SANTI, ENDANG SRI (1996) PENGARUH FAKTOR SOSIAL BUDAYA TERHADAP TUGAS POLISI WANITA DALAM PENEGAKAN WUKUM DAN KETERTIBAN. Documentation. FAKULTAS HUKUM.
| PDF - Published Version 264Kb | |
PDF - Published Version Restricted to Repository staff only 2807Kb |
Abstract
Polisi itu adalah bagian dari suatu sistem dan budaya masyarakat. Penonjolan tersebut diartikan sebagai peningkatan perannya untuk mengamankan negara dalam masalah yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam UU Pertafiatan dan Keamanan Negara R.I (UU No.20 tahun 1982) antara lain dikatakan, bahwa ABRI sebagai kekuatan sosial bertindak selalsb dinamisator dan stabilisator yang bersama-sama kekuatan sosial lainnya memikul tugas dan tanggung jawab mengamankan dan mensukseskan perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan serta meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. (Pasal 28 ayat 1) Disamping ketentuan umum tersebut, UU No. 20 tahun 1982 juga menegaskan karakteristik dari pckerjaan Polri/Polwan yang berbeda dari ketiga angkatan lainnya, yaitu sebagai penegak hukum, yang menjaga tertib hukum, membina ketentraman, masyarakat, memberikan pengayoman, perlindungan,dan pelayanan kepada masyarakat (Pasal 30 ayat 4). Keberadaan lembaga kepolisian yang tergabung menyatu dengan lembaga ABRI memiliki pengaruh eksplisit mauphh implisit terhadap persepsi citra baik dari pihak masyarakat maupun terhadap diri sendiri para petugas Polisi/Polwan. Dampak psikologis tersebut perlu disadari, disimak dan diperhitungkan demi mencegah gangguan sisi-sisi tajamnya. Polisi Polwan dianggap sebagai ujung tombak Sistern Peradilan Pidana. Ujung tombak memang penting, namun harus diingat hanya dengan ujung tombak belaka sebenarnya tidak banyak faedah. Disini ujung tombak masih memerlukan tangkai tombak yang memadahi di samping perlengkapan lain seperti rumbai-rumbai tombak, perisai dan tentu saja kemahiran mendayagunakan sang tombak. Maka tanpa dukungan pelengkap, Polisi/Polwan sebagai ujung tombak SPP tidak bisa berdaya banyak, sekaligus juga bukan pemikul dosa tunggal yang siap dikambing hitamkan. Citra Polwan yang terbukti positif mcrupakan indikasi bahwa sudah tiba saatnya tugas Polisi bukan lagi bergaya maskulin yang destruktif, namun perlu sentuhan feminim yang konstruktif. Sosok Polisi masa kini dan masa depan seyogyanya androgin yang memiliki ciri-ciri positif maskulin feminim. ,Menjauhi kejantanan semu ialah kekerasan dan kebengisan tanpa meninggalkan ketegasan dan kedisiplinan dalam kelembutan (bukan kelemahan) penuh kasih sayang.
Item Type: | Monograph (Documentation) |
---|---|
Subjects: | K Law > K Law (General) |
ID Code: | 20675 |
Deposited By: | Mr UPT Perpus 2 |
Deposited On: | 20 Aug 2010 08:41 |
Last Modified: | 20 Aug 2010 08:41 |
Repository Staff Only: item control page