TYPOLOGI KEJAHATAN YANG DILAKUKAN OLEH REMAJA DI KOTAMADYA SEMARANG

Abstract

Kepolisian sebagai titik awal bekerjanya Sistem Peradilan Pidana, berdasarkan kewenangan diskresi yang ada padanya tidak jarang memberikan kebijaksanaan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh remaja yang nyata-nyata sebagai tindak pidana ditolelir sebagai kenakalan remaja. Untuk mengambil kebijaksanaan seperti tersebut di atas polisi harus memperhatikan adanya 3 aspek, yaitu aspek pelaku, aspek korban dan dampak kejahatan terhadap korban dan masyarakat. Lembaga kejaksaan dan pengadilan dalam mengahadapi kasus kejahatan yang dilakukan oleh remaja, tidak punya alternatif lain kecuali memandang kejahatan yang dilakukan oleh remaja sebagai kejahatan ( tindak pidana) pada umumnya. Sekalipun demikian jaksa dan hakim msih bisa mengambil kebijaksanaan dalam rangka penuntutan dan penjatuhan pidana terhadap kejahatan yang dilakukan oleh remaja , berpegang pada ketentuan Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47 KUHP. Trent kejahatan yang dilakukan oleh remaja yang terjadi di wilayan Kepolisian Kota Besar Semarang, adalah kejahatan terhadap harta benda, terutama pencurian kendaraan bermotor (CURANMOR). Dilihat dari tingkat usia pelaku kejahatan, 43,9 % kejahatan yang dilakukan oleh remaja sudah mencapai pada tingkat yang cukup meresahkan. Dalam tahun 1993 dan 1994 ditemukan adanya kasus pembunuhan dan pemerkosaan, masing-masing satu kasus. Dimana pelaku-pelakunya adalah anak usia sangat muda yaitu umur 14 tahun bersama-sama anak usia 16 dan 17 tahun. Disamping itu kejahatan yang dilakukan oleh remaja juga menunjukkan variasi yang meluas tidak aja kejahatan-kejahatan tradisionil yang diatur dalam KUHP, akan tetapi juga kejahatan yang diatur di luar KUHP, seperti tindak pidana Narkotika, yaitu sebagai pengguna dan pengedar narkotika.