PERKEMBANGBIAKAN SAPI POTONG DI DAERAH KERING JAWA TENGAH

Abstract

The grade ongole is natural wealth of Indonesian genetic resources of cattle. They were very important to corrected for cattle genetic to fit inverement. According the National Plasma Nutfah Commity (2000). The seedling of local plasma nutfah is very good to increase quality and quantity product of industry livestock in expedient to incriase community income. The cattle in live is suport of manpower, manure is agricuture and save farmer. In modern agriculture, the cattle is source of income through of fattening and breeding activity. The problem of fattening and breeding activity is reproduction fisologis, becouse the cattle will be distroyet, when are't reproduction of activity. This study uses survei metode, the determined of respondent is purposive roundom sampling. The respondents clasification, they have aceptor atifisual insemination and they Five data of research. The resuls of the research the zooteknic management for farmer in Artifisual insemination region of Tunjungan — Blora, Sukolelo — Pati, Torah — Grobogan, Masaran - Sragen and Wonogiri — Wonogiri, is tradisional still and cattle stable ones building with farmer and cattle feeding is situasinal and not rational. The means of cattle oestrus is goods, becouse every moon there are a cattle ict oestrus, and the means intensitas of oestrus is biger for six. It appears that grade ongole is very good gor breeding activity in region of low feeds quality. Sapi potong local merupakan sumber kekayaan plasma nutfah bangsa Indonesia sangat penting untuk perbaikan mutu genetik sapi sesuaikan dengan lingkungan di Indonesia, sehingga dapat lebih bath untuk perkembangbiakan. Sapi dalam kehidupan masyarakat petani bermanfaat sebagai penyokong kebutuhan tenaga kerja, penyedia pupuk, peningkatan pendapatan dan sebagai tabungan. Dewasa ini dapat diarahkan menjadi sumber pendapatan, baik melalui usaha pengemukan maupun pembibitan sapi. Pada usaha pengemukan maupun usaha pembibitan sapi, masalah reproduksi sangat besar peranannya. Menurut Partodihardjo (1983) reproduksi ternak merupakan pintu gerbang untuk memperoleh hasil dari usaha ternaknya. Penalitian ini dilakukan diwilayah kerja lima Pos IB yaitu Tunjungan - Blora, Sukolelo — Pati, Toroh — Grobogan, Masaran — Sragen dan Wonogiri — Wonogiri pada 20 September sampai 30 Oktober 2004, menggunakan metode survei. Penentuan peternak sebagai responden, menggunakan metode porposive sampling yaitu peternak yang memelihara sapi potong yang menjadi aseptor IB. Sedang data sekunder diambil clan data yang ada di pos IB dan Dinas Peternak Kabupaten maupun instansi terkait di Kabupaten yang bersangkutan. Data yang didapat kemudian dianalisis rnengunakan statistik diskriptif. Hasil pemelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan sapi di lima wilayah POS 113 tersebut diatas masih sederhana, yang dilihat dari perkandangannya yaitu masih menjadi satu dengan rumah peternak dan pakan yang diberikan seadanya tergantung clan situasi dan musim daerah tersebut, serta tidak rasional nutrisinya. Tetapi chlihat dari, berahinya termasuk baik, sebab kebanyakan nilai intensitas berahinya diatas enam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sapi potong dengan pemeliharaan secara tradisional proses perkembangbiakannya masih bath. Dengan demikian sebaiknya didaerah yang mempunyai potensi pakan, tetapi kualitasnya lidak baik dapat dijadikan daerah pembibitan sapi potong. Kata Kunci : Sapi, Pemeliharaan, Pakan, Reproduksi dan Pembibitan.