Kusdiyantini, Endang (2002) PAKET TEKNOLOGI PENGGUNAAN KHAMIR Phaffia rhodozyma SEBAGAI SUMBER PIGMEN KAROTENOID DALAM UPAYA DIVERSIFIKASI PAKAN BUATAN PADA SEKTOR AKUAKULTUR. Documentation. FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM.
PDF - Published Version Restricted to Repository staff only 1574Kb | ||
| PDF - Published Version 339Kb |
Abstract
The potential mean of marine biota, especially shrimp and fish, base on their color ( pigmentation ). The appearances of shrimp and fish color depend on their food composition. Astaxanthin is one of the carotenoid, which influence the pigmentation of fish, and their limitation will show " blue shrimp ". The lack of astaxanthin should be added to their food. The yeast, Phaffia rhodozyma, is one of the astaxanthin sources, which will produce 80 % of their total pigment source. The aim of the study is to search the potential concentration of astaxanthin added to the feed, and their influence to their growth. The research was conducted for six week.. The PL 60 stage of tiger shrimps ( 0,24 — 0,27 g in average weight ) were used as biota target. The cultivation were done in the aquarium with 60 x 35 x 50 cm in size, and 10 litter of sea water. The shrimp densities were 5 shrimps per aquarium. Four type of artificial food which content of 40 mg ( A ), 60 mg ( B ), 80 mg ( C ) and 100 mg( D ) of yeast per 100 g of feed were applied as the treatment. Five percent food of their body were given twice a day, while the control were fed with Dunaliella sp. ( 2700 cell / ml ). Pigment content on carapace, head and body of the shrimp were analyzed base on Chien and Jeng, (1992) method. The average weight of the shrimp treat with 60 mg yeast / 100 g feed is reach 0,3800 g ± 0,04 and become the better one, while the average weight of the shrimp fed on Dunaliella sp. reach 0,3133 g ± 0,023. The result is support by analysis of variance which show the significantly different (p a 0,05 ). While Least Significant Difference test show that the treatment of B highly influence (p a 0,01 ) compare to the treatments of A,C,D and E. The treatment of A and C show the same results. The carotenoid content of carapace show that the fed with 80 mg yeast /100 g of feed ( the treatment C ) result the higher value of 4,3033 ± 0,458 mg / kg of shrimp carapace sample. The followed by the other treatment such as A = 4,1322 ± 0,455, B = 3,9463 ± 0,596 and D = 3,7798 ± 0,563 mg / kg of shrimp carapace sample. The control, which fed on Dunaliella sp., show a value of 4,5142 ± 0,603 mg / kg of shrimp carapace sample. The analysis of variance show a non significantly result ( p Z 0,05 ). The carotenoid content of shrimp head show a value as follows : A = 2,9536 ± 0,36 ; B = 2,4614 ± 0,208, C = 1,8054 ± 0,456, D = 1,67 ± 0,251 and E = 3,0673 ± 0,363 mg / kg of shrimp head sample. Contrary, the carotenoid content of shrimp body show a reverse value compare to carotenoid content of shrimp head as follows : D = 2,6434 ± 0,295, C = 2,351 ± 0,083, B = 2,2109 ± 0,167, A = 1,4448 ± 1,048 and E = 2,9073 ± 0,462 mg / kg of shrimp head sample. The analysis of variance show highly significant different ( p 0,01 ). The carotenoid content of the shrimp body show a higher value for the treatment D = 2,6434 ± 0,295, and follow by C = 2,351 ± 0,083, B = 2,2109 ± 0,167 and A = 1,4448 ± 1,048 mg / kg of shrimp body sample. While the treatment of E as a control, show a value of 2,9073 ± 0,462 mg / kg of shrimp body sample. The analysis of variance show highly significant different ( p 0,01 ). The multiple range test of Duncan show that the treatment of A and E show the same result of 0,01 significant level. While the treatments of E, A and B show the same result of 0,05 significant level The carotenoid content of shrimp carapace shows the relative value. While the carotenoid content of Shrimp head and body show a contrary value due to the priority and metabolic system related to the molting cycle. Ekspor ikan estuaria dan udang meningkat dengan drastis lima tahun terakhir Mi. Hal ini banyak didorong oleh penggemar ikan estuaria dan udang manca negara yang nampaknya lebih meminati ikan tersebut dari Indonesia. Salah satu penentu diminatinya ikan dan udang tersebut adalah warna karakteristiknya. Warna ini sangat ditentukan oleh komposisi pakan hewan tersebut. Astaxanthin yang termasuk golongan karotenoid merupakan faktor penentu pigtnen pada udang. Kekurangan akan pigmen ini akan mengakibatkan udang biru. Sebagai makanan tambahan, pigmen ini hams dimasukkan pada komposisi pakan hewan akuakultur guna mendapatkan warna yang diinginkan. Sintesa astaxanthin secara kimia sangat kompleks dan mahal, sedang permintaan konsumen akan pigmen terus meningkat. Dewasa ini konsumen cenderung memilih sumber alami. Guna mengatasi masalah Mi, maka digunakan karotenoid yang dihasilkan oleh khamir Phaffia rhodozyma untuk tambahan pada komposisi pakan udang. Khamir ini dapat memproduksi astaxanthin 85 % dari pigmen totalnya, sehingga merupakan sumber potensial penghasil karotenoid. Mengingat komposisi pakan buatan untuk udang windu sangat penting, maka penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap pakan buatan yang mengandung khamir P. rhodozyma dengan berbagai konsentrasi sebagai altematif diversifikasi bahan pangan pada sektor akuakultur. Penelitian ini juga untuk mendapatkan benih yang bagus guna menghadapi tantangan upaya peningkatan produktivitas ekspor komoditi perikanan. Pengujian dilakukan pada udang windu (Penaeus monodon Fabricius) PL 60 dengan berat antara 0,18 — 0,24 g. Penambahan sel khamir untuk komposisi pakan buatan dengan konsentrasi (A = 40 mg, B = 60 mg, C = 80 mg dan D = 100 mg)/ 100 g pakan. Dunaliella sp. (E) sebanyak 2700 individu/ml digunakan sebagai pakan alami (kontrol). Pemeliharaan dilakukan dalam akuarium berukuran 60 x 35 x 50 cm, dengan volume air 10 liter. Kepadatan setiap akuarium adalah 5 ekor. Pemberian pakan dilakukan sejumlah 5 % dari berat badan dan diberikan dua kali, sedang pakan alami Dunaliella sp. diberikan dengan kepadatan 2700 individu/ml. Pemeliharaan dilakukan selama 6 minggu. Pengukuran kandungan pigmen menurut Chien and Jeng, (1992). Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan udang windu (P. monodon Fabricius) yang dinyatakan dengan berat badan, pemberian pakan alami relatif sangat rendah (0,3133 g ± 0,023) dibanding sernua perlakuan yang menggunakan sel khamir sebagai pakan tambahan, sebaliknya perlakuan B = 60 mg/100 g pakan memberikan hasil yang tertinggi dibanding semua perlakuan (0,3800 g ± 0,04). Hasil tersebut dibuktikan berdasarkan analisis sidik ragam dengan tingkat signifikasi yang berbeda nyata (p ?. 0,05 ). Selanjutnya hasil uji Beda Nyata Terkecil menunjukkan bahwa perlakuan B memberikan pengaruh berbeda dibandingkan dengan perlakuan A,C,D dan E pada taraf uji 0,01. Sedangkan perlakuan A dan C memberikan pengaruh yang sama baiknya terhadap pertumbuhan udang windu. Pengukuran kandungan karotenoid dilakukan pada karapak udang windu menunjukkan bahwa perlakuan C (kandungan sel khamir 80 mg/100 g pakan) memberikan nilai tertinggi yaitu 4,3033 ± 0,458 mg / kg berat sampel karapak udang windu. Perlakuan selanjutnya berturut — turut memberikan hasil sebagai berikut perlakuan A sebesar 4,1322 ± 0,455, perlakuan B sebesar 3,9463 ± 0,596 dan perlakuan D sebesar 3,7798 ± 0,563 mg / kg berat sampel karapak udang windu. Sedangkan perlakuan E sebagai kontrol menggunakan Dunaliella sp. sebagai pakan menunjukkan nilai sebesar 4,5142 ± 0,603 mg / kg berat sampel karapak udang windu. Hasil analisis sidik ragam terhadap kandungan karotenoid (mg/kg) pada karapak menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata ( p 0,05 ). Kandungan karotenoid pada kepala rnenunjukkan hasil berturut — turut sbb.: perlakuan A sebesar 2,9536 ± 0,36, B sebesar 2,4614 ± 0,208, C sebesar 1,8054 ± 0,456 dan D sebesar 1,67 ± 0,251 mg / kg berat sampel kepala udang windu. Sedangkan perlakuan E sebagai kontrol menunjukkan nilai sebesar 3,0673 ± 0,363 mg / kg berat sampel kepala udang windu. Hasil analisis sidik ragam kandungan karotenoid (mg/kg) pada kepala udang windu menunjuklcan hasil yang berbeda sangat nyata (p z 0,01). Hasil uji ganda Duncan menunjukkan kandungan karotenoid pada kepala udang berdasarkan perlakuan A dan E sama baiknya, pada taraf uji 0,01. Sedangkan pada taraf uji 0,05, perlakuan E, A dan B memberikan pengamh yang sama terhadap kandungan karotenoid pada kepala udang windu Karotenoid pada badan menunjukkan hasil berturut turut : perlakuan D sebesar 2,6434 ± 0,295, C sebesar 2,351 ± 0,083, B sebesar 2,2109 ± 0,167 dan A sebesar 1,4448 ± 1,048 mg / kg berat sampel badan udang windu. Sedangkan perlakuan E sebagai kontrol menunjukkan nilai sebesar 2,9073 ± 0,462 mg / kg berat sampel badan udang windu. Hasil analisis sidik ragam terhadap kandungan karotenoid (mg/kg) pada badan udang windu menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata ( p 0,05 ). Kandungan karotenoid pada karapak menunjukkan nilai yang relatif mendekati sama, sedangkan kandungan karotenoid pada kepala dan badan menunjukkan nilai yang saling terbalik. Hal ini terlihat diantara perlakuan A dan D, dimana kandungan pada bagian kepala relatif tinggi, namun pada bagian badan menunjukkan nilai yang paling rendah. Hasil ini diduga berkaitan dengan prioritas dan kesetirnbangan sistem metabolisme serta deposit pada waktu siklus molting.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling |
Divisions: | Faculty of Science and Mathematics > Department of Mathematics |
ID Code: | 20880 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 5 |
Deposited On: | 24 Aug 2010 09:00 |
Last Modified: | 24 Aug 2010 09:00 |
Repository Staff Only: item control page