Pujaningsih, Retno Iswarin and Santoso, Siswanto Imam (2005) PENGEMBANGAN BUDIDAYA BULLFROG SEBAGAI ALTERNATIF WIRAUSAHA YANG PROSPEKTIF MELALUI PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN POLA PEMASARAN PRODUK. Documentation. FAKULTAS PETERNAKAN.
| PDF - Published Version 336Kb | |
| PDF - Published Version 1271Kb |
Abstract
Produksi paha kodok secara relatif masih belum mampu memenuhi permintaan untuk pasar domestik maupun ekspor. Beberapa permasalahan yang timbul pada usaha budidaya bullfrog ini diakibatkan oleh tidak tersedianya pasokan pakan yang berkesinambungan dan dengan harga yang terjangkau. Faktor pakan memegang kendali yang cukup penting pada upaya pemeliharaan bullfrog mulai dari penentuan kualitas indukan, kecebong, perch hingga penyediaan ukuran konsumsi. Tanpa penggunaan pakan dengan kualitas nutrisi yang memadai akan menyebabkan berbagai permasalahan muncul misalnya angka kematian yang cukup tinggi karena ternak tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan rentan terhadap penyakit yang menyerang. Sementara ini karena terbatasnya persediaan pakan khusus bullfrog peternak menggunakan pakan ikan (pelet lele) untuk upaya pemeliharaannya. Kondisi ini kurang dapat dipertanggungjawabkan karena kandungan nutrisi pakan ikan kurang sesuai dengan standar kebutuhan bullfrog. Ketidakpastian pemasaran harga produk merupakan permasalahan tersendiri yang ikut pula menyebabkan banyak peternak bullfrog yang gulung tikar. Kegiatan program Vucer ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan produksi dengan perbaikan kualitas pakan dan sistim pemasaran bullfrog. Tujuan khusus adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan kualitas pakan bullfrog yang berasal dari pakan ikan lele sehingga dapat dimanfaatkan oleh kodok sesuai dengan standar kebutuhan hidupnya; (2) Memperbaiki rantai pemasaran produk sesuai permintaan dan peluang pasar untuk meningkatkan pendapatan peternak. Penambahan pakan alami (bekicot) akan meningkatkan protein pakan dari rata-rata 25 - 30% menjadi 35 - 40%. Pencampuran vitamin C, E, serta B kompleks pada saat formulasi ransum dapat diharapkan untuk meningkatkan fertilitas dan survival rate dari kodok (40 - 50% mortalitas turun menjadi 30 -35%). Angka feed convention ratio yang selama ini masih tinggi akibat penggunaan pakan komersial (pelet ikan lele) akan dapat diturunkan dari 1,5 menjadi 1,1. Disamping itu penggunaan bekicot sebagai pakan tambahan dapat digunakan untuk mengembangkan diversifikasi usaha bagi SDM di wilayah peternakan bullfrog berada untuk mengusahakan / mengembangkan usaha budidaya bekicot. Perbaikan pola pemasaran dapat diharapkan mampu mengatasi permintaan lokal maupun ekspor yang menuntut kesinambungan supply produk, kepastian harga produk, pemasaran hasil serta munculnya wirausaha baru akan mampu menyerap sumber daya manusia usia produktif, khususnya di sekitar lokasi peternakan. Hasil analisis pelet pakan ikan lele untuk protein kasar, lemak, serat kasar dan abu masing-masing adalah 38%, 5,6%, 3% dan 7,4%. Setelah diberi tambahan bekicot terjadi peningkatan kualitas nutrisi pakan campuran untuk protein kasar, lemak, serat kasar dan abu masing-masing adalah 42,53%, 4%, 3,3% dan 11,58% Kondisi ini telah sesuai dengan target yang diharapkan melalui penanibahan pakan alami (bekicot) yang mampu meningkatkan protein pakan dari rata-rata 25 - 30% menjadi sekitar 35 - 40%. Peningkatan kualitas pakan ini diikuti dengan penurunan mortalitas lebih baik dari target yang ditetapkan yaitu 28,50% dengan Feed Convertion Ratio/FOR = 1,1. Ukuran kodok konsumsi mengalami peningkatan dari size 6-8 (165-125 gr/ekor) menjadi size 4-5 (260-200 gr/ekor). Sehingga produksi total mencapai 418,08 kg selama 1 kali periode produksi. Harga jual kodok konsumsi meningkat sesuai dengan peningkatan ukurannya dari Rp.17.500,00/kg berat hidup menjadi Rp.18.500,00/kg berat hidup. Tercapainya target perbaikan kualitas pakan didukung oleb faktor anthusiasme dari peternak dan beberapa calon peternak yang ikut serta dalam kegiatan pengabdian ini mulai dari pengadaan bekicot, kegiatan pembuatan ransum hingga pemberiannya kepada kodok. Meskipun demikian upaya perbaikan kualitas pakan untuk kodok indukan belum dapat dilaksanakan karena peternak cenderung lebih percaya pada pakan buatan pabrik yang bare saja diperkenalkan. Tidak ada kendala yang berarti pada upaya perbaikan kualitas pakan kodok konsumsi. Pembinaan yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan belum mampu mencapai target yang diharapkan yaitu pembuatan kontrak penjualan. Hal ini disebabkan peternak belum mampu/berani menjamin kontinyuitas produk (bibit/percil maupun kodok konsumsi) dalam waktu yang singkat (selama pelaksanaan pengabdian). Satu-satunya kendala yang belum dapat diantisipasi adalah upaya pengadaan bibit/percil. Alternatif usaha yang dapat dilakukan sementara adalah membentuk kelompok pemasok kodok konsumsi. Transaksi dilakukan melalui ,satu pintu' untuk menjamin keseragaman dan stabilitas harga. Ke depan akan diupayakan pcmbentukan koperasi unit Desa Bendungan dengan beberapa kemungkinan diitersifikasi produk misalnya pengadaan pakan dan budidaya bekicot disamping pengadaan bihit kodok/percil serta kodok indukan. Meskipun belum mampu melakukan pembuatan kontrak jual-beli secara tertulis pada saat transaksi, peternak telah mendapatkan tambahan wacana tentang per]unya dilakukan recording/pendataan pada setiap fase produksi serta adanya kontrol kualitas produk (kualitas nutnisi pakan, kualitas kodok konsumsi) maupun manajemen. Kontrol kualitas manajemen ditekankan pada saat penanganan pemasaran agar selisih penimbangan antara produsen dan konsumen tidak terlalu besar. Kesimpulannya pola perbaikan kualitas pakan mampu mencapai target yang diharapkan. Teknologi pembuatan pakan berkualitas telah dapat diadopsi dan diaplikasikan dengan baik oleh peternak. Pola perbaikan pemasaran produk belum dapat menghasilkan kontrak jual-beli karena adanya kendala pada kontinyuitas penyediaan produk. Pembinaan model pendataan serta kontrol kualitas produk dan pengelolaan telah dapat diterapkah oleh peternak. Disarankan ada pembinaan pola pengaturan siklus produksi untuk menjamin kelangsungan produksi tiap bulan dan mencegah adanya booming produksi pada waktu yang bersamaan. Pendampingan komunikasi antar peternak masilt perlu dilakukan untuk menyeragamkan pola pikir.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > SF Animal culture |
Divisions: | Faculty of Animal and Agricultural Sciences > Department of Animal Agriculture |
ID Code: | 21255 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 2 |
Deposited On: | 27 Aug 2010 09:24 |
Last Modified: | 27 Aug 2010 09:24 |
Repository Staff Only: item control page