Pengaruh Kedalaman Mata Pancing Alat Tangkap Tuna Long Line Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tuna (Thunnus sp) Dengan KM. Samodra 38 PT. Perikanan Nusantara Cabang Benoa Bali.

Riyanto., Eko Mukti (2010) Pengaruh Kedalaman Mata Pancing Alat Tangkap Tuna Long Line Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tuna (Thunnus sp) Dengan KM. Samodra 38 PT. Perikanan Nusantara Cabang Benoa Bali. Undergraduate thesis, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

[img]
Preview
PDF
32Kb

Official URL: http://fpik.undip.ac.id

Abstract

Indonesia adalah negara kepulauan dimana sekitar 70% wilayahnya terdiri dari lautan yang sangat luas terletak 6º LU - 11º LS dan 95º- 141º BT. Potensi perikanan tangkap diperkirakan mencapai 6,26 juta ton per tahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 5.007 juta ton atau 80% dari MSY (Maximum Sustainable Yield). Hingga saat ini jumlah tangkapan mencapai 3,5 juta ton sehingga tersisa peluang sebesar 1,5 ton/tahun. Ikan tuna yang merupakan hasil tangkapannya adalah salah satu jenis ikan ekonomis penting, bahkan saat ini merupakan salah satu komoditi eksport non migas yang cukup besar dalam perolehan dan penambahan devisa negara yang diusahakan dalam bentuk tuna segar dan tuna beku. Rawai tuna atau tuna long line adalah alat penangkap tuna yang paling efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil tangkapan ikan tuna berdasarkan perbedaan kedalaman mata pancing tuna long line, mengetahui komposisi hasil tangkapan dan Hook Rate alat tangkap tuna long line. Materi yang menjadi objek penelitian ini adalah kegiatan operasi penangkapan dengan alat tangkap rawai tuna (tuna long line). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental lapangan. Metode eksperimental lapangan adalah suatu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada faktor sebab akibat. Dan pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan studi pustaka. Metode statistika yang digunakan adalah menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), strata kedalaman mata pancing sebagai banyaknya perlakuan dan banyaknya setting alat tangkap sebagai jumlah ulangan. Jika hasil tangkapan berpengaruh terhadap kedalaman mata pancing maka, dilanjutkan dengan uji BNT. Dari hasil tangkapan Bigeye tuna cenderung tertangkap pada kedalaman VII berkisar antara 311-331 meter yaitu sebanyak 17 ekor dan Yellowfin tuna hanya tertangkap 2 ekor, sedangkan Albakora cenderung tertangkap pada tingkat kedalaman V dan VI yaitu 5 ekor kisaran kadalaman antara 251-307 meter. Dari data diatas memperlihatkan bahwa ikan tuna banyak terdapat di kedalaman V sampai pada tingkat kedalaman VIII yaitu pada kedalaman 251 – 341 meter. Hasil tangkapan yang dilakukan selama operasi penangkapan lebih banyak didominasi oleh Bigeye tuna yaitu sebanyak 49 ekor. Analisis keragaman terhadap total hasil tangkapan tuna dengan 8 tingkat kedalaman mata pancing dan 20 kali hauling, memperoleh hasil Fhit = 3,25 dan 2,01, karena Fhit =3,25 dan 2,01 Ftab 1,88 dan 2,51 berarti secara statistik memberikan pengaruh kedalaman mata pancing terhadap hasil tangkapan yang sangat berbeda nyata. Pada operasi penangkapan yang dilakukan selama 20 kali setting didapatkan Hook Rate tertinggi yaitu sebesar 1,09 % dengan jumlah hasil tangkapan ikan tuna sebanyak 15 ekor, sedangkan untuk Hook Rate terendah yaitu sebesar 0 atau tidak mendapatkan hasil tangkapan sama sekali. Hook Rate ratarata selama 20 kali setting adalah 0,249 %.

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords:Kedalaman Mata Pancing, Ikan Tuna (thunnus sp), Rawai Tuna (tuna long line)
Subjects:S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling
Divisions:Faculty of Fisheries and Marine Sciences > Department of Fisheries
ID Code:20605
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:19 Aug 2010 08:21
Last Modified:19 Aug 2010 08:21

Repository Staff Only: item control page