PENATAAN KORIDOR KAUMAN SEBAGAI ISLAMIC SHOPPING STREET UNTUK IDENTITAS BUDAYA DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA SEMARANG

Priyanto, Supriyo (2004) PENATAAN KORIDOR KAUMAN SEBAGAI ISLAMIC SHOPPING STREET UNTUK IDENTITAS BUDAYA DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA SEMARANG. Documentation. LEMBAGA PENELITIAN .

[img]
Preview
PDF - Published Version
6Mb
[img]PDF - Published Version
Restricted to Repository staff only

8Mb

Abstract

Sejarah kota Semarang dibentuk oleh tiga unsur budaya dominan, yaitu pribumi (Islam), kolonial (Belanda) dan Cina. Dari ketiganya, dua unsur telah disimbolisasikan dalam konservasi dan revitalisasi kawasan Kota Lama yang bernuansa kolonial dan Klenteng Gedungbatu yang bernuansa Cina. Penataan koridor Kauman selain untuk melengkapi identitas budaya, juga sebagai aset wisata. Target khusus penelitian ini bertolak dari dua pemikiran utama, yaitu tahap pembuktian (ilmiah) dan tahap perencanaan/pengembangan kawasan. Pada tahun pertama, kajian dilakukan terhadap aspek sejarah, sosial budaya, potensi ekonomi, tata ruang dan arsitektur kawasan Kauman guna mengetahui perannya di masa lampau dan sekarang. Metode yang diterapkan adalah metode historis (heuristik, kritik, interpretasi dan sintese), studi arsip/dokumen dan pustal:a, observasi, wawancara dan komparasi. Munculnya kampung Kauman tidak dapat dilepaskan dengan munculnya kota Semarang. Sejak masa awal munculnya Semarang yaitu pada masa perkembangan Islam di Indonesia, melalui masa-masa kolonial hingga sekarang, tampak sekali pertumbuhan kota Semarang baik secara fisik maupun non fisiknya. Sebelum jaman kolonial kota Semarang dapat disebut sebagai kota pra industri, ditandai dengan munculnya perkampungan-perkampungan atas dasar pengelompokan menurut ras/etnik, jabatan, profesi dan agama. Saat itu pula kampung Kauman muncul sebagai perkampungan para santri dan ulama di pusat kota Semarang. Setelah jaman kolonial berangsur-angsur kota Semarang mengalami modernisasi, walaupun demikian perkampungan masih tetap eksis bercampur dengan unsur-unsur moderen, dan saat itulah muncul koridor (jalan) Kauman di tengah-tengah perkampungan Kauman. Hingga saat ini kampung dan koridor Kauman masih ada, hanya saja keberadaannya tampak terancam oleh perkembangan pusat kota Semarang yang metropolis ini. Karena itu sejalan dengan proses revitalisasi Kota Lama dan Kampung Pecinan yang sedang berjalan di kota Semarang, kiranya kampung dan koridor Kauman juga perlu diikut-sertakan dalam proses revitalisasi tersebut, mengingat aspek historis dan kulturalnya yang penting bagi warga kota Semarang. Kini kampung Kauman di Semarang terbagi ke dalam dua wilayah administratif Kelurahan Bangunharjo dan Kelurahan Kauman dengan batas pemisahnya adalah koridor (jalan) Kauman. Penduduknya sangat padat sebagai akibat dari terhimpitnya kampung ini dari pemukiman di pusat kota Semarang serta masuknya para pendatang, maka rumah-rumah juga saling berhimpitan tampa menyisakan sedikitpun halaman rumah. Kondisi seperti ini memunculkan ketidak-teraturan, termasuk munculnya berbagai jenis pertokoan yang tidak beraturan, karena banyaknya pendatang yang profesinya berbeda-beda. Dengan kondisi seperti ini penataan perlu dilakukan khususnya di kawasan koridor dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan budaya, mengingat kawasan ini sangat bermakna historis-kultural bagi kota Semarang.

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare
Divisions:Document UNDIP
ID Code:21861
Deposited By:Mr UPT Perpus 2
Deposited On:06 Sep 2010 09:46
Last Modified:06 Sep 2010 09:46

Repository Staff Only: item control page