EFEK POLIFENOL TEH HIJAU SEBAGAI IMUNOMODULATOR PADA INFEKSI

Susilaningsih, Neni and Johan, Andrew and Gunardi, Gunardi and Winarto, Winarto (2002) EFEK POLIFENOL TEH HIJAU SEBAGAI IMUNOMODULATOR PADA INFEKSI. Documentation. FAKULTAS KEDOKTERAN.

[img]
Preview
PDF - Published Version
296Kb
[img]PDF - Published Version
Restricted to Repository staff only

2186Kb

Abstract

Teh hijau diperoleh dari daun tanaman teh (Camelia sinensis) yang diproses tanpa teroksidasi, memiliki kandungan senyawa polifenol 15 sampai 30% yang didalamnya mengandung senyawa aktif yaitu catechin yang antara lain terdiri dari Epigallocatechin gallate (EGCg) dan Epigallocatechin (EGC). Polifenol teh hijau telah dilaporkan dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan : 1)Apakah polifenol teh hijau ataupun komponen aktifnya yaitu EGCg maupun EGC dapat sebagai imunomodulator dalam meningkatkan kemampuan fagositosis dan membunuh kuman (bacterial killing) pada makrofag dari mencit yang diimunisasi dengan Listeria monocytogenes, dinilai dari : peningkatan kamampuan memfagosit latex, peningkatkan produksi 1O makrofag, peningkatan prOduksi ROI makrofag serta penurunan jumlah hitung kuman dad kultur sel-sel hepar. 21Apakah polifenol, EGCg atau EGC yang paling kuat meningkatkan fagositosis dan pembunuhan bakteri oleh makrofag ? 3)Betapalcah dosis yang paling poten dari polifenol, EGCg atau EGC yang paling kuat meningkatkan fagositosis dan pembunuhan bakteri oleh makrofag ? Tujuan penelitian ini ialah untuk membuktikan bahwa polifenol teh hijau ataupun komponen aktifnya yaitu EGCg maupun EGC dapat sebagai imunomodulator dalam meningkatkan kemampuan fagositosis dan membunuh kuman (bacterial killing) pada makrofag dari mencit yang diimunisasi dengan Listeria monocytogenes, dinilai dari : peningkatan fagositosis partikel latex, peningkatkan produksi NO, peningkatan produksi ROI dan. penurunan jumlah hitung kuman dari kultur hepar. Tujuan yang lain adalah untuk menaidentifikasi apakah polifenol, EGCg atau EGC yang paling kuat meningkatkan fagositosis dan pembunuhan bakteri oleh makrofag serta dosis berapa yang paling poten. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental sesungguhnya dengan rancangan the post test only control group design pada hewan coba mencit BALB/c dari UPHP FICH UGM Yogyakarta, umur 8-12 minggu. Selama penelitian mencit diberikan makan/minum secukupnya. Sebanyak 66 ekor mencit yang telah adaptasi selama sate minggu dibagi secara acak menjadi 11 kelompok perlakuan : A) Kontrol tanpa perlakuan, B) Diimunisasi dengan L. monocytogenes (Kontrol +), C) diberi Polifenon60 dosis 1,5 mg/hr, D) diberi Polifenon60 dosis 3 mg/hr selama 14 hr, E) diberi Polifenon60 dosis 6 mg/hr, F) diberi EGCg 0,5 mg/hr, G) diberi EGCg 1 mg/hr, H) diberi EGCg 2 mg/hr, I) diberi EGC 0,15 mg/hr, J) diberi EGC 0,3 mg/hr dan K) diberi EGC 0,6 mg/hr. Pada kelompok C s/d K, perlakuan diberikan selama 14 hari serta diimunisasi dengan L. monocytogenes. Pada hari ke 15 dilakukan pengambilan/isolasi makrofag peritoneal dari semua kelompok mencit, kemudian dilakukan pemeriksaan fagositosis makrofag, produksi ROI & produksi NO dari supernatan kultur makrofag dengan metode baku. Hepar diambil selanjutnya dilakukan kultur untuk menghitung jumlah kuman yang masih hidup. Data hasil penelitian diolah dan dianalisis dengan uji Analysis of variance (ANOVA) dilanjutkan dengan uji post hoc Bonferroni serta Tamhane. Dari basil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : Poll fenol teh hijau, EGCg serta EGC dapat sebagai imunomodulator dalam meningkatkan kemampuan fagositosis dan membunuh kuman (bacterial killing) pada makrofag dari mencit yang diimunisasi dengan Listeria monocytogenes, dinilai dari : peningkatan fagositosis partikel latex, peningkatkan produksi NO, peningkatan produksi ROI, serta penurunan jumlah kuman dari kultur jaringan hepar. Dad tiga bahan yang diteliti, polifenol (poliphenon-60) menunjukkan efek yang paling kuat dibanding EGCg maupun EGC. Poliphenon-60 dosis 6 mg/hr menunjukkan efek paling kuat dalam meningkatkan produksi NO dan ROI serta menurunkan jumlah hitung kuman, namun efek dalam meningkatkan aktifitas fagositosis lebih rendah dibanding dosis 3 mg/hr. Pholiphenon-60 dosis 3 mg/hr menunjukkan efek paling kuat dalam fagositosis, dan ailcup efektif dalam meningkatkan produksi NO & ROI serta menurunkan jumlah hitung kuman. Berdasarkan basil penelitian ini disarankan agar dilakukan uji toksisitas dan penentuan LD 50 terhadap bahan-bahan tersebut, serta dapat dilanjutkan dengan uji klinis pada hewan coba sebelum memanfaatkan bahan tersebut sebagai imunomodulator pada manusia.

Item Type:Monograph (Documentation)
Subjects:R Medicine > R Medicine (General)
ID Code:21801
Deposited By:Mr UPT Perpus 1
Deposited On:06 Sep 2010 07:45
Last Modified:06 Sep 2010 07:45

Repository Staff Only: item control page