhatikan dalam kaitannya sebagai komponen ransum pakan hewan. Analisis karotenoid menunjukkan bahwa P-karoten merupakan karotenoid terbanyak yang didapatkan pada semua jenis bahan baku silase yang digunakan penelitian ini dan ikan rucah mempunyai kandungan p-karoten yang paling tinggi (57.481 mg/ 100 g bahan) dibanding jenis bahan baku silase yang lain. Aztaxantin yang merupakan pigmen merah oranye terdapat paling banyak pada kepiting (13.807 mg/ 100 g bahan) dan udang (22.485 mg/ 100 g bahan). Hasil analisis karotenoid silase memperlihatkan bahwa p¬karoten masih merupakan karotenoid yang paling banyak pada ikan rucah, kepiting, dan rajungan. Pada cumi terlihat hahwa ada peningkatan aztaxantin, sedang rajungan mengalami peningkatan kandungan zeaxantinnya. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan limbah produk perikanan menjadi silase yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber pengkaya nutrisi bioaktif omega-3 PUFA dan HUFA yang esensial dan potensial bagi biota akuakultur. Semua bahan baku limbah (kepala udang, limbah rajungan, limbah kepiting, ikan rucah, dan cumi) adalah potensial sebagai sumber asam lemak omega-3 PUFA dan HUFA setelah diproses menjadi produk silase. Silase cumi, silase Iimbah kepala udang, dan silase rajungan secara berturut-turut adalah yang paling potensial sebagai sumber omega-3 HUFA (LNA) dan HUFA (EPA dan DILA) dan lebih balk daripada silase ikan rucah tigawaja dan silase limbah kepiting. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengkayaan kandungan aztaxantin bahan baku limbah produk perikanan (cumi) dapat ditingkatkan melalui proses pembuatan silase, dimana silase cumi ditemukan yang paling potensial (3,748 v.s 13,872) mg/100 g sebagai sumber bahan bioaktif karotenoid aztaxantin untuk biota akuakultur daripada bahan Iimbah perikanan yang lain.

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling
Divisions:Document UNDIP
ID Code:21869
Deposited By:Mr UPT Perpus 2
Deposited On:06 Sep 2010 09:58
Last Modified:06 Sep 2010 09:58

Repository Staff Only: item control page