DETEKSI DINI INFEKSI KUSTA STADIUM SUBKLINIS DAN HUBUNGANNVA DENGAN LAMA KONTAK DAN TIPE KUSTA DI KOTA SEMARANG

Abstract

Ringkasan Hasil Penelitian A. Judul Penelitian dan Nama Peneliti: DETEKSI DINI INFEKSI KUSTA STADIUM SUBKLINIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN LAMA KONTAK DAN TIPE KUSTA DI KOTA SEMARANG Oleh: Daru Lestantyo, Ekawati, M. Zen Rahfiludin Tahun 2005, 12 halaman. B. Ringkasan Penyakit kusta ditularkan melalui luka pada kulit yang terkontaminasi dan mukosa nasal. Individu yang yang tinggal serumah dengan penderita kusta (narakontak kusta) mempunyai resiko tertular 5-8 kali dibanding individu yang tidak tinggal serumah. Cara penularan tersebut menetnpatkan orang yang tinggal serwnah dengan penderita kusta menjadi kelompok yang paling mudah untuk tertular, sehirgga perlu deteksi dini bagi mereka untuk mengetahui apakah mereka sudah tertular. Tujuan penelitian ini mengetahui deteksi dini infeksi kusta stadium subklinik dan hubungannya dengan lama kontak dan tipe kusta di Kota Semarang. Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dengan metode studi belah lintang. Mula-mula dilakukan deteksi kusta stadium subklinis (KSS) pada narakontak serumah. Sampel diperoleh dari narakontak senimali penderita kusta yang pernah periksa di Rumah Sakit Tugurejo, Kota Semarang tahun 2004, sebesar 133 orang. Rerata umur sampel adalah 31,3 + 15,35 tahun. Dan 133 sampel, tereatat ada 103 orang (77,4%) yang berasal dart penderita kusta tipe multibasiler (MB) dan 30 orang (22,6%) dari pasien dengan jenis kusta pausibasiler (PB). Sebanyak 43 sampel (32,3%) telah kontak dengan penderita kusta selama kurang dari satu tahun, 54 sampel (40,6%) telah kontak dengan penderita kusta selama 1 — 3 tahun. sisanya 36 sampel (27,1%) kontak dengan penderita kusta lebih dari tiga tahun. Rerata kadar titer IgM anti PGL-1 adalah 645,1 ± 529,56 unit. Sebanyak 66 orang (49,6%) positif KSS. Dart hasil analisis bivariat dengan uji Chi-Square diperoleh hubungan yang bennakna antara lama kontak dengan kejadian KSS. Lama kontak 1 — 3 tahun berhubungan bermakna dengan KSS positif. Dengan u i Chi-Square diketaltui pula ada hubungan yang bennakna antara tipe lepra dengan kejadian KSS. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa 1. Rerata kadar titer IgM anti PGL-1 narakontak semmah penderita kusta di Kota Semarang adalah 645,1 -I- 529,56 unit. 2. Berdasarkan titer IgM anti PGL-1, sebanyak 66 orang (49,6%) positif KSS. 3. Ada hubungan yang bennakna antara lama kontak dengan kejadian KSS. Lama kontak 1 — 3 tahun berhubungan bennakna dengan KSS positif. 4. Adanya hubungan yang bermakna antara tipe lepra dengan kejadian KSS. C. Identitas Kelembagaan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro Nomor dan Tabun Kontrak: Summary A. Tittle and Researcher: EARLY DETECTION ON SUBCLINIC STAGE LEPROSY INFECTION AND ITS RELATIONSHIP WITH CONTACT TIME AND LEPROSY TIPE IN SEMARANG By:: Dam Lestantyo, Ekawati, M. Zen Rahfiludin 2005, 12 pages. B. Summary Leprosy was spreaded by injured contaminated skin and nasal mucous. A person who live together with leprosy victim have risk 5-8 times bigger than a person who never live together with leprosy victim. This spreading tipe placed persons who live together with leprosy victim become a group that susceptible to be infected. So they need an early detection to know if they get infection or not. The aim of this research was making an early detection on subclinic stage leprosy infection and its relationship with contact time and leprosy tipe in Semarang. This was an observational research with cross sectional study method. First, an early detection on subclinic stage leprosy of persons who live together with leprosy victim was taken. The sample was naracontact person who lived with leprosy victim that had checked in Tugurejo hospital on 2004, 133 petsons. Sample had average age about 31,3 + 15,35 year. There were 103 persons (77,4%) with multibaciller leprosy tipe (MB) and 30 persons (22,6%) with pausibaciller leprosy tipe (PB). There were 43 sample (32,3%) who have been lived together with leprosy victim less than 1 year, 54 sample (40,6%) have been lived together with leprosy victim about 1 — 3 years. And the rest 36 sample (27,1%) have been lived together with leprosy victim over than 3 years. The average degree of 1gM anti PGL-1 was 645,1 + 529,56 unit. About 66 sample (49,6%) was subclinic stage leprosy positive while the others was negative. The Chi-Square test point out that there was a significant relationship between contact time and subclinic stage leprosy incident. Contact time 1 — 3 years have a significant relationship with positive subclinic stage leprosy. The Chi-Square test also point out that there was a significant relationship between leprosy tipe and subclinic sli!ge leprosy incident. According to this research, the conctution were in the listed below: 1. The average of naracontact 1gM anti PGL-1 was 645,1 ± 52),56 unit. 2. According to the IgM anti PGL-1, there was 66 persons (49,6%) that have positive subclinic stage leprosy. 3. There was a significant relationship between contact time and subclinic stage leprosy incident. 4. There was a significant relationship between leprosy tipe and subclinic stage leprosy incident. C. Institution Identity Faculty of Public Health, Diponegoro University